Kegembiraan anak-anak saya tidak terbendung lagi. Memasuki sekolah tempat saya bekerja sontak ia berlari menuju playground yang didalamnya terdapat aneka mainan seperti perosotan, jungkat-jungkit, papan titian dan ayuanan. Hari itu saya membawa anak sulung karena ada beberapa barang tang harus diambil. Wahh!! Senang banget melihat dia seperti mendapat energi baru.
Matanya berbinar-binar, maklum sudah lebih dari setahun jarang sekali kami orang tua membawa anak-anak kami ke ruang publik selama pandemik Covid-19 ini. Mereka pun harus kembali menunda masuk ke Taman kanak-kanak karena pembelajaran masih dilakukan secara online dan saya sangat melihat kalau anak saya bukan tipe anak yang bias duduk diam dan memelototi laptop atau gadget untuk belajar
Saya berpendapat dampak pembatasan mobilitas dan penutupan serta pembatasan ruang publik terutama yang dipakai untuk anak-anak akan sangat besar akibatnya terhadap perkembangan mental anak-anak sekarang ini. Setidaknya itu yang saya temukan pada anak-anak saya dan beberapa kelas yang saya ajar sebagai pengajar baik formal maupun informal.
Ungkapan terkenal “Homo Ludens” artinya manusia adalah makhluk bermain sangat benar adanya mengingat nature manusia baik itu anak-anak sampai orangtua menyukai bermain sebagai penyeimbang rutinitasnya bekerja. Apalagi anak-anak yang belum dapat berpikir rumit tentu akan sangat sulit memahami keadaan yang terjadi sekarang.
Beberapa hari lalu, anak-anak merengek ketempat permainan kastil tiup atau lebih dikenal dengan rumah balon sebuah bangunan besar dari balon yang ditiup oleh pompa listrik. Tetapi ketika saya menjelaskan bahwa semua wahana permainan itu sedang ditutup karena virus Corona, anak saya berkata kalau dia nanti akan lawan mereka sampai mati dengan adegan bela diri bak jagoan di tv dan mereka berpikir kalau masker itu senjata pamungkas.. Sungguh amat sulit menjelaskan dengan kalimat yang pas tentang situasi ini.
Ketika hak anak tercerabut maka yang dikhawatirkan adalah hilangnya satu generasi anak-anak ceria dan penuh semangat. Sementara pemerintah kelihatan belum melakukan upaya keras untuk mengatasi hal ini. Slogan merdeka belajar belum diimbangi dengan “merdeka bermain”.Dapat dimengerti karena memang energi banyak terkuras untuk penanganan dampak langsung virus itu sendiri terhadap masyarakat.
Lalu hal apa yang bias dilakukan? Menurut saya sudah saatnya tempat publik terutama yang untuk anak-anak dapat dibuka tetapi dengan protokol ketat, pembatasan jarak dan wajib masker. Anak-anak dapat juga bersekolah dengan tatap muka selama memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah terutama di zona hijau dan kuning.
Kesehatan tanpa kewarasan juga akan sama saja bohong apalagi buat anak-anak. Orang tua menurut hemat saya juga harus bijak dalam memberi waktu bermain dengan anak. Bermain adalah hak anak dalam kondisi seperti sekarang-pun kita masih bisa mengajak-nya bermain. Komitmen satu jam tanpa gawai dan menikmati bermain bersama anak-anak di-lapangan terbuka, pantai, kamar tidur anak sangat menghibur mereka dan membuat nyaman melupakan ketegangan yang dibawa oleh berita-berita buruk di media.