Perpecahan partai politik (Parpol) di Indonesia bukan suatu yang baru . Dalam sejarah perpolitikan Indonesia sejak dasawarsa kedua abad yang lalu , ada tiga ideologi politik utama yang muncul: Islamisme, Nasionalisme, dan Marxisme/Sosialisme. Dalam perjalanannya ketiga pendukung ideologi ini mempunyai kecenderungan serupa: bersatu untuk berpecah. Secara ideal semestinya yang berlaku di balik: berpecah untuk bersatu. Perpecahan pasti selalu menguras energi yang luar biasa besarnya.
Sekalipun sangat melelahkan, jika bukan sesuatu yang menyebalkan, perpecahan parpol di Indonesia yang memang sudah berakar panjang itu terus kambuh sampai hari ini. Politik telah jadi permainan dan barang dagangan. Orang tidak pernah kapok, bahkan seperti menikmati, apalagi di era politik sebagai mata pencarian. (Maarif,2020)
Perpecahan di setiap partai politik kerap terjadi dan banyak juga yang berdampak kubu yang tidak mempunyai legalitas mendirikan partai baru dan kader tersebut secara otomatis terpecah pula dan itu mempengaruhi suara partai tersebut di dalam pemilu. Belum lama ini kita melihat perpecahan di partai Demokrat (PD) yang dipimpin oleh Agus Harimukti Yudhoyono (AHY), Lalu ada upaya perlengseran dari kader PD yang lain dengan mengadakan kongres Luar Biasa (KLB) yang terlaksana pada 5 Maret 2021 yang memilih Moeldoko menjadi Ketua umum.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) merupakan perpecahan dari PDI yang pada saat itu Ketua Umum Megawati Sukarno Putri di lengserkan oleh Soerjadi. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) versi Matori Abdul Djalil dan Versi Alwi Shihab bahkan Muhaimin Iskandar harus berseteru dengan Gus Dur. Partai Golongan Karya ( Golkar ) mengalami 2 Ketua Umum yaitu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Kemudian Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga mempunyai 2 versi Ketua Umum Djan Faridz dan Ketua Umum Romahurmuzy atau Romy.
Selain mempunyai 2 kepengurusan akibat perpecahan di dalam internal ada juga yang mendirikan partai baru. Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendirikan Partai Gelora dan Kader Partai Amanat Nasional ( PAN) mendirikan Partai Umat. (Abadi, 2021)
Megadeth adalah proyek sakit hati Dave Mustaine yang dipecat dari Metallica, Megadeth dan Metalicca bukanlah Parpol yang berpecah, akan tetapi mereka adalah grup Band Thrash ternama asal Amerika serikat. Mustaine adalah salah satu personel formasi awal Metallica. Ya, ia dulu adalah gitaris dari band yang kini memiliki formasi James Hetfield (Vokal dan Gitar), Kirk Hammet (Gitar), Robert Trujillo (Bass) dan Lars Ulrich (Drum).
Pria berambut merah itu dipecat dari Metallica sebelum album debutnya, ‘Kill ’em All’ dirilis pada Juli 1983 silam. Alasannya, karena Mustaine saat itu dikenal sebagai seorang pemabuk yang kecanduan alkohol dan obat-obatan.
Ia kemudian dipulangkan dari tur Metallica oleh rekan-rekan satu bandnya dari New York ke San Fransisco. Dalam perjalanan, Mustaine pun merenung dan mencetuskan ia harus membentuk band yang lebih keras dan lebih brutal dibanding Metallica.
“Aku menginginkan darah mereka (Metallica). Itu isi pikiranku saat itu, “Ucap Mustaine.
Sehingga, pada musim panas 1983, Pria kelahiran California, 57 tahun lalu itu pun membentuk Megadeth dengan sang bassist, David Ellefson. Kala itu, sektor gitar band itu diisi oleh Chris Polland dan Gar Samuelson.
