Kamis, Oktober 10, 2024

Bencana dan Upaya Penanggulangannya di Jepang

Nora Almas
Nora Almas
Airlangga University's Student

Jepang merupakan negara yang mengalami bencana alam gempa bumi terbanyak di dunia. Penyebab utama Jepang mengalami bencana tersebut yakni karena letak geografis Jepang, yang berada di area cincin api Pasifik. Wilayah ini dilalui oleh lempengan api di bawah permukaan bumi.

Jepang terletak di zona seismik dan vulkanik paling aktif di dunia. Di dalam cincin api pasifik terdapat beberapa lempeng tektonik yang berpotensi akan saling bertumbuh atau bertabrakan. Inilah penyebab terkuat Jepang sering mengalami gempa bumi dan bencana lain yang diakibatkan oleh gempa bumi itu sendiri. Salah satunya yakni tsunami.

Selain itu, alasan kuat lain Jepang sering mengalami gempa bumi yakni dikarenakan Jepang merupakan salah satu wilayah yang paling aktif secara geologis di Bumi, tempat di mana empat lempeng tektonik utama (Eurasia, Filipina, Pasifik, dan Amerika Utara) bertemu dan berinteraksi.

Dalam setahun tercatat setidaknya ada 5.000 aktivitas gempa bumi di Jepang. Bencana alam ini menimbulkan jatuhnya banyak korban jiwa. Di Jepang sendiri terdapat tiga bencana besar yang pernah melanda Jepang hingga memakan ribuan, bahkan ratusan ribu korban. Tiga bencana ini menjadi catatan menyedihkan dalam sejarah Jepang. Tiga bencana tersebut diantaranya yakni :

1. Gempa Bumi Besar Kanto (関東大地震, Kantō dai-jishin)

Gempa besar Kanto terjadi pada bulan September tahun 1923. Gempa ini berskala magnitudo 7,9 dan melanda wilayah Kanto, Jepang. Wilayah Kanto luluh lantah. Tokyo ikut hancur karenanya. Sekitar 2 juta warga kehilangan rumah mereka. Korban meninggal akibat gempa tersebut mencapai 142.800 orang, membuat gempa Kanto menjadi gempa paling mematikan.

2. Gempa Kobe (阪神・淡路大震災, Hanshin-Awaji daishinsai)

Gempa ini terjadi pada tahun 1995 di kota Kobe, Jepang, dengan magnitudo 7,3 dan mengakibatkan lebih dari 4.500 orang tewas. Kerugian yang ditimbulkan lebih dari 100 miliar dolar.

3. Gempa dan Tsunami Tohoku (東北地方太平洋沖地震, Tōhoku Chihō Taiheiyō-oki Jishin)

Gempa ini terjadi pada tahun 2011 di wilayah Tohoku di Jepang Timur, dengan magnitudo 9,1, dan tercatat sebagai gempa terkuat yang pernah ada di Jepang. Gempa Tohoku memicu terjadinya bencana alam susulan lainnya, yakni tsunami. Bencana tersebut menyebabkan sekitar 29 ribu orang meninggal dan merusak beberapa reaktor nuklir. Gempa susulan terjadi di pulau Honshu dengan sekitar 50 kali getaran sekuat 6 skala ritcher.

Bencana ini menjadikan pemerintah Jepang mulai melakukan penanggulangan-penanggulangan bencana, seperti memperbaiki sistem pembangunan rumah menjadi bangunan anti gempa. Namun, tentunya perlu ditinjau lebih jauh lagi baik dari sisi penanggulangan sebelum, pada saat, maupun sesudah bencana. Berikut merupakan upaya penanggulangan bencana ala Jepang sebelum terjadinya bencana :

1. Penanaman Edukasi Mitigasi Bencana pada Masyarakat

Pemerintah Jepang fokus pada program edukasi mitigasi bencana, untuk meningkatkan pengetahuan warganya akan gempa dan tsunami. Pelatihan simulasi bencana secara teratur diadakan. Simulasi bencana sudah mulai diajarkan sejak taman kanak-kanak dan siswa-siswi sekolah serta anak muda lainnya. Warga Jepang diajarkan agar tidak panik saat terjadi bencana, melarikan diri dengan teratur dan tidak terburu-buru.

