Minggu, November 24, 2024

Unsur Budaya Minang pada Film Buya Hamka

Ibnu Umar Fahdri
Ibnu Umar Fahdri
Mahasiswa Semester 3 Tadris IPS IAIN Syekh Nurjati Cirebon
- Advertisement -

“Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cermerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah” Buya Hamka

Salah satu kutipan populer dari seorang tokoh besar nasional yaitu Buya Hamka,yang dimana kutipan itu juga di tayangkan dalam film biografi terbarunya berjudul Buya Hamka garapan Falcon Pictures yang sudah tayang serentak di bioskop Indonesia pada tanggal 19 April yang lalu, Buya Hamka sendiri merupakan sosok ulama besar yang identik dengan suku minang, tulisan-tulisan beliau yang luar biasa masih sering di jadikan bahan bacaan yang menarik untuk di dalami oleh kalangan mahasiswa sampai sekarang.

Film biografi Buya Hamka garapan Falcon Pictures ini selain menggambarkan sosok Buya Hamka, film ini juga menggambarkan unsur budaya, kebiasaan dan juga adat istiadat yang ada pada suku Minangkabau. Ketika kita melihat perjalan hidup sosok Hamka pada film ini rasanya kita melihat begitu banyak unsur budaya yang minang yang tergambar pada film ini.

Seperti unsur sistem pengetahuan yang di gambarkan dengan kisah Hamka sebagai seorang cendikiawan yang merantau sejak muda untuk mencari ilmu, gamabaran ini relate kebiasaaan masyarakat Minangkabau yang memang suka merantau meninggalakan kampung halamannya untuk mencari ilmu ataupun bekerja. Sosok Buya Hamka yang berani bergrilya ketika berhadapan dengan belanda juga menggambarkan betapa masyarakat minang sangat menolak keras ketika ada orang asing yang sembarangan merebut apa yang mereka miliki, menghapus apa yang menjadi budaya mereka.

Sosok Buya Hamka sebagai seorang orator dan sastrawan menggambarkan unsur Bahasa dari masyarakat minang yang begitu pandai dalam merangkai kata betapa masyrakat minang pada zaman itu begitu identik dengan sastra yang sangat kental di kehidupan sehari-harinya, kemudian latar film yang menampilkan rumah khas dari sumatera barat yaitu rumah gadang yang menjadi simbol arsitektur penuh estetika yang merupakan identitas dari suku minangkabau menjadi gambaran dari unsur kesenian dan juga unsur teknologi yang di hadirkan pada film Buya Hamka ini.

Pada film ini juga unsur religi tercermin dari kisah Buya Hamka sebagai sosok ulama yang aktif dan memiliki pengaruh perkembagan islam di Indonesia, menggambarkan bagaimana kentalnya religi yang ada pada masyarakat minang, kemudian juga telihat bagaimana sistem kekerabatan dan organisasi sosial masyarakat minang tergambar begitu jelas pada film ini begitu erat dan padu harus bergriliya bersama melawan.

Dengan mengandung banyak pelajaran hidup yang bisa di petik dari sosok Hamka dan juga banyaknya unsur budaya minang. Maka, sepantasnya kita menyepatkan waktu dan uang kita jika ada rejeki lebih, untuk menonton perjalanan hidup tokoh yang luar biasa sekaligus belajar bagaimana budaya minang yang terkandung di dalamnya sebagai warga negara Indonesia yang harus memiiki pengettahuan luas akan budaya yang ada di Indonesia. Terakhir saya tutup dengan kutipan favorit saya dari Buya Hamka “Jangan Takut Gagal Karena Orang Yang Tidak Pernah Gagal Hanyalah Orang Yang Tidak Pernah Melangkah”

Ibnu Umar Fahdri
Ibnu Umar Fahdri
Mahasiswa Semester 3 Tadris IPS IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.