Jakarta mendung, jalanan basah karena hujan semalam, dan genangan air di dekat trotoar seolah mendambah sendu suasana. Setya Novanto divonis hari ini dan alam seperti berduka. Bukan apa-apa, karisma beliau sebagai sosok guru bangsa memang kontroversial. Karena cuma beliau yang bisa bikin bakpau dan tiang listrik bisa diperbincangkan oleh nyaris seluruh warga negara di bawah koling langit. Prestasi yang bahkan Profesor Habibi atau Almarhum Gus Dur saja tidak mampu, atau dengan kata lain jatmika.
Ada banyak yang bersedih karena Papa Setya Novanto divonis hari ini. Sebagian karena rasa keadilan, sisanya karena ketakutan. Takut terseret? Ya bukan, takut beliau tidak bisa lagi jadi sosok inspirasi bangsa. Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk mengenang sosok Papa Setya Novanto?
Dalam rentang hidupnya yang demikian dinamis, Papa Setya Novanto pernah berkarier mulai dari model sampai supir. Tapi justru saat ia menjadi wakil rakyat bakat-bakat adiluhungnya benar-benar bersinar. Kini saat ia jadi pesakitan, dianggap penjahat, koruptor, bromocorah, maling uang, bedebah, dan sampah peradaban, kita justru merindukan sosoknya. Mungkinkah ia akan bisa kembali ke jalan yang terang? Apakah kali ini Boruto bisa mengalahkan Bezita? Di mana Ichigo bisa menemukan One Piece?
Pertanyaan-pertanyaan penting ini tentu hanya bisa dijawab oleh filsuf dan ilmuwan, tapi, jika boleh memberikan usul, saya ingin Papa Setya Novanto berhenti menjadi politisi selepas dari penjara. Dengan berbagai bonus remisi yang bisa diberikan sepanjang hayat, seperti remisi lebaran, ulang tahun kemerdekaan, hari lahir Lucifer, hingga perayaan 70 tahun kemerdekaan Republik Korea Utara, saya perkirakan Papa Setya Novanto akan bebas pada 2022, tepat pada perhelatan pembukaan Piala Dunia.
Nah, apa yang harus beliau lakukan selepas penjara? Ini beberapa rekomendasi karier yang bisa beliau geluti.
- Konsultan Politik
Seperti pemain bola yang pensiun, Papa Setya Novanto bisa menjadi pelatih. Jika tak lagi bisa jadi politisi, jadilah konsultan politik. Dalam gelanggang politik, konsultan sebelas dua belas dengan pelatih. Ia memberikan arahan, rujukan, dan rekomendasi. Berbagai capaian Papa selama menjadi politisi sudah lebih dari cukup sebagai modal.
2. Penyair
Politik melahirkan tekanan dan setiap tekanan akan menghadirkan estetika. Ini mengapa Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono GCB AC yang seorang musisi berprofesi presiden bisa meluncurkan antologi puisi. Nah, saat pembacaan nota pembelaan Papa Setya Novanto juga ternyata mampu menuliskan puisi yang indah. Jika Goenawan Mohammad pernah bertanya, siapa yang berhak mewakili orang miskin, jawabannya tentu Beni Satryo. Tapi siapa yang berhak mewakili sajak dalam gelanggang kebudayaan? Tentu saja Setya Novanto. Untuk itu, saya mengusulkan daftar 33 Tokoh Sastra Paling Perpengaruh ditambah satu nama lagi: Setya Novanto.
3. Penguji Coba Kasur Profesional
Papa Setya Novanto barangkali adalah sedikit manusia yang diberikan berkah kemampuan tidur di mana pun ia berada. Sebagai orang yang susah tidur, saya kerap kali iri dan gemas pada mereka yang bisa tidur dengan mudah. Papa bisa tidur saat rapat sidang umum DPR/MPR, sidang kasus korupsi E-KTP, hingga berbagai kesempatan. Kemampuannya ini mungkin bisa dimanfaatkan untuk karier sebagai penguji coba kasur. Benar, profesi ini mengharuskan seseorang untuk tidur di kasur: Mengukur kenyamanan, tingkat kelenturan, hingga bentuk tubuh manusia di atasnya. Saya yakin karier beliau bisa sangat bersinar.
4. Escape Artist
Sebelumnya saya pernah menulis bahwa jika Amerika punya Houdini yang bisa melepaskan diri dan kabur dari jeratan, di Indonesia ada Setya Novanto. Ia bisa lolos dari berbagai polemik, kasus, dan tuduhan. Sesuatu yang bahkan Sembara saja gagal lakukan saat menghadapi ilmu santet Mak Lampir. Bayangkan Christ Angel akan datang ke Indonesia hanya untuk mengantar hormat kepada Papa Setya Novanto, mengakui bahwa dirinya daif, dan belajar ilmu melepaskan jerat hukum.
5. Ustadz
Sebagai muslim, Papa Setya Novanto sudah punya gelar Kyai Haji. Kurang apa lagi?