Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) menjadi jembatan bagi bahasa Indonesia sendiri untuk menjamah dunia secara lebih luas lagi. Sesuai dengan visi misi BIPA menurut Badan Pengembangan dan akuntansi, Kemendikbud “implementasi pendidikan BIPA mampu meningkatkan citra positif Indonesia di dunia internasional sehingga menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi internasional yang luas.
Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing menjadi salah satu objek tersendiri bagi para mahasiswa asing. Sebut saja Universitas Negeri Yogyakarta yang memiliki tingkat tertinggi dalam memberikan pembelajaran BIPA untuk mahasiswa asing yang bergabung. BIPA terbentuk memiliki fungsi, seperti memperkenalkan budaya Indonesia ke dalam lingkup nasional maupun internasional, meningkatkan kerja sama antar lembaga-lembaga kependidikan maupun lembaga lain dengan memperkenalkan hal-hal menakjubkan di Indonesia.
Walaupun pembelajaran BIPA sendiri masih terbatas antara universitas satu dengan universitas lain, terutama pada perguruan tinggi yang tidak memiliki program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Namun BIPA tentu dapat diakses dimana saja, tidak memerlukan studi khusus seperti universitas tetapi dapat mengikuti bimbingan belajar untuk memperkuat bahasa Indonesia yang dikuasai.
Bagi mahasiswa asing yang mengikuti pembelajaran di Indonesia akan merasa bahwa BIPA sangat penting untuk ditempuh, sebab menyusun karya sastra membutuhkan pemahaman Bahasa yang memadahi, tidak bisa sembarangan mencampur Bahasa Indonesia dengan bahasa lain. Hal ini mengacu pada kebutuhan selain Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.
Walaupun sudah cukup lama di Indonesia tentunya seorang penutur asing memiliki kesulitan sendiri dalam menulis karya ilmiah selama menempuh pendidikan di Indonesia, sehingga akan dituntut untuk selalu berlatih, mengikuti pengajaran-pengajaran BIPA sampai si penutur asing merasa cukup dalam mengetahui Bahasa Indonesia.
BIPA mengajarkan para penutur asing dengan berbagai kegiatan. Seperti kegiatan yang dilakukan Universitas Negeri Yogyakarta pada bulan lalu yang diikuti oleh mahasiswa dari Universitas Veteran Bangun Nusantara dari Sukoharjo sebagai observer sekaligus membantu mahasiswa asing yang tidak mengerti akan tugas mereka.
Tugas sederhana diberikan dari pembimbing mereka yang diminta berfoto dengan abdi dalem yang menjadi penjaga Keraton Yogyakarta sebagai tempat wisata sekaligus pembelajaran mereka. Pembelajaran diberikan dengan bentuk karya wisata, sebagai bentuk pemahaman bahasa sekaligus budaya lokal Indonesia.
Dengan adanya pembelajaran BIPA bagi penutur asing dapat memudahkan banyak pihak dalam memahami Bahasa Indonesia, begitu pula dengan Indonesia sendiri mendapat keuntungan yang signifikan. Keuntungan yang didapatkan seperti promosi mengenai kebudayaan Indonesia disamping bahasanya.
Mahasiswa beserta penutur asing akan semakin tertarik dengan kebudayaan Indonesia karena adanya pembelajaran BIPA yang memudahkan mereka dalam mempelajari Bahasa Indonesia sendiri. Selain itu, juga memudahkan para penutur asing memahami berbagai hal di Indonesia lalu mereka dapat mengaplikasikan ke dalam karya ilmiah yang akan mereka buat. Karena karya ilmiah serta keantusiasan para penutur asing, Indonesia akan semakin dikenal khalayak ramai di dalam maupun luar negeri.
Hadirnya BIPA dalam dunia pendidikan pun menjadikan Bahasa Indonesia eksis di sejumlah Negara seperti, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Jepang, Cina, dan Negara lain. Keeksistensian inilah yang harus terus dipertahankan. Demi tercapainya tujuan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Jika pembelajar asing belajar bahasa Indonesia di Indonesia, situasi belajarnya menjadi B2 atau situasi belajar bahasa kedua. Namun, jika belajar bahasa Indonesia berlangsung di negaranya, of sehingga situasi pembelajaran menjadi situasi pembelajaran bahasa asing. Kurangnya informasi tentang penelitian pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa asing khususnya dalam penggunaan metode pembelajaran yang efektif sehingga guru masih kesulitan untuk mengajarkan bahasa Indonesia kepada siswa asing.
Berkat penelitian yang akan dilakukan, diharapkan menjadi informasi dan menjadi bahan untuk guru bahasa refleksi Indonesia dalam penggunaan metode pembelajaran bahasa untuk mahasiswa asing. Selain program pemerintah yang mengirimkan BIPA ke luar negeri, mereka juga melakukan kegiatan pembelajaran di tingkat nasional, baik di perguruan tinggi pusat bahasa atau lembaga yang menyelenggarakan pembelajaran BIPA.
Kegiatan pembelajaran ini untuk WNA yang datang ke Indonesia untuk tujuan belajar bahasa Indonesia untuk kebutuhan yang berbeda. Jumlah perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan data Ristekdikti Forlap yang mencatat sekitar 709 perguruan tinggi, meliputi akademi, politeknik, sekolah menengah atas, universitas, institut dan komunitas.
Berjalannya program pembelajaran BIPA membawa penutur asing ke jalan terang atas permasalahan mereka atas keterlambatan memahami Bahasa Indonesia. Sebagaimana dengan mahasiswa lokal mempelajari bahasa asing, kesulitan serupa juga dialami mahasiswa asing dengan Bahasa Indonesia.
Keberagaman kosa kata, perbedaan fungsi konjungsi, serta penggunaan yang tepat membawa mahasiswa asing ke permasalahan-permasalahan internal maupun eksternal. Namun karena adanya BIPA mereka menjadi paham dan mengerti sedikit demi sedikit tentang bagaimana Bahasa Indonesia digunakan.
Keeksisan Bahasa Indonesia menjadi tak diragukan lagi. Lantaran menjadi bahasa yang diperlukan tidak sedikit mahasiswa asing atau WNA menjadikan Bahasa Indonesia memiliki ketertarikan tersendiri. Hal ini menjadikan Bahasa Indonesia memiliki nilai tambahan di mata dunia, sehingga dapat menarik lebih banyak WNA untuk mempelajari Bahasa Indonesia melalui program pembelajaran BIPA.
Selain pembelajaran BIPA, banyak upaya yang bisa dilakukan untuk menarik minat warga dunia guna mengenal Indonesia dari segi budaya, bahasa, dan keunikan lain.