Jumat, April 26, 2024

Berkah Toko Kelontong Madura Saat Pendemi

Naufal Madhure
Naufal Madhure
Wartawan SerikatNews.com

Membincang tema toko kelontong Madura di Jakarta, tidak akan membuat kita kehabisan ide. Sebaliknya, kita bakal kaya ide dari berbagai perspektif. Ia selalu menarik diperbincangkan dan didiskusikan dengan cara pandang beragam. Terlebih saat kondisi perekonomian kita ambruk diterjang pandemi.

Sebagaimana kita mafhum, sejak covid-19 menghantam negeri ini, kondisi perekonomian kita tidak hanya lesu, tetapi lumpuh. Perusahaan-perusahaan menjadi kolab, merugi dan akhirnya gulung tikar. Akibatnya, banyak karyawan dan buruh di-PHK dan masa depannya tidak jelas. Nyaris tak ada dunia bisnis dan usaha yang luput dari ganasnya terjangan pandemi. Sehingga pengangguran dan kemiskinan meningkat.

Berdasarkan perhitungan Year on Year, pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun 2020 menunjukkan adanya pelemahan dengan hanya mencapai 2,97% dibandingkan capaian triwulan pertama 2019, yang sebesar 5,07%.

Data pada triwulan kedua juga kurang bersahabat dengan menunjukkan kemunduran yang dalam sebesar -5,32%, terburuk sejak 1999. Data pada triwulan ketiga mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,49%. Sedangkan pada triwulan keempat mengalami pertumbuhan sebesar 2,19%.

Keputusan pemerintah memberlakukan PSBB sejak 2020 menjadi penyebab tersungkurnya sektor perekonomian kita. Sehingga proses produksi, distribusi dan kegiatan operational lainnya berkurang, dan bahkan terhenti.

Toko kelontong Madura sebagai usaha yang beroperasi di Jakarta, ataupun kota-kota besar lainnya juga terkena dampaknya; pembatasan waktu buka, yang awalnya 24 jam menjadi berkurang, misalnya tidak boleh membuka toko lewat dari pukul 21.00 wib, dan berkurangnya jumlah pelanggan, yang mayoritas para buruh pabrik, ojek online, anak-anak sekolahan. Dan bahkan pekerja kantoran. Pembeli menjadi sepi dan omset turun. Tetapi tidak ada yang sampai gulung tikar.

Hebatnya orang Madura, kondisi demikian tidak membuatnya panik. Tenang, tentram, senantiasa bersabar. Berharap pandemi ini segera berakhir.

Terbukti, kondisi yang demikian tidak berlangsung lama. Toko-toko kelontong kembali menjadi segar bugar. Pembeli lambat laun menjadi ramai dan omsetnya kembali naik, sebagaimana biasanya sebelum diserang pandemi.

Di saat perusahaan-perusahaan besar tersungkur lesu, dan bahkan usaha kecil seperti Warteg dan pedagang kaki lima di pinggir jalan tetap merana, usaha toko kelontong sudah segar bugar. Tidak ada yang gulung tikar, tidak ada karyawannya (untuk menyebut para penjaga toko) yang di-PHK.

Bahkan, di masa pandemi ini semakin bertambah banyak pengusaha toko kelontong yang membuka toko-toko kelontong baru. Dengan semakin banyaknya toko kelontong baru, semakin banyak pulalah orang-orang, khususnya orang Madura yang bisa menikmati bekerja menjadi penjaga toko di Jakarta.

Di saat pemerintah berusaha mati-matian menyelamatkan dunia perekonomian dari kebangkrutan, malah para pengusaha toko kelontong Madura beramai-ramai membuka lowongan pekerjaan, dengan membuka toko-toko kelontong Madura.

Bahkan banyak yang melebarkan sayap-sayap usaha kelontongnya ke luar Jakarta, misalnya Bali, Surabaya, Yogyakarta, Malang dan kota-kota lainnya. Dengan semakin banyaknya usaha toko kelontong, semakin banyak pulalah nasib orang Sumenep khususnya, Madura, dan bahkan orang luar Madura yang tertolong nasibnya.

Mereka tidak lagi menjadi pengangguran, tidak lagi menggantungkan nasibnya pada bantuan pemerintah, dan yang lebih penting, mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya; bisa membayar hutang, memondokkan dan menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi, bahkan mampu merubah kelas ekonominya, dari menengah ke bawah hingga menengah ke atas. Sehingga tidak lagi harus pusing cari pinjaman untuk memghidup keseharian dan membiayai pendidikan anak-anaknya.

Dalam konteks ini, usaha toko kelontong Madura, baik di Jakarta atau pun di kota-kota besar lainnya telah ikut membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan dengan segala kemelaratannya. Ia tidak hanya mampu menghidupi pemiliknya, tetapi sanak saudaranya, para tetangganya, sesama orang Madura, dan bahkan orang luar Madura. Barangkali ini yang acapkali kita sebut berkah (Arab: Barokah).

Kehadiran Pemerintah di Tengah Masyarakat Toko Kelontong

Tanpa bermaksud menafikan peran, tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam usaha membuka lowongan pekerjaan, guna mengurangi angka pengangguran dan mengentaskan kemiskinan, dengan maraknya usaha toko kelontong di luar Madura ini beban pemerintah menjadi berkurang.

Saran saya, sebaiknya pemerintah jangan lagi seratus persen berpikir tentang bagaimana caranya mencetak sepuluh ribu enterpreuner dan membuka sepuluh ribu lapangan pekerjaan, tetapi sisakan tiga puluh persen pikirannya tentang bagaimana menjamin keamanan serta pemenuhan hak-hak kesehatan di tanah rantau.

Saudara-saudara pelaku usaha toko kelontong Madura acapkali mengalami persoalan berkaitan dengan keamanan dan kesehatan di tanah rantau. Misalnya pencurian, perampokan, dan bahkan pembunuhan atau sakit parah dan meninggal dunia, sebagaimana lazim kita mafhum selama ini. Di sinalah maksud saya, pemerintah harus hadir di tengah-tengah masyarak pengusaha toko kelontong tersebut.

Misalnya, saya kasihkan contoh; untuk persoalan keamanan, seperti kasus perampokan, pembunuhan dan kriminal lainnya pemerintah bisa membuatkan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) gratis untuk mengadvokasi korban.

Sedangkan untuk persoalan kesehatan, misalnya pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan rumah sakit daerah di tanah rantau, untuk membantu kemudahan mengurus administrasi yang serba ribet dan meringankan biaya pengobatan. Atau kalau hal tersebut dirasa sangat sulit bagi pemerintah, paling tidak ia mampu menyediakan ambulance gratis, agar orang yang sakit dan meninggal di tanah rantau bisa cepat dan mudah dipulangkan ke kampung halamannya.

Saya pikir, apa yang saya sampaikan ini lebih mudah diamini, dipikirkan dan direalisasikan pemerintah daripada ide menciptakan seribu lapangan pekerjaan, yang menurut saya hanya merupakan bualan dan tak lebih dari sekadar janji busuk saat kampanye.

Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya hanya ingin menegaskan, bahwa toko kelontong Madura adalah berkah bukan racun.

Naufal Madhure
Naufal Madhure
Wartawan SerikatNews.com
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.