Mereka berempat kemudian menelurkan album perdananya yang bertajuk ‘Killing is My Business… And Business is Good’ pada tahun 1985. Sepanjang 35 tahun menghantam penikmat musik keras dunia, band ini sudah menelurkan 15 album. (Kumparan,2018)
Metallica termasuk band heavy metal dan thrash metal paling berpengaruh dan sukses secara komersial dalam catatan sejarah. Hingga saat ini album Metallica telah terjual 110 juta kopi di seluruh dunia dan konser-konser yang digelar Metallica pun sukses memukau jutaan penggemar mereka di seluruh dunia.
Metallica telah mencetak hampir selusin album multi-platinum, termasuk album Black yang merupakan album terlaris sepanjang era sejarah SoundScan, terjual hampir 16 juta kopi di Amerika Serikat dan 30 juta kopi di seluruh dunia. Sementara pada Oktober 2008, album terakhir mereka Death Magnetic menjadi nomor satu di Billboard Top 200 Album Chart.
Megadeth telah merilis 13 album studio, 4 album live, 9 album video, 2 EP, 34 single, 32 video musik, dan 5 album kompilasi. Megadeth dikenal dengan gaya instrumental khas, seringkali padat, bagian-bagian yang rumit dan trade off guitar solo. Dave Mustaine juga terkenal dengan gaya vokal `menggeram`.
Megadeth memiliki maskot yang selalu tampil dalam berbagai album mereka. Nama maskot Megadeth adalah Vic Rattlehead. Tampil dengan sosok manusia kera yang memakai daster, merokok, dan memakai headset. Dan, secara umum lirik lagu Megadeth bertemakan tentang politik, perang, kecanduan, hubungan pribadi, dan gaib.
Megadeth merupakan salah satu dari The Big 4 bersama Anthrax, Megadeth, Metallica, dan Slayer. Namun ada pula yang berpendapat bukan lagi The Big 4, melainkan menjadi The Big 5, yakni Megadeth, Slayer, Exodus, Pantera, dan Metallica.
Konflik antara Dave dengan Metallica sempat menjadi salah satu perselisihan terkenal dalam kancah musik metal selama hampir tiga dekade, sejak 1980-an hingga 2000-an. (Liputan6,2013)
Tahun 2010 Dave dan kawan-kawannya telah mengubur kapak peperangan itu. Ketika itu mereka sepanggung dalam konser The Big Four (Anthrax, Megadeth, Metallica, dan Slayer) di Sofia, Bulgaria, membawakan lagu Am I Evil? milik Diamond Head, band idola mereka.
Dalam konser ulang tahun Metallica yang ke-30 di San Francisco, Amerika Serikat pada 2011, Dave yang mewakili Megadeth dan para personel Metallica `secara resmi` menguatkan pertemanan mereka. Saat itu, Dave ikut tampil sepanggung dengan Metallica, membawakan lima lagu dari album debut Metallica, Kill `Em All. Dave pun sempat menulis sebagian lagu-lagunya. (Naviri Magazine, 2020).
Tanpa konflik Dave dengan Mettalica, maka tidak akan melahirkan band beraliran Heavy Metal dan thrash metal Megadeth. Dinamika Persaingan band beraliran Heavy Metal dan thrash metal pun menjadi hidup di ruang pencinta musik. Persaingan Metallica dengan Megadeth pun menghasilkan karya-karya berkualitas dari Heavy Metal dan thrash metal. Dan keduanya masuk ke dalam jajaran The Big Four. Sulit menentukan yang paling cadas antara keduanya, dan kedua band tersebut mempunyai fans fanatik.
Mencoba menyelami perpecahan parpol dengan melahirkan kualitas baru memang sulit, terkait kebanyakan perpecahan itu akibat kepentingan-kepentingan yang pragmatis. Tapi tak ada salahnya kita berharap dari perpecahan itu lahirlah kualitas baru dalam dinamika politik kita seperti Metallica Vs Megadeth karena tujuan umum partai politik adalah :
Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945; Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; … Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sudah saatnya kita merenungi laku hidup politik kita yang ingin melakukan perubahan demi kemaslahatan ummat manusia, bukan hanya untuk kepentingan kelompok atau pribadi