Jumat, April 19, 2024

Antara Dikendalikan dan Mengendalikan TikTok

Bonavhisna Pandhita Sandya Wikara
Bonavhisna Pandhita Sandya Wikara
Mahasiswa IG : bonavhisna_pandhita

TikTok merupakan aplikasi yang baru diluncurkan pada September 2016 dan telah mampu mengungguli pendapatan bulanan YouTube yang telah lama menempati peringkat teratas. Pendapatan bulanan diperoleh TikTok dari penjualan emoji dan stiker. Nilai penjualan tersebut lebih tinggi 25% dari Youtube pada periode April-November 2020 (Katadata, 2020). Pendapatan bulanan TikTok dapat lebih tinggi karena Youtube tidak menjual emoji.

Youtube hanya mengandalkan pemasukan dari iklan dan langganan akun premium. Keberhasilan TikTok untuk dapat mengungguli pesaingnya dalam waktu singlat tentunya dilatarbelakangi oleh banyaknya pengguna aplikasi ini. Aplikasi buatan Tiongkok ini pada November 2020 telah diunduh sebanyak 934,6 juta unduhan (Katadata, 2020). Banyaknya jumlah pengguna ini menunjukkan bahwa pendapatan yang tinggi layak didapatkan oleh TikTok.

TikTok merupakan aplikasi yang mudah digunakan maka wajar banyak pengguna yang tertarik mengunduh TikTok. Pengguna TikTok tidak perlu mengikuti orang lain terlebih dahulu untuk dapat menikmati konten. Algoritma dalam TikTok mempelajari preferensi para pengguna melalui durasi dan interaksi mereka akan suatu konten yang tersedia. Dari interaksi dan durasi ini TikTok dapat merekomendasikan video yang sesuai dengan prefesensi masing-masing pengguna. Durasi video TikTok yang singkat membuat lebih banyak data diperoleh dan rekomendasi video akan semakin akurat dan personal.

Banyaknya pengguna dan kemudahan menggunakan TikTok tentunya membuat para pelaku usaha berusaha memanfaatkan keadaan ini. Para pelaku usaha tentunya berlomba-lomba untuk membuat inovasi dengan cara menggunakan media TikTok sebagai media promosi. Pemanfaatan TikTok sebagai media promosi tentunya tidak dilakukan tanpa alasan.

Dalam laporan yang disajikan TikTok disebutkan bahwa 47% pengguna TikTok mengatakan bahwa mereka tergiur untuk membeli sesuatu setelah menonton konten di TikTok. Sementara 67% pengguna mengatakan bahwa video TikTok mengispirasi mereka untuk melakukan pembelian barang yang sebelumnya tidak pernah mereka rencanakan (Kompas, 2020). Data ini membuktikan bahwa TikTok memiliki pengaruh yang signifikan kepada keputusan pembelian khalayak terhadap sebuah produk.

Menurut Dewa (2021) terdapat lima strategi yang bisa dilakukan untuk melakukan promosi di TikTok, antara lain: (1) hashtag, sebuah tanda yang digunakan untuk memudahkan suatu unggahan mudah ditemukan dengan hashtag tersebut, (2) tren, tren membuat unggahan menemukan momen yang sesuai sehingga promosi sesuai target, (3) kolaborasi dengan influencer, influencer yang memiliki banyak pengikut dapat memikat lebih banyak khalayak, (4) deskripsi, promosi akan sukses jika informasi produk tersampaikan dengan jelas, (5) sering membuat video baik promosi atau hiburan.

Selain strategi tersebut, algoritma yang dimiliki TikTok juga berperan penting dalam suksesnya promosi yang dilakukan oleh para pengiklan. Semakin sering pengguna TikTok menonton video yang disukainya, maka akan semakin detail dan personal pula video yang direkomendasikan untuknya.

Semakin personal video yang direkomendasikan, semakin sesuai dengan selera penngguna. Ketika video yang direkomendasikan sangat sesuai dengan apa yang sedang pengguna lihat dan nikmati, maka pengguna akan dengan mudah terpengaruh oleh video tersebut. Jika video tersebut merupakan promosi, kemungkinan pengguna membeli prosuk yang dipromosikan tersebut akan semakin besar.

Keadaaan ini tentunya sangat menguntungkan bagi para pengiklan, akan tetapi dapat pula merugikan bagi pengguna TikTok. Merugikan karena mereka akan melakukan pembelian berlebihan dan tidak terencana. Keadaan ini tentunya harus diwaspadai oleh para pengguna TikTok.

Pengguna harus mampu membatasi dirinya agar tidak terlalu mudah terpengaruh konten yang menjadi algoritma. Pengguna harus tahu cara mengendalikan konten rekomendasi TikTok agar tidak berpengaruh negatif bagi mereka. Jika konten pornografi dan lain sebagainya dapat diatasi oleh pemerintah, konten iklan hanya dapat dikendalikan oleh masing-masing individu saja. Antara dikendalikan atau mengendalikan TikTok, itu semua ada di tangan kita.

Bonavhisna Pandhita Sandya Wikara
Bonavhisna Pandhita Sandya Wikara
Mahasiswa IG : bonavhisna_pandhita
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.