Permasalahan narkoba di Indonesia masih menjadi sesuatu yang menakutkan. Dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir saja, narkoba berhasil menjadi candu yang sulit dihilangkan.
Narkoba memang telah meracuni sebagian generasi muda bangsa. Mulai anak-anak, hingga dewasa, tak peduli dari golongan miskin atau kaya. Mereka tak mampu melepaskan diri dari candu narkoba.
Terbaru, masyarakat Indonesia kembali dihebohkan oleh kemunculan nama Tri Retno Prayudati alias Nunung dalam kasus penyalahgunaan narkoba. Ya, Nunung yang notabene berasal dari kalangan publik figure, tertangkap basah oleh Polda Metro Jaya di kediamannya akibat mengonsumsi sabu seberat 0,36 gram.
Senada dengan Nunung, artis yang kini tengah naik daun Jefri Nichol juga tersandung masalah narkoba. Pria yang terkenal lewat film Dear Nathan ini, merupakan artis kedua setelah Nunung yang diringkus oleh polisi dalam kurun sepekan terakhir.
Hal ini tentu menambah parah kondisi bangsa Indonesia yang juga menjadi ladang pemasaran narkoba. Di saat pemerintah bersama rakyat sedang bahu-membahu memberangus narkoba, justru publik figur yang seharusnya menjadi panutan masyarakat harus terjebak dalam belenggu yang menyesatkan.
Bukan hanya itu saja, ketika kondisi bangsa yang sedang pesakitan, narkoba justru menjadi narasi baru kehancuran bangsa Indonesia. Narkoba perlahan menyelinap lalu, masuk ke sendi-sendi dan menjadi bibit baru bagi generasi muda.
Entah siapa yang menginisiasi pemakaian narkoba di kalangan publik figur, narasi yang dibangun sejak lama itu kini perlahan digaungkan dan kian meresahkan. Sejak tahun 2017 saja, sedikitnya terdapat 9 artis yang terjerat kasus serupa.
Maraknya perilaku penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh artis tanah air, juga telah mencoreng nama baik citra pelaku dunia seni. Mereka lupa bahwa dunia seni adalah sebuah profesi yang mulia. Pun begitu ketika menggunakan gelar keseniannya yang harus terkontaminasi oleh candu narkoba.
Mengapa mereka memilih narkoba?
Sebagai sebuah pekerjaan yang bergelut dalam dunia seni, profesi artis memang menuntut pemerannya untuk senantiasa eksis dan terlihat sempurna di depan kamera. Sehingga tak jarang, ketika seorang artis merasa kelelahan, seringkali ia menggunakan narkoba sebagai alternatif pemicu semangat. Bagi mereka, mengonsumsi narkoba juga dapat meningkatkan level kepercayaan diri
Ditambah lagi, kehidupan artis yang serba glamour dan keberadaan narkoba yang ‘bebas’ berkeliaran di pasaran juga menjadi pemicu banyaknya artis yang mengonsumsi narkoba.
Di sinilah para artis kemudian mengklaim bahwa narkoba dapat meningkatkan kreatifitas. Akan tetapi, suatu kebohongan belaka jika narkoba dapat membantu seseorang lebih kreatif. Kenyataan ini sungguh berseberangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zsolt Demetrovics. Dari hasil penelitian itu, ia menemukan bahwa hubungan antara obat-obatan terlarang dan kreativitas masih tidak terbukti secara ilmiah
Namun, masih saja banyak orang, termasuk beberapa seniman terkemuka, mengklaim bahwa menggunakan zat psikoaktif dapat meningkatkan kreativitas. Banyak artis-artis terkenal yang mengonsumsi narkoba justru meninggal karena overdosis. Sekali mencoba narkoba saja, maka dapat menyebabkan kecanduan dan penderitaan yang tiada henti. Perlu diingat, bahwa narkoba tidak hanya dapat membunuh jiwa namun, juga dapat berakibat fatal pada kematian.
Di samping itu, narkoba juga dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan daya ingat, gangguan perhatian/konsentrasi, gangguan perilaku dan pengendalian diri, gangguan motivasi, dan gangguan persepsi/halusinasi. Hal ini akan berakibat pada rusaknya hubungan pribadi maupun sosial pengguna narkoba tersebut.
Rehabilitasi atau jeruji besi?
Kasus narkoba yang menyeret nama Tri Retno Prayudati alias Nunung dan Jefri Nichol memang menyedot perhatian masyarakat. Terlebih lagi, keduanya berasal dari publik figur yang juga menambah panjang daftar artis pengguna narkoba di Indonesia.
Dilihat dari kasus yang terjadi, nampaknya kedua artis tersebut bisa saja dijebloskan ke jeruji besi. Sebab, keduanya tertangkap langsung oleh aparat keamanan. Apalagi, jika kemudian mereka terbukti menjadi sindikat maka, tetap diproses secara hukum dan dibawa ke pengadilan. Namun, beda halnya jika mereka murni pecandu, maka BNN dapat langsung mengirimnya ke pusat rehabilitasi, tanpa perlu meneruskan prosesnya ke pengadilan.
Namun, hal semacam ini juga masih bisa dikelabuhi. Bisa saja, ketika sudah menjalani rehabilitasi, dapat dimungkinkan juga pelaku dapat melakukan kesalahan yang sama. Sebut saja Jennifer Dunn yang sudah keluar masuk penjara padahal sudah menjalani rehabilitasi.
Lalu, sampai kapan Indonesia akan memelihara narasi penghancur negara semacam ini?