Yang menjadi pusat perhatian saya adalah penggalan tulisannya soal Abu Nuwas atau yang kondang dengan sebutan Abu Nawas. Kita tahu Abu Nawas sangatlah populer lewat cerita sufi ala Mukidi dan hikayat 1001 malam serta dikaitkan dengan kejayaan Islam. Abu Nuwas adalah pencipta Al I’tiraf (Sebuah Pengakuan) yang syairnya berisikan pujian akan kebesaran Allah.
Hampir semua ulama kondang dan yang tidak kondang di Indonesia pernah melantunkan syair doa ini yang dinyanyikan juga oleh ratusan juta muslim, baik di masjid-masjid maupun di perayaan hari besar Islam. Bahkan banyak yang menangis sambil menyanyikan Al I’tiraf. Dan doa Abu Nawas itu memang sangat indah. Lihat video Hadad Alwy.
Tapi berapa banyak yang tahu bahwa Abu Nawas adalah seorang gay yang tetap sholat dan khatam Qur’an? Menurut Asisten Profesor mata kuliah “World Religion and World Church” ini, Abu Nuwas adalah seorang Gay. Ini bukan gosip karena menurut artikel lulusan Universitas Islamabad Pakistan dan UCLA California itu, Abu Nuwas mengaku dirinya gay yang diperkuat kesaksian orang-orang dekatnya.
Lebih lanjut Mun’im Sirry menulis:
“Hampir tanpa pengecualian, karya-karya sastra, puisi dan prosa, dari Abu Nuwas dan al-Jahiz hingga Alfu Lailah wa Lailah (Seribu Satu Malam), menyikapi kaum gay-lesbian dan seksualitas mereka dengan penuh penghormatan dan penerimaan. Tamsil cinta homoseksual dan erotisisme merupakan sesuatu yang sangat umum dalam karya-karya para sufi agung.”
Boleh jadi anda berasa sesak mendapati kenyataan bahwa Abu Nawas adalah gay, jika kita tidak berfikiran luas dan terbuka. Anda boleh mengatakan saya membuka aib sesama Muslim. Tapi jangan nasihati saya soal ini karena saya tidak bisa ber-tabayyun ke dia karena sudah ratusan tahun Abu Nawas berpulang. Jangan juga bilang saya harus berdiam diri pura-pura tidak tahu karena toh orang lain sudah membedah siapa Abu Nawas yang sebenarnya.
Selamat galau memikirkan apakah Abu Nuwas itu masuk surga atau neraka. Dan Muhammadiyah, silakan kaji apakah kalian mengharamkan senandung Al I’tiraf juga.