Kamis, April 25, 2024

Brosur Lebaran

Agnes Yusuf
Agnes Yusufhttp://heysenja.wordpress.com
Kadang menulis, sesekali makan es krim, setiap saat berkelana.

Merayakan momen Idul Fitri dewasa ini ditandai dari momen seluruh rakyat di Indonesia untuk berkumpul sanak keluarga, momen yang tepat saling melepas rasa rindu setelah sekian tahun lamanya tak berjumpa. Mudik, dalam perayaan hari raya Idul fitri merupakan suatu fenomena sosial yang massif menjadi tren bagi rakyat Indonesia. Pulang ke kampung halaman, adalah waktu yang sangat dirindukan, dinanti-nantikan, sebagai kesempatan untuk melepas rasa lelah dan penat, atas bisingnya ibukota, metropolitan, dan megapnya lampu-lampu kota.

Berdasarkan data statitistik yang disampaikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), ada sekitar 14,9 juta orang atau 44,1 persen dari total penduduk Jabodetabek yang melakukan mudik ke kampung halamannya. Diperkirakan penduduk di Jabodetabek mencapai 30-40 juta jiwa, sehingga 44,1 persen dapat dipastikan masyarakat akan menggunakan waktu cuti dan libur hari raya Idul Fitri untuk mudik, dari hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa daerah tujuan terbanyak pemudik dari Jabodetabek adalah ke wilayah Jawa Tengah sebanyak 5.615.408 orang (37,68 persen), Jawa Barat 3.709.049 orang (24,89 persen), dan ke Jawa Timur sebanyak 1.660.625 orang (11,14 persen).

Hal tersebut membuktikan, bahwa urbanisasi (perpindahan dari desa ke kota) telah mencapai angka yang sangat signifikan, hilangnya mata pencaharian di desa mengakibatkan rakyat terpaksa ‘pergi ke kota’ untuk mengadu nasib, di tengah kondisi industrialisasi Indonesia yang masih keterbelakangan.

Kebijakan flexibility market labour menciptakan ketidakpastian bagi kelas buruh dan angkatan kerja di Indonesia. Membludaknya angkatan kerja tidak dibarengi oleh ketersediaan dari lapangan pekerjaan, sistem kontrak, outsourching, dan sebagainya masih menjadi penderitaan yang dialami kelas buruh. Maka tidak heran, jika banyak masyarakat setelah datang ke kota akibat dari tidak adanya lapangan pekerjaan yang jelas, mereka beralih menjadi pekerja serabutan, pekerja lepas, dan bahkan menjadi lumpen perkotaan.

Hilangnya tanah kaum tani di desa pun menyebabkan kaum tani kehilangan sumber mata pencahariannya, kehilangan alat produksinya, sebab tanah-tanah kaum tani semakin lama semakin dirampas oleh tuan tanah besar, alhasil anak-anak dari kaum tani pun harus rela melangkahkan kaki ke kota demi sebuah harapan akan dapatnya pekerjaan.

Fenomena mudik pada perayaan Idul Fitri ini juga, menyimpan suka maupun duka yang menyulitkan bagi rakyat Indonesia. Bagaimana tidak, pada tahun 2019 ini diperkirakan sekitar 20,9 persen pemudik akan menghabiskan dana di lokasi mudik sebanyak 500 ribu – 1 Juta, sedangkan 20,1 persen dana sekitar 1,5 juta – 2,5 juta. Jika kita hitung besaran UMP kelas buruh di Jakarta yaitu sebesar 3.940.973, dana mudik terkecil yang digunakan ialah sebesar 500 ribu rupiah, jika ditambah dengan istri dan 2 anak, maka sudah menghabiskan biaya sebesar 2 juta rupiah. Bisa dibayangkan jika memiliki lebih dari 2 anak, atau biaya untuk mudik tersebut melebihi dari nilai 500 ribu, tentunya akan sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk bisa berjumpa keluarga bersilaturahmi di kampung halaman.

Belum lagi jika harus menyiapkan kebutuhan menyantap hidangan di hari raya, hal tersebut juga belum termasuk untuk menyiapkan oleh-oleh yang akan dibawa ke kampung halaman. Oleh karena itu, tuntutan untuk mendapatkan THR (Tunjangan Hari Raya) yang sudah diatur dalam regulasi di Indonesia menjadi begitu penting. Betapa sulitnya rakyat Indonesia menanggung beban hal tersebut, hanya untuk bisa berjumpa keluarga di kampung halaman. Walaupun dalam praktiknya, rakyat Indonesia selalu diajarkan bagaimana cara untuk bertahan hidup, rakyat diajarkan akan penderitaan, sehingga tetap mengusahakan dengan berbagai cara agar tetap bisa merayakan hari raya Idul Fitri saat ini.

Dalam menyambut kemenangan di hari besar ini, kita hendaknya untuk tidak bersenang-senang sendiri, tetapi kita perlu menyambut hari raya besar ini dengan sukacita bersama massa rakyat Indonesia. Pada hari raya ini, jangan ada suatu masyarakat yang merasakan susah, tetapi sebaliknya, harus turut senang dan berbahagia. Dan oleh karena itu, gegap gempita memperingati hari raya Idul Fitri, hendaknya kita jadikan sebuah momentum semakin meluas dan mempereratnya solidaritas kita terhadap kelas buruh, kaum tani, pemuda mahasiswa, perempuan, dan kaum tertindas lainnya yang melawan segala bentuk penindasan dan penghisapan di negeri ini.

Bagi saya, maksud dari pada hari raya Idul Fitri ialah suatu momentum untuk menanam dan memperdalam benih-benih persatuan di dalam massa luas, memupuk kebutuhan serta rasa persaudaraan yang tinggi tidak membedakan golongan satu dengan golongan lainnya, mari kita rayakan hari raya Idul Fitri dengan penuh sukacita, terus gelorakan semangat pemuda untuk membangkitkan, menggerakkan, dan mengorganisasikan perjuangan rakyat Indonesia.

Agnes Yusuf
Agnes Yusufhttp://heysenja.wordpress.com
Kadang menulis, sesekali makan es krim, setiap saat berkelana.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.