Selasa, Mei 7, 2024

Era Kendaraan Listrik: Solusi Nyata untuk Emisi Karbon?

Anindya Nareswara Yasarah
Anindya Nareswara Yasarah
📚 Wordsmith weaving worlds, one sentence at a time. 🌟 Exploring the infinite cosmos of creativity. ✨ Pen in one hand, coffee in the other. ☕️ Let's craft stories that linger in the soul. 📖

Kendaraan listrik dianggap sebagai solusi nyata dalam mengurangi emisi karbon. Paradigma baru yang terbentuk saat ini adalah keyakinan bahwa kendaraan listrik dapat menciptakan teknologi yang ramah lingkungan karena polusi udara akan berkurang.

Sebagai langkah untuk mendukung penurunan emisi karbon, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2022 silam, telah mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) mengenai Nilai Ekonomi Karbon (NEK). Pemerintah Jokowi telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 41% dengan dukungan skala internasional pada tahun 2030 sebagai bagian dari komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris. Hal ini juga tercermin dalam Undang-Undang No. 16/2016, yang mengatur mengenai Dokumen Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) dan pengirimannya kepada Sekretariat Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan Prancis, telah memimpin dalam penggunaan mobil listrik. Pemerintah memberikan insentif dan subsidi bagi konsumen yang memilih mobil listrik, menciptakan infrastruktur pengisian daya yang lebih baik, dan bahkan mendorong inovasi dalam teknologi baterai. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk membantu mengurangi emisi karbon, tetapi juga menggerakkan ekonomi berkelanjutan di sektor otomotif.

Kendaraan listrik telah menjadi populer di beberapa negara dengan dukungan pemerintah. Contohnya, Norwegia telah mencapai angka adopsi penggunaan kendaraan listrik sebesar 81% berkat pembebasan pajak. Norwegia berencana menghentikan penggunaan mobil bensin pada 2023.

Sementara itu, China telah memimpin dalam jumlah penggunaan kendaraan listrik, dengan lebih dari 4,5 juta unit pada tahun 2019, didukung oleh insentif pemerintah kepada produsen mobil listrik maupun para pengguna, yang meliputi pembebasan pajak, subsidi harga kendaraan, dan dukungan infrastruktur. Amerika Serikat, Jepang, dan Prancis juga telah berhasil mendorong penggunaan kendaraan listrik dengan kebijakan serupa. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dukungan pemerintah, kendaraan listrik menjadi pilihan yang berkelanjutan di masa depan.

Berkaca dari negara-negara tersebut, Pemerintah Indonesia juga perlu bersiap dalam menyambut peralihan penggunaan kendaraan listrik di masa depan dengan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mendukung penggunaan kendaraan listrik.

Tantangan dalam Penggunaan Kendaraan Listrik

Meskipun kehadiran kendaraan listrik memiliki dampak positif dalam mengurangi emisi karbon, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kebanyakan dari kendaraan listrik saat ini masih bergantung pada penggunaan bahan bakar fosil dalam proses produksi listriknya.

Justru hal tersebut dapat mengurangi dampak positif dari upaya pengurangan emisi karbon yang diharapkan, terutama jika batu bara dan gas alam menjadi sumber daya utama dari energi listrik yang diproduksi. Perlu adanya pergeseran menuju energi terbarukan yang lebih ‘bersih’ dalam mengisi kendaraan listrik guna memaksimalkan manfaatnya terhadap lingkungan. Aspek produksi dan daur ulang baterai kendaraan listrik juga merupakan isu penting yang tak boleh luput dari perhatian.

Proses pembuatan baterai memerlukan sumber daya masif yang signifikan, termasuk pengeboran dan pengolahan mineral langka. Akumulasi dari limbah baterai bekas juga membutuhkan pengelolaan khusus sehingga hal ini juga menjadi tantangan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut dalam mengembangkan teknologi baterai yang lebih ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaannya.

Kendaraan listrik juga belum sepenuhnya mencapai harga yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Sementara biaya kendaraan listrik terus menurun, aksesibilitasnya masih menjadi masalah, terutama di negara-negara berkembang. Ini dapat menghambat penggunaan kendaraan listrik secara masif dan menciptakan kesenjangan dalam partisipasi masyarakat terhadap upaya pengurangan emisi.

Meskipun tantangan ini ada, kendaraan listrik tetap menjadi langkah positif dalam mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh transportasi konvensional berbahan bakar fosil. Upaya terus menerus untuk meningkatkan kualitas teknologi, memperbaiki infrastruktur pengisian daya, dan mensosialisasikan energi terbarukan dapat mengatasi beberapa isu lingkungan dan iklim yang ada saat ini, sehingga kendaraan listrik dapat menjadi bagian integral dari solusi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Dampak Potensial yang Dapat Terjadi Akibat Penggunaan Kendaraan Listrik

Setiap gerakan yang membawa perubahan, tentu akan memiliki dua sisi, yaitu positif dan negatif. Akan ada dampak yang dihasilkan dari penggunaan kendaraan listrik yang saat ini sudah mulai gencar digunakan secara masif. Pertama, apabila kita membahas mengenai dampak positif yang dihasilkan dari penggunaan kendaraan listrik, tentunya memiliki banyak sisi positif, yaitu kendaraan listrik tidak menyebabkan polusi suara yang signifikan seperti kendaraan berbahan bakar fosil. Kendaraan listrik juga berkontribusi dalam mengurangi polusi udara, dengan kenyamanan berkendara yang lebih halus dan nyaman serta diyakini lebih ramah lingkungan.

Setelah membahas dampak-dampak positif dari penggunaan kendaraan listrik, kita juga perlu membahas terkait dampak negatif yang dapat dihasilkan. Pengenalan kendaraan listrik telah menghadirkan sejumlah dampak negatif yang perlu dipertimbangkan secara serius.

Pertama, produksi kendaraan listrik memerlukan sumber daya yang cukup eksploitatif, sehingga akan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan kerusakan ekosistem. Selain itu, produksi baterai kendaraan listrik juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia beserta lingkungan yang dihuni, terutama terkait penanganan limbah beracun yang dihasilkan dari baterai kendaraan listrik belum sepenuhnya dapat diatasi secara efektif dan kondusif.

Kendala lain yang dialami yaitu karena infrastruktur baterai untuk kendaraan listrik masih terbatas, sehingga membatasi ketersediaan dan aksesibilitas kendaraan listrik. Selain itu, proses pengolahan teknologi baterai memerlukan teknologi canggih dan biaya yang cukup besar, yang mungkin sulit diakses oleh semua orang. Terakhir, peralihan dari kendaraan dengan mesin pembakaran internal ke kendaraan listrik membutuhkan waktu dan biaya yang signifikan, yang dapat menjadi hambatan bagi banyak individu dan perusahaan.

Oleh karena itu, meski kendaraan listrik memiliki potensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, tetap penting untuk memahami dan mengatasi dampak negatif yang dihasilkan dari pengembangan teknologi ini. Kendaraan listrik, meskipun dianggap solusi untuk mengurangi emisi karbon, masih memiliki tantangan seperti produksi listrik dari sumber fosil, masalah baterai, harga tinggi, dan akses terbatas. Meskipun demikian, kendaraan listrik tetap langkah positif dalam upaya berkelanjutan.

Referensi:

http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/4058/mobil-listrik-kendaraan-masa-kini-yang-ramah-lingkungan

Kendaraan Listrik sebagai Kunci Pengurangan Emisi Karbon Dunia

https://doi.org/10.1016/j.enpol.2020.112045

Anindya Nareswara Yasarah
Anindya Nareswara Yasarah
📚 Wordsmith weaving worlds, one sentence at a time. 🌟 Exploring the infinite cosmos of creativity. ✨ Pen in one hand, coffee in the other. ☕️ Let's craft stories that linger in the soul. 📖
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.