Kamis, Februari 20, 2025

Analisis Kelayakan Investasi Pembangunan Unit Pengolahan RDF

Moch Ivan Rinaldi
Moch Ivan Rinaldi
Saya Mahasiswa Dari Universitas internasional Semen Indonesia
- Advertisement -

TPA Ngipik menerapkan sistem landfill untuk pengelolaan sampah kota, di mana sampah ditimbun dalam area khusus yang telah dikeruk, menggunakan metode lapisan, yaitu lapisan sampah yang diselingi dengan tanah.

Ketika tumpukan sampah melebihi ketinggian yang diizinkan dalam lubang kerukan, maka diperlukan pengerukan lahan baru. Sistem landfill ini terus memerlukan perluasan lahan karena sampah hanya ditimbun tanpa adanya proses pengolahan. Kondisi ini terjadi di TPA Ngipik, yang kini telah membentuk gunungan sampah.

Dengan luas lahan hanya 6 hektar, TPA tersebut telah menampung deposit sampah sebesar210.000 ton, sementara setiap harinya menerima sekitar 225 ton sampah, atau setara dengan 750 m³/hari.

Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 mengenai Strategi dan Kebijakan Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga serta Sampah Sejenis Rumah Tangga menetapkan target nasional untuk mengurangi sampah sebesar 30% dan menangani 70% sampah pada tahun 2025.

Berbagai tindakan untuk mencapai target ini didorong guna mendukung konsep konversi sampah menjadi energi (waste to energy) sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim, salah satunya melalui pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF).

Pengolahan sampah menjadi RDF tidak hanya penting untuk keberlanjutan pengelolaan sampah, tetapi juga esensial dalam konteks efisiensi sumber daya, khususnya dalam pemulihan energi dari sampah. Refuse Derived Fuel (RDF) merupakan limbah yang tidak lagi memiliki nilai ekonomis, namun dapat diolah kembali melalui proses pencacahan dan pengeringan untuk meningkatkan kembali nilai ekonominya. RDF yang dihasilkan dari proses ini memiliki nilai kalori yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti batu bara. RDF ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri, termasuk kiln untuk produksi semen, pembangkit listrik thermoelectric, serta boiler khusus.

RDF memiliki nilai kalor yang baik serta kualitas yang konsisten, sehingga dapat menggantikan sebagian energi panas yang dihasilkan oleh bahan bakar konvensional yang digunakan di industri seperti batu bara. Pemanfaatan energi dari proses pengolahan sampah ini juga mendukung pengembangan ekonomi sirkular melalui produksi RDF dari sampah.

Pada tahun 2014 lalu terdapat proyek Waste to Zero Project (WTZP) yang merupakan salah satu inisiatif yang dirancang oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dan dikelola oleh Yayasan Semen Indonesia Foundation (SIF) untuk mendukung program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. SIG, khususnya dalam mengatasi masalah penumpukan sampah di TPA Ngipik, Gresik.

WTZP mulai dibangun pada 15 September 2014 dan resmi beroperasi pada Januari 2015. Lokasi pengelolaan WTZP terletak di area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngipik, Gresik. Dalam operasinya, WTZP mengolah sampah perkotaan menjadi Refuse Derived Fuel (RDF), yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar pengganti dalam proses pembakaran di kiln. PT SIG memerlukan 30% bahan bakar alternatif dari total kebutuhan bahan bakar batu bara, di mana RDF menjadi salah satu sumber substitusi tersebut.

Pengolahan sampah menjadi RDF ini dilakukan dengan bantuan mesin pencacah (shredder) dan pemisah (screener). Mesin tersebut memiliki kemampuan untuk memisahkan sampah plastik, kayu, dan kain dari campuran sampah lainnya, yang kemudian dicacah menjadi potongan-potongan kecil. Hasil cacahan sampah ini kemudian dikirimkan ke PT SIG yang berlokasi di Tuban.

- Advertisement -

Berdasarkan informasi dari pengelola WTZP, sejak awal September 2016 mesin pemilah dan pencacah sampah mengalami kerusakan dan tidak beroperasi. Kerusakan ini disebabkan oleh penyumbatan pada mesin dan terjadinya arus pendek listrik, yang mengakibatkan mesin berhenti beroperasi. Selama mesin tidak berfungsi, dilakukan perbaikan dan pembersihan mesin. Kondisi ini disebabkan oleh karakteristik material masukan.

Material yang digunakan sebagai masukan mesin di WTZP adalah sampah lama yang berasal dari timbunan sistem landfill, yang umumnya memiliki kelembaban tinggi dan mengandung material pengotor seperti tanah dan kerikil. Mengatakan hal ini merupakan kelemahan dari sistem landfill, di mana air, seperti air hujan, dapat menyusup ke dalam timbunan sampah. Ketika air hujan meresap ke permukaan landfill dan mengalir keluar, ia membawa mineral dan zat organik dalam bentuk suspensi yang sulit dipisahkan.

Beragam kondisi dan permasalahan yang muncul di WTZP menyebabkan project tersebut dihentikan hingga saat ini dan perlu adanya project baru yang lebih optimal karena permasalahan sampah serta pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa kelayakan investasi pembangunan ulang Unit

Pengolahan RDF di TPA Ngipik yang ada di Kabupaten Gresik dengan beberapa metode analisa kelayakan. mengatakan beberapa kriteria atau metode yang umum digunakan untuk menilai kelayakan suatu usaha atau investasi meliputi Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) terhadap Weighted Average Cost of Capital (WACC), serta Benefit Cost Ratio (BCR). Analisis kelayakan biasanya mencakup berbagai aspek, seperti aspek teknis, finansial, ekonomi, lingkungan, dan lainnya. Dalam penelitian ini dilakukan kajian finansial terkait investasi pembangunan ulang Unit Pengolahan RDF untuk menentukan apakah proyek ini layak untuk dilaksanakan atau tidak.

Moch Ivan Rinaldi
Moch Ivan Rinaldi
Saya Mahasiswa Dari Universitas internasional Semen Indonesia
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.