Rabu, Januari 22, 2025

Benarkah Media Sosial Membentuk Opini Kita?

Emilia Ee Ling Ho
Emilia Ee Ling Ho
Currently studying Bachelor of Veterinary Medicine in Universitas Airlangga
- Advertisement -

Dunia maya kini menjadi medan pertempuran narasi. Isu sosial, politik, bahkan kesehatan, kerap menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial. Tak jarang, diskusi tersebut merembet ke ranah perdebatan sengit yang memecah belah. Ini memunculkan pertanyaan: seberapa besar peran media sosial dalam membentuk opini publik?

Algoritma: Membentuk Realitas Sendiri

Tak dapat disangkal, media sosial memiliki jangkauan yang luas. Informasi dapat dengan mudah disebarkan dan diakses oleh jutaan pengguna dalam hitungan menit.  Namun, cara informasi tersebut disajikan tak selalu objektif. Algoritma yang mengatur platform media sosial berperan besar dalam menentukan konten yang muncul di lini masa penggunanya.

Algoritma ini dirancang untuk memberikan pengalaman pengguna yang menyenangkan. Ia akan menampilkan konten yang sering kita lihat, sukai, atau bagikan sebelumnya. Sayangnya, hal ini dapat menciptakan “filter bubble,” yakni lingkaran gema di mana pengguna hanya terpapar informasi yang sesuai dengan pandangan mereka. Akibatnya, bias dan polarisasi opini semakin menguat.

Disinformasi: Senjata Mematikan di Dunia Maya

Selain filter bubble, media sosial juga rentan menjadi sarang disinformasi. Berita bohong, deepfake (video manipulasi digital), hingga hate speech (ujaran kebencian) dapat dengan mudah disebarkan. Paparan terus-menerus terhadap informasi yang salah dapat mempengaruhi cara berpikir dan pengambilan keputusan individu.

Contoh nyata yang bisa kita lihat adalah kasus penyebaran hoaks terkait penanganan COVID-19. Informasi sesat tersebut menimbulkan kebingungan dan ketidakpercayaan terhadap otoritas kesehatan. Hal ini pada akhirnya dapat menghambat upaya penanganan pandemi.

Tanggung Jawab Bersama: Lawan Disinformasi

Menyadari besarnya pengaruh media sosial, diperlukan langkah proaktif dari berbagai pihak.

  1. Pengguna:  Penting bagi pengguna untuk meningkatkan literasi digital dan ketrampilan berpikir kritis. Jangan mudah percaya informasi yang beredar di media sosial. Lakukan verifikasi dengan mencari sumber terpercaya sebelum menyebarkannya.
  2. Platform:  Platform media sosial memiliki tanggung jawab untuk memerangi disinformasi. Mereka perlu mengembangkan fitur-fitur yang membantu pengguna mengakses informasi yang beragam dan berkualitas. Selain itu, platform juga perlu lebih transparan terkait algoritma mereka.
  3. Pemerintah: Pemerintah dapat mengambil langkah regulasi untuk mengatur penggunaan media sosial. Regulasi tersebut harus dirancang agar tidak membatasi kebebasan berekspresi, namun di sisi lain juga melindungi pengguna dari dampak negatif disinformasi.

Kesimpulan

Media sosial memang menjadi sarana yang ampuh dalam membentuk opini publik. Namun, paparan informasi yang terus-menerus, ditambah dengan dominasi algoritma dan disinformasi, dapat menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu, dibutuhkan partisipasi aktif dari pengguna, platform, dan pemerintah untuk menciptakan ruang digital yang sehat dan informatif. Mari jadi pengguna media sosial yang cerdas dan kritis, serta hentikan penyebaran hoaks! Bersama, kita bisa wujudkan dunia maya yang lebih baik.

Emilia Ee Ling Ho
Emilia Ee Ling Ho
Currently studying Bachelor of Veterinary Medicine in Universitas Airlangga
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.