Minggu, November 24, 2024

Vanity Fair: Potret Pansos

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Vanity Fair adalah sebuah novel yang ditulis oleh William Makepeace Thackeray, pertama kali diterbitkan sebagai serial pada tahun 1847–48. Ini adalah sebuah novel satiris yang mengisahkan kehidupan dua wanita, Becky Sharp dan Amelia Sedley, sewaktu dan seusai Perang Napoleon. Cerita ini mengeksplorasi tema-tema seperti pendakian sosial (pansos), manipulasi, dan konsekuensi dari ambisi.

Thackeray menggunakan istilah “Vanity Fair” untuk melambangkan dunia kesia-siaan dan hipokrisi yang dihuni oleh karakter-karakternya. Novel ini terkenal dengan kecerdasannya, karakter-karakter yang berkesan, dan komentarnya tentang masyarakat dan sifat manusia.

Dalam novel ini, gambaran pansos merupakan tema sentral yang dieksplorasi melalui karakter Becky Sharp. Becky adalah seorang wanita yang licik dan ambisius dari latar belakang kelas bawah yang berusaha naik di masyarakat melalui manipulasi, pesona, dan oportunisme. Dia menggunakan kecerdasan dan kecantikannya untuk merayu pria kaya dan berpengaruh. Ini pada