Jumat, Oktober 4, 2024

Sumbangsih Azyumardi Azra untuk Kredibilitas Pesantren

Shopiah Syafaatunnisa
Shopiah Syafaatunnisa
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tepatnya sejak hari wafatnya beliau, Indonesia serasa kehilangan aset bangsa. Prestasi dan harum namanya yang mendunia, beliau menghabiskan hidupnya dengan rekam jejak yang mengharumkan nama bangsa dan agama.

Beliau memang telah pergi, tetapi pemikirannya abadi bersama tulisan-tulisan produktif yang menghiasinya semasa hidup.

Memang penulis yang hanya orang biasa ini tak pernah bertemu langsung. Tetapi tulisannya selalu menginspirasi siapapun yang membaca ide-ide brilian beliau yang luar biasa.

Misalnya saja persoalan modernisasi pendidikan di pesantren. Sebagai yang bergelut dengan latar pesantren, saya merasa harus menyampaikan pemikiran penting beliau yang diharapkan dapat menjadi perhatian penting bagi pesantren di Indonesia.

Bagaimanapun, pesantren saat ini tengah membutuhkan referensi segar dan sehat di tengah pertarungan banyaknya peristiwa yang mencederai nama baik dan marwahnya.

Menjaga Identitas Pesantren

Dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru”, nampak kekhawatiran beliau terhadap arus modernisasi yang berpotensi pada pesantren yang kehilangan identitasnya.

Hal ini beliau sampaikan dengan narasi yang begitu bijaksana. Bahwa pada dasarnya, justru arus modernisasi adalah sebuah tuntutan agar pesantren melahirkan seorang ulama yang berwawasan luas.

Itu artinya, sama sekali beliau tidak menentang penerapan modernisasi yang justru menjadi sebuah tuntutan dari kemajuan zaman.

Pesantren merupakan harapan berbagai kalangan dalam mencetak manusia-manusia yang shaleh. Untuk itu, pendidikan pesantren perlu dipertahankan, jangan sampai modernisasi yang berkembang merubah tugas dari pesantren.

Azra mengemukakan dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan dan akhlaqnya para santri diharapkan mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya. Para santri diharapkan dapat memainkan fungsi ulama, karena pengakuan terhadap keulamaan (santri) biasanya yang diakui masyarakat. Selain itu, pesantren juga bertujuan untuk menciptakan manusia muslim mandiri. (Azyumardi Azra, 48: 2003)

Dari sinilah bisa kita tangkap bahwa nilai lebih pesantren di atas harus mampu bertahan, semodern apapun zaman dalam memberikan tuntutan kurikukulm yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Hal itulah yang merupakan ciri dan identitas yang harus terus menjadi prioritas sepanjang keberlangsungan pesantren. Pesantren harus selalu memfokuskan diri mengajarkan watak islami, bukan sekedar ulama yang intelek semata.

Tak dipungkiri, pesantren tak bisa bisa sempurna dalam membidik visi misinya tersebut. Tetapi paling tidak, pesantren harus tetap mempertahankan identitasnya, dengan tidak mengesampingkan tugas pokok di zaman yang menuntut perubahan sekalipun.

Lantas, apakah yang menjadi tugas pokok pesantren? Prof. Azra (48: 2003) mengatakan, tugas pokok yang dipikul pesantren pada esensinya mewujudkan manusia dan masyarakat muslim Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Selama identitas itu dijaga, maka sama artinya dengan mempertahankan kredibilitas pesantren. Meski pada hakikatnya, tidak ada pesantren yang sempurna dari celah para pelanggar aturan. Tetapi pesantren tetaplah mulia dan terhormat sepanjang identitas itu tak pernah dilanggarnya.

Shopiah Syafaatunnisa
Shopiah Syafaatunnisa
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.