Kamis, November 14, 2024

Hidup Berdasar Logika Mayoritas

Ismaya Indri Astuti
Ismaya Indri Astuti
Experienced Educator, Content Writer, and Researcher with a demonstrated history of working in the education system. Passionate about literacy in Cultural Studies and Indonesian Historical Studies
- Advertisement -

Saya ingin menyoal tentang Eksistensi Manusia menurut Søren Aabye Kierkegaard. Filsuf yang satu ini memang kurang familiar di telinga kita. Kierkegaard itu filsuf sekaligus teolog dari Denmark.

Jadi begini. Dalam cermatan Kierkegaard permasalahan besar manusia saat ini adalah The Crowd, atau sebut saja Kerumunan. Hidup kita sekarang itu hidup yang massing of society, kita hidup dalam dunia hari ini atas nama Trend. Kita hidup dengan logika mayoritas orang, yang akibatnya kita tidak memahami diri kita sendiri dan kita hanya ikut apa yang terjadi di sekeliling kita.

Itulah yang disebut The Crowd a.k.a Kerumunan, yang menyebabkan indivitualitas kita hilang.

Saat ini, kita hidup jadi manusia modern, lebih tepatnya kalau katanya Kierkegaard yaitu Makhluk Anonim. Makhluk Anonim mempunyai arti “tidak punya identitas”. Kita diombang-ombangkan oleh para ahli dan para tokoh yang gagasan-gagasan mereka membuat semua orang terpana dan terpesona, lalu kita ikut terlena karenanya sehingga kita tidak menjadi diri yang otentik.

Jadi, coba kita kembali cermati lagi ya. Modus hidup kita selama ini itu apa? Mana yang otentik keinginan kita sendiri? Mana yang pengaruh dari kerumunan masyarakat kita? Let we see, as simple around you lah cobak ~ mulai merk baju, merk sepatu, merk laptop, model HP, tempat nongki, warung langganan, dan macem-macem, coba dicermati itu kerumunan atau otentik.

So far, orang modern ndak bisa jadi dirinya sendiri, yang ada selalu identitas-identitas kerumunan. Sekarang aku punya identitas baru, ASN Kemenperin. Ya, itukan identitas-identitas kerumunan, yang membuat diri ku sendiri ndak otentik, membuat diri seolah terlalu banyak lapisan, terlalu banyak topeng, akhirnya aku yang susah memahami diri ku sendiri. Karepe pie, aku yo gak eruh dan gak iso jawab.

Misal, kalau ada orang tanya, “kamu ini tipe manusia yang kayak gimana sih?”. Jelas aku bakal kesulitan untuk menjawab. Kenapa? Karena banyak topeng selama ini. Terlalu banyak institusi, terlalu banyak lembaga, itu masalah! Aku jadi manusia yang in-otentik, aku ndak otentik, ada problem otentisitas.

Jadi, apa sih in-otentik itu? Yaitu segala yang muncul ketika karakter dan kebutuh individu diabaikan, diingkari, dikaburkan, diruwet-ruwetkan dibawah institusi-insitusi. Terkadang kita emoh melakukan itu, tapi institusi tempat kita bernaung menyuruh kita begitu, terpaksa deh kalian lakukan. Itu menunjukkan kita ndak otentik. Kalau otentik yaaaa apa mau kita, kata hati nurani kita, itu otentik.

Wahai manusia modern~ problem kerumunan lah yang membuat kalian ndak otentik.

Wis ngunu ae, no comment needed.

Ismaya Indri Astuti
Ismaya Indri Astuti
Experienced Educator, Content Writer, and Researcher with a demonstrated history of working in the education system. Passionate about literacy in Cultural Studies and Indonesian Historical Studies
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.