Jumat, Maret 29, 2024

Indonesia Maju Terbit dari Istana, Pak Jokowi Selamat Bekerja

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia

Sungguh tahun politik yang begitu menguras energi. Pelantikan Presiden  Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada 20 Oktober kemarin menjadi semangat politik baru bagi negeri ini untuk maju.

Ya, Jokowi melangkah ke periode kedua. Kekhawatiran adanya upaya untuk menggagalkan pelantikan tidak menjadi kenyataan. Memang sempat terjadi aksi teror penusukan terhadap Wiranto, tetapi aparat bertindak cepat. Pengamanan selama acara pelantikan berjalan sangat ketat, tanpa mengurangi kedekatan Jokowi dengan masyarakat.

Bergerak cepat, esok hari setelah mentari pagi terbit, Jokowi mulai memanggil orang-orang yang bakal didapuk sebagai pembantu presiden di kabinet mendatang. Gelombang pertama pemanggilan memberi sentimen positif dengan datangnya tokoh-tokoh profesional seperti Nadiem Makarim, Erick Thohir, dan Wishnutama.

Sosok Nadiem tak bisa dilepaskan dari Gojek, startup lokal yang kemudian berkembang menjadi unicorn kelas dunia. Bersaing dengan aplikasi sejenis dari negara tetangga, Gojek mengubah pola aktivitas ke arah daring (online) serta memberdayakan banyak sekali tenaga dari kemungkinan pengangguran.

Erick mulai masuk radar Jokowi sejak keberhasilannya menyelenggarakan hajatan olahraga Asian Games tahun lalu. Erick kemudian dipilih Jokowi sebagai ketua tim kampanye selama Pilpres. Bermula dari bisnis media dan hiburan, Erick membeli klub-klub olahraga seperti Inter Milan.

Sedangkan Wishnutama adalah pendiri televisi NET, setelah sebelumnya sukses mengembangkan program-program kreatif di grup TransTV. NET dikenal sebagai kanal televisi yang konsisten menyajikan konten-konten siaran berkualitas yang menghibur tanpa gosip pesohor dan sinetron.

Selain itu datang pula ke istana politisi senior Mahfud MD, yang pernah menjabat menteri dengan dua pos berbeda pada masa (alm) Presiden Gus Dur. Mahfud kemudian menduduki jabatan ketua Mahkamah Konstitusi, dan kini menjadi dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Yang paling menghebohkan tentu saja kedatangan mantan seteru berat Jokowi sejak 2014 silam. Prabowo Subianto memastikan partainya Gerindra siap membantu pemerintahan Jokowi. Kuat dugaan setidaknya pos menteri pertahanan diplot untuk Prabowo.

Jauh-jauh hari Jokowi sudah memastikan bahwa kabinet periode kedua akan diisi lebih banyak orang-orang profesional dibandingkan politisi, dengan komposisi 55-45. Untuk mengakomodasi tumbuhnya lapisan generasi muda, Jokowi menjanjikan akan merekrut menteri berusia di bawah 35 dan 30 tahun.

Sejumlah nama menteri yang dinilai berprestasi dari periode sebelumnya diprediksi akan dipertahankan. Terbukti dengan dipanggilnya nama-nama seperti Sri Mulyani sebagai penjaga keuangan negara dan Basuki Hadimuljo sebagai “panglima” infrastruktur, program andalan Jokowi pada periode lalu.

Tidak ayal, nama-nama berlatar belakang partai politik masih akan malang-melintang. Sebut saja Airlangga Hartato (ketua umum Golkar), Siti Nurbaya Bakar (politisi Nasdem), atau nama baru seperti Ida Fauziyah (mantan cawagub Jateng dari PKB) dan Suharso Monoarfa (Plt ketua umum PPP).

Publik terus menyorot proses politik yang sedang bergulir. Dalam tulisan sebelumnya penulis pernah menyinggung pentingnya peran serta publik dalam turut menelisik rekam jejak para calon menteri, agar sesuai dengan visi dan program Jokowi pada periode ke depan.

Dalam pidato pelantikan di depan sidang MPR, Jokowi bertekad untuk membawa Indonesia keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap) dan menjadi lima besar ekonomi dunia pada ulang tahun ke-100 republik pada 2045 mendatang.

Untuk mencapai ke arah sana, Jokowi menekankan pentingnya inovasi dan menjauhi rutinitas yang monoton. Jokowi mengritik paradigma birokrasi kita yang sebatas mengirim (sending) alih-alih making delivered. Jokowi menekankan pada orientasi hasil sebagai yang utama ketimbang proses.

Sebagai langkah konkret, Jokowi kembali menegaskan fokus pada pembangunan SDM termasuk mengundang talenta-talenta global dan perlunya endowment fund. Berikutnya adalah melanjutkan pembangunan infrastruktur dan pemangkasan regulasi beserta eselon birokrasi.

Ditutup dengan mengulang kembali pentingnya transformasi ekonomi dari ketergantungan pada sumber daya alam yang kerapkali hanya menjadi kutukan, ke arah daya saing manufaktur dan jasa dengan nilai tambah yang tinggi.

Mengutip pepatah Bugis, pura babbara’ sompekku, pura tangkisi’ golikku, Jokowi telah mengembangkan layar dan memasang kemudi. Tugas para menteri memastikan bahtera republik tidak tersesat dalam inkompetensi dan sengkarut politik, apa lagi semata-mata dijadikan kendaraan menuju 2024.

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.