Minggu, Mei 5, 2024

Tujuan Ilmu Pengetahuan

Anggi Agusti
Anggi Agusti
Menulis adalah Melawan

Ilmu pengetahuan di dunia ini tak terbatas ruang dan waktu. Di mana kita bisa mendapatkannya diberbagai sudut dunia, baik formal ataupun non formal. Ditambah lagi hidup di zaman teknologi tingkat tinggi yang mana segala-segalanya dapat diakses dengan sangat mudah. Tentunya hal ini memudahkan semua orang untuk mengetahui segala sesuatu, meskipun tidak secara detail. Karena terkadang hanya ingin terlihat sok tahu.

Sebagai seorang yang bertanggung jawab terhadap hidupnya maka diharuskan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Karena itu merupakan penunjang dari aspek-aspek kehidupan. Dan untuk mendapatkannya diperlukan kesungguhan dan ketekunan dalam belajar. Serta harus bisa menahan pahit dan bosan dalam prosesnya. Dimana hasilnya akan dapat dipetik dikemudian hari. Terlepas dari paham dan tidak pahamnya, karena pemahaman merupakan kuasa dari sang maha penguasa. Sedangkan menjadi pintar ataupun tidaknya itu bukanlah tujuan tetapi akibat yang ditimbulkanya.

Mengutip dari kitab ta’lim muta’alim karangan Syekh Zarnuzi, bahwa syarat menuntut ilmu ada enam, yang pertama cerdas ( berakal), kedua tekun nan rajin, ketiga sabar, keempat bekal (modal) kelima bimbingan guru dan keenam waktu yang lama. Ketika hal-hal ini terpenuhi maka diyakinkan akan mudah menyerap semua ilmu pengetahuan yang ada. Sehingga ilmu-ilmu yang didapatkan itu bisa diterapkan dan bermanfaat bagi orang lain. Bukan malah menjatukan satu sama lain dan mempertontonkan kecerdasan diri agar mendapat atensi dan apresiasi dari orang lain.

Sering kita temukan orang-orang yang berbicara dengan bahasa  teoritis, akademis dan bahasa” tinggi lainnya yang terkesan ilmiah. Banyak anggapan bahwa orang seperti ini adalah orang terdidik dan pintar. Artinya ia telah mendaratkan kepalanya di berbagai lembaran-lembaran buku, seminar-seminar, pelatihan ini itu dan lembaga pendidikan tinggi lainnya. Sehingga kepalanya penuh dengan macam-macam referensi, dan gaya bicaranya pun sulit dipahami bagi orang awam yang belum sampai ke level tersebut.

Tentunya hal ini tidak salah. Karena semakin banyak ilmu pengetahuan yang didapat maka akan semakin banyak pula pembendaharaan kata yang diperoleh. Lalu, sadar atau tidak sadar kata-kata itu menjelma dalam kebiasaan beretorika. Dan akhirnya gaya bicara pun terlihat begitu ilmiah, karena menggunakan diksi-diksi yang tinggi nan intelek.

Banyak sekali contoh orang-orang yang menggunakan istilah-istilah teoritis nan akademis di dunia nyata dan dunia maya dalam perdebatan untuk mengadu argumen. Sehingga audiensnya, dan bahkan terkadang dia sendiri tidak paham dengan istilah-istilah itu. Hal itu dilakukan tidak lain karena ingin mendapatkan tepukan tangan dan riuh suara kekaguman dari audiensnya.

Memang enak menggurui orang lain, menang enak mematahkan orang lain dengan referensi yang dibungkus dalam diksi ilmiah. Dan itu memang terlihat keren, dan juga tidak salah. Tapi dimana letak fungsi dari ilmu pengetahuan tersebut jika yang dilakukan hanya untuk itu dan yang mengerti hanya mereka-mereka saja? Sedangkan tidak semua orang bisa sampai ke tahap itu disebabkan beberapa faktor yang menjadi penghalangnya.

Salah satu aspek yang pencapaian keberfungsian ilmu pengetahuan adalah dapat bermanfaat terhadap diri sendiri dan orang lain. Sebagai orang yang diberi tanggung jawab terhadap ilmu pengetahuan seharusnya dapat memposisikan diri sebagai seorang pelajar yang ditekankan untuk menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Agar ilmu pengetahuan tersebut dapat tersalurkan dengan baik.

Sehingga menjadikan ketidaktahuan orang-orang menjadi tahu. Karena untuk apa menggunakan bahasa-bahasa teoritis kalo yang menjadi targetnya adalah orang awam yang tidak paham dengan bahasa yang digunakan.

Kalaupun Ingin menggunakan diksi-diksi ilmiah terlebih dahulu melihat siapa yang menjadi target bicara atau dapat melakukan simpflikasi bahasa atau penyederhanaan bahasa agar orang-orang itu paham.

Bukankah ini yang diharapkan dari seorang pelajar yang telah mengembara kesana kesini hanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Seperti teks yang tertulis dalam undang-undang dasar tahun 1945 yang berbunyi, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sejatinya keberfungsian ilmu pengetahuan adalah mempermudah pemahaman orang lain agar dapat menerapkannya dengan baik. Mirisnya sekarang jarang ditemukan hal-hal seperti ini di lingkungan para akademisi maupun santri. Padahal dalam hadist, dikatakan bahwa, barang siapa yang mempermudah masalah orang lain maka Sang Maha Kuasa akan mempermudah masalahnya.

Anggi Agusti
Anggi Agusti
Menulis adalah Melawan
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.