2. Sistem Peringatan Gempa

Semua telepon genggam di Jepang memiliki sistem peringatan gempa atau tsunami yang dipasang sebagai bentuk upaya penanggulangan sebelum terjadinya bencana. Sistem ini akan memberi peringatan sekitar 5 hingga 10 detik sebelum bencana terjadi, peringatan juga akan memberi tambahan waktu untuk melarikan diri ke tempat aman atau berlindung dibawah meja. Sedangkan di pesisir lebih mungkin menimbulkan tsunami, Jepang membangun sistem peringatan sekitar 5-10 menit sebelum tsunami datang.

3. Membangun Bangunan Tahan Gempa

Di Jepang, semua bangunan yang akan dibangun harus mengkuti aturan ketat yang ditetapkan pemerintah. Bangunan yang dibuat harus memenuhi dua syarat yaitu bangunan dijamin tidak akan runtuh karena gempa bumi dalam 100 tahun kedepan dan dijamin tidak akan rusak dalam 10 tahun pembangunan.

4. Menyiapkan Emergency Kit

Tentunya upaya penanggulangan sebelum bencana tidak pernah terlepas dari persiapan perlengkapan untuk saat terjadi bencana, maupun sesudah bencana. Isi Emergency Kit atau yang dapat juga disebut osonae setto (お供えセット) diantaranya yakni : tentunya jas hujan, senter, baju, obat, air mineral, makanan kaleng, sleeping bag, saluran radio,peluit, lonceng.

Selain upaya penceegahan dan penanggulangan sebelum terjadi bencana, Jepang juga tentunya cukup siap saat menghadapi keadaan pada saat dan setelah terjadinya bencana. Beberapa contohnya yakni membangun rumah sakit dan posko darurat setelah bencana dan memperbaiki bangunan secepat mungkin agar warganya tidak terkena penyakit yang diakibatkan kekurangan air bersih, makanan, dan pengaruh lingkungan pasca bencana.

Diantara beberapa upaya penanggulangan bencana, yang merupakan hal paling penting yakni edukasi mitigasi bencana. Karena kita tidak dapat selalu bergantung pada lingkungan maupun orang di sekitar kita. Karena saat terjadi bencana, tentunya insting manusia akan cenderung untuk menyelamatkan diri mereka sendiri terlebih dahulu. Oleh karenanya, setiap orang perlu mengetahui mitigasi bencana yang benar. Berikut merupakan mitigasi bencana yang benar pada saat terjadinya bencana, khususnya bencana gempa yang sering dialami oleh masyarakat Jepang :

  • Mengenali definisi hingga tanda-tanda terjadinya gempa bumi, serta mengenali lingkungan tempat bekerja atau tinggal. Tak lupa juga untuk selalu siap siaga dengan oat-obatan dan emergency kit setidaknya satu di setiap bangunan.
  • Pada saat terjadi bencana gempa, dilarang berada di dalam bangunan. Jika tidak dapat keluar dari bangunan, maka dihimbau untuk berlindung di bawah meja yang kuat. Masyarakat juga dihimbau untuk tidak menggunakan lift jika berada di bangunan tinggi, tetapi menggunakan tangga darurat.
  • Jika berada di ruang terbuka, maka dihimbau untuk menjauhi bangunan tinggi, dan menuju area terbuka.
  • Jika tinggal di daerah dekat laut,diharapkan untuk menjauh dari area pantai dan mencari tempat tinggi karena adanya kemungkinan gempa dapat memicu terjadinya tsunami.
  • Setelah terjadi gempa bumi, tidak dianjurkan untuk langsung keluar dari tempat berlindung, dikarenakan adanya kemungkinan untuk terjadi gempa susulan.

Begitulah mitigasi bencana yang diharapkan dapat dilakukan dengan benar oleh masyarakat luas, tidak hanya masyarakat Jepang. Upaya ini ditujukan agar dapat meminimalisir jatuhnya korban jiwa dan kerugian baik secara psikis, fisik, maupun material pada saat dan setelah terjadinya bencana.

Nora Almas
Nora Almas
Airlangga University's Student
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.