Jumat, April 26, 2024

Adu Mekanik, Duel Kesaktian Pawang Hujan

Wahyu Mada Kuncoro Sakti
Wahyu Mada Kuncoro Sakti
Mahasiswa Sejarah Universitas Diponegoro

Pawang hujan dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang langka karena mereka merupakan tenaga profesional dan tidak banyak orang yang memiliki kemampuan tersebut. Konon mereka memiliki kemampuan untuk memindahkan hujan dari satu tempat ke tempat yang lain. Beberapa pawang hujan menyebut dirinya sebagai perantara doa kepada Tuhan semesta alam.

Dewasa ini pawang hujan tidak hanya melayani jasa luring dengan datang langsung ke lokasi, namun ada juga yang menggunakan metode daring atau jarak jauh yang tentunya lebih hemat pengeluaran dari sisi pawang hujan tersebut. Hal tersebut pernah dibahas pada artikel yang berjudul “Kelompok Problematik, Eksistensi Pawang Hujan di Indonesia” pada link berikut (https://geotimes.id/opini/kelompok-problematik-eksistensi-pawang-hujan-di-indonesia/).

Setiap pekerjaan pastinya memiliki risiko. Tiada satu pekerjaan yang tidak memiliki risiko di dunia ini. Risiko dapat bermacam-macam bentuknya, seperti: risiko terkena penyakit, risiko terkena kecelakaan, risiko kerugian finansial, atau yang lebih parah adalah risiko eksistensi diri sendiri yang terancam hilang dari tempat kerja karena rekan kerja sendiri.

Pekerjaan menjadi seorang pawang hujan juga tidak luput dari risiko-risiko yang mengintainya. Seorang pawang hujan dalam pekerjaannya dituntut untuk bersungguh-sungguh dan mempersiapkan segalanya yang dibutuhkan saat melayani pelanggan.

Jika terdapat satu hal yang kurang sedikit saja dapat menjadi ancaman untuk eksistensi dirinya. Misalnya seorang pawang hujan yang melanggar pantangan akan menyebabkan acara yang dipawanginya kehujanan, dan itu akan menurunkan reputasi bagi sang pawang di mata masyarakat. Persepsi negatif mengenai si pawang hujan ini yang akan memundurkan pekerjaannya.

Risiko lain yang mengintai seorang pawang hujan adalah serangan atau gangguan dari pawang hujan lain. Misalnya masyarakat daerah A memiliki hajatan dan mengundang pawang hujan A+ yang berasal dari luar daerah A untuk memawangi hujan di daerah A, dan ternyata di daerah A sendiri memiliki pawang hujannya sendiri yang tidak diperdayakan oleh masyarakatnya.

Hal itu yang membuat pawang hujan lokal daerah A merasa sedih dan menyerang pawang hujan A+ agar acara yang dipawanginya gagal. Selain itu, adu mekanik juga dapat terjadi saat beberapa daerah mengadakan acara secara bersamaan dan setiap acara di daerah itu memakai jasa pawang hujan. Pawang hujan A memindahkan hujan ke daerah B yang kebetulan di daerah B juga ada acara, maka pawang hujan B memindahkan hujannya kembali ke daerah A atau daerah lain yang ternyata juga sama-sama mengadakan acara. Hal inilah yang unik dan luput dari pemberitaan media sosial mengenai pawang hujan saat bekerja di lapangan.

Risiko lainnya adalah rasa iri dan tidak suka dari rekan seperjuangan profesi. Hal ini dapat saja jika seorang pawang hujan hendak memawangi hujan di suatu daerah A dan kabar ini diketahui oleh rekannya yang iri dan tidak suka terhadapnya, maka ia akan dicoba ilmunya oleh pawang hujan lain dengan memindahkan awan hujan dari satu tempat ke daerah A agar acaranya gagal.

Selain itu dapat juga terjadi saat si pawang hujan A ingin diuji sampai mana keahlian atau kepiawaian yang konon dapat menggeser hujan itu. Jadi rekannya ini memang sengaja menguji habis-habisan si A seperti ujian tengah semester atau ujian akhir semester. Jika ternyata si A kuat dan lebih pawai kemampuannya maka ia akan menang, jika ternyata keahliannya masih kurang mumpuni maka siap-siap saja akan kalah tanding, terkena serangan mental yang akan menurunkan kepercayaan dari individu atau masyarakat yang memesan jasanya, dan galau berkepanjangan.

Akhir kata, seorang pawang hujan hendaknya mempelajari secara sungguh-sungguh dan serius mengenai pengetahuan pawang hujan. Mereka disarankan dapat mencari guru spiritual khusus bidang pawang hujan agar lebih mudah dibimbing dan diarahkan, serta akan diberikan tes terlebih dahulu hingga diberikan sertifikat non-formal sebagai syarat pantas menjadi seorang pawang hujan yang tahan banting.

Mereka hendaknya jangan setengah-setengah mempelajari wawasan pawang hujan karena itu akan merugikan diri anda sendiri, misalnya si A sudah merasa jagoan menjadi pawang hujan karena berhasil menghalau hujan 3 kali (entah kebetulan atau memang keahlian dari dia) dan membuka jasa pawang hujan. Tenyata setelah seminggu menjadi pawang hujan acara yang dipawanginya terkena hujan semua, maka siap-siap saja anda terkena mental, dan galau berkepanjangan. Dunia kerja memang keras dan tidak memandang bulu siapakah anda sebenarnya?.

Wahyu Mada Kuncoro Sakti
Wahyu Mada Kuncoro Sakti
Mahasiswa Sejarah Universitas Diponegoro
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.