Jumat, April 19, 2024

Seperti Apa Komersialisasi dalam Sepak Bola Indonesia?

Shinta Primayanti
Shinta Primayanti
lahir, Pacitan 27 Agustus 1998. saat ini berkuliah di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, mengambil jurusan ilmu komunikasi

Di Indonesia, sepak bola juga merupakan salah satu olahraga yang banyak disukai oleh semua kalangan masyarakat. Baik itu dari kalangan orang tua, anak muda maupun anak-anak. Lalu, apakah nama dari kompetisi sepak bola di Indonesia saat ini? Klub-klub sepak bola bermain di liga 1. Liga 1 ini merupakan kasta tertinggi dalam sepakbola Indonesia yang diikuti oleh sekitar 18 klub di Indonesia.

Selain itu, banyak perusahaan besar yang ingin menjadi sponsor utama di Liga 1 tersebut. Ditahun 2019, Shopee menjadi sponsor resmi Liga 1 karena sponsor terdahulunya (Gojek) mengundurkan diri. Berbicara tentang sponsor, tidak ada ruginya jika sebuah perusahaan ingin menjadi sponsor sebuah liga maupun klub. Karena itu bisa dijadikan investasi yang menguntungkan.

Bridgewater dalam artikelnya berjudul Football Branding yang dimuat di buku Sport, Komunikasi, dan Audiens (2014) menyatakan, dalam kesuksesan sebuah klub dapat dilihat dari sisi penjualan merchandise. Hal itu dikarenakan para penggemar ingin lebih dekat dengan idolanya dengan cara ingin memiliki barang-barang yang berkaitan dengan pemain-pemain tersebut. Klub-klub yang memiliki sponsor besar akan lebih berani membeli pemain yang cukup mahal.

Hal inilah yang diharapkan agar bisa membangun kekuatan tim itu sendiri dan pemain-pemain mahal tersebut juga berpengaruh untuk menjadi daya tarik bagi penonton. Di Indonesia, salah satunya adalah klub Bali United FC yang memiliki kurang lebih 22 sponsor. Didalam klub ini terdapat tiga pemain “mahal” yaitu Stefano Lillipaly dengan nilai jual 6,6 miliar, Ricky Fajrin dengan nilai 5 miliar, dan Ilija Spasojevic dengan harga 4,6 miliar. Selain itu, ketiga pemain ini juga sering menghiasi iklan televisi untuk mendongkrak penjualan sponsor yang mensponsori Bali United FC.

Tentunya terdapat perbedaan yang sangat jauh dalam proses penjualan merchandise klub, apalagi dimasa pandemi seperti ini pasti mengalami penurunan drastis. Sebelum adanya pandemi, penjualan merchandise di klub Bali United FC mendapat keuntungan cukup besar pada jersey pemain, kaos, jaket dan accesories lainnya. Hal inilah yang membuat management klub memutar otak agar pemasukan tetap stabil.

Pada akhirnya, management klub mengeluarkan inovasi baru dimasa pandemi ini dengan meluncurkan produk masker. Karena saat ini memakai masker merupakan sebuah kewajiban dan tentunya lebih dicari masyarakat, khusunya suporter Bali United FC. Management klub juga mengajak suporter berdonasi, dengan cara membeli minimal 3 buah masker. Otomatis dengan membeli produk tersebut maka masyarakat sudah ikut berdonasi.

Selain itu, CEO Bali United FC saat ini adalah Yabes Tanuri yang pada dasarnya sangat paham betul komersialisasi dan bisnis didalam sepakbola Indonesia. Salah satunya, dibawah naungannya pada tahun 2019 Bali United FC menunjukan citranya dengan memiliki saham go public di Asia Tenggara dan menduduki posisi kedua dideretan Asia.

Melalui saham tersebut, Bali United meraup keuntungan dengan mencapai total 350 miliar rupiah. Nah, demikianlah komersialisasi didalam klub sepak bola indonesia, diharapakan agar teman-teman semua yang telah membaca ini dapat memiliki pengetahuan baru didalam olahraga sepakbola di negara kita dan melihatnya dari sudut pandang baru.

Shinta Primayanti
Shinta Primayanti
lahir, Pacitan 27 Agustus 1998. saat ini berkuliah di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, mengambil jurusan ilmu komunikasi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.