Jumat, Maret 29, 2024

Pemilu Legislatif yang Terlupakan

Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman
Penulis dan pekerja profesional.

Di tahun 2019 ini akan ada apa? Pemilihan presiden, atau pilpres. Semua orang sadar soal itu. Sebaliknya, sedikit yang sadar bahwa 17 April nanti kita juga akan melakukan pemilihan anggota legislatif, yaitu DPR RI, DPRD I, DPRD II, dan DPD. Dibandingkan dengan pemilihan presiden, pemilihan legislatif terasa sangat kurang greget.

Pemberitaan media, perbincangan di media sosial, berbagai acara deklarasi dan kumpul-kumpul, semua didominasi oleh kegiatan untuk pemilihan presiden. Kampanye partai-partai untuk pemilihan anggota legislatif nyaris tak terdengar.

Apa boleh buat, jabatan presiden memang sangat sentral. Tidak heran fokus orang pada pemilihan presiden. Pemilihan presiden dilaksanakan bersama pemilihan anggota legislatif itu seperti menggabungkan pertandingan sepak bola Piala Dunia dengan pertandingan Liga Indonesia. Wajar saja kalau perhatian orang lebih besar pada pemilihan presiden.

Pemilihan presiden hanya menyediakan 2 calon. Fokus perhatian orang terarah hanya pada 2 pasang itu. Pendukung terbagi hanya pada 2 kelompok itu. Bandingkan dengan pemilihan legislatif. Partainya saja ada banyak, apalagi calonnya. Konsentrasi massa pendukung untuk pemilihan presiden jelas sangat jauh lebih tinggi daripada pemilihan legislatif.

Soalnya bisa jauh lebih dari sekadar soal jumlah calon. Saya masih ingat betul saat pemilihan anggota legislatif tahun 2014, saya bingung mau pilih calon yang mana. Sangat sedikit dari calon-calon yang namanya tertulis di surat suara yang saya kenal namanya. Dari yang saya kenal itu tidak ada yang memenuhi kriteria saya untuk saya pilih. Saya tidak melihat kiprah positif mereka, baik sebagai anggota dewan (bagi yang sedang menjabat), maupun sebagai anggota masyarakat yang ingin menjadi anggota dewan.

Artinya, keadaan itu berujung pada suatu kenyataan soal kinerja DPR. Adalah fakta bahwa kinerja DPR sangat rendah. Apalagi DPRD. Masyarakat tidak melihat bukti-bukti kerja DPR, juga tidak mengenal kiprah para anggotanya. Para anggota DPR yang sering menjadi bahan berita adalah orang-orang yang sibuk terlibat dalam pusaran pemilihan presiden saja.

Orang-orang partai sepertinya sangat sadar soal itu. Mereka sadar tidak populer. Eksistensi mereka sangat tergantung pada calon presiden yang mereka usung. Alih-alih mempromosikan partai, mereka lebih suka mempromosikan calon presiden, dengan harapan akan mendapat cipratan popularitas dari calon presiden. Partai yang seharusnya menjadi mesin politik untuk menggerakkan dukungan bagi calon presiden malah memerankan fungsi terbalik, yaitu menggantungkan diri pada popularitas calon presiden.

Sebelum digabungkan dengan pemilihan presiden pun pemilihan anggota legislatif sudah sangat kurang greget. Partai-partai umumnya hanya berpusat pada figur, bukan program, apalagi ideologi. Begitu sang figur surut pamornya, surut pula pamor partai itu. Ada banyak partai yang sudah tidak lagi punya figur yang diandalkan, lalu perolehan suaranya terus merosot. Kini mereka terancam tidak lolos electoral threshold. Dalam situasi itu, ditambah lagi dengan kedua pemilu yang digabung, partai-partai menjadi semakin tak bergaung.

Yang akan terjadi adalah: orang memilih asal-asalan. Atau, memilih atas dorongan kepentingan lain, yaitu imbalan. Pemilih menentukan pilihan kepada orang-orang yang hadir di depan mereka, membawakan kebutuhan-kebutuhan jangka pendek bagi mereka, memberikan pelayanan selama masa kampanye. Sebenarnya itu hanya bentuk halus dari politik uang. Bahkan tidak sedikit pula yang terang-terangan menyodorkan uang sebagai imbalan.

Besar kemungkinan kita akan mendapatkan anggota legislatif yang secara keseluruhan lebih buruk dari sekarang, sebagai akibat bersandingnya kedua pemilihan umum ini. Orang-orang yang terpilih melalui tebaran uang akan kalap mencari uang untuk mengembalikan modal yang sudah mereka keluarkan. DPR dan DPRD yang selama ini sudah korup, akan makin korup lagi.

Pemilihan legislatif akhirnya hanya kegiatan mubazir yang menghabiskan dana triliunan rupiah.

Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman
Penulis dan pekerja profesional.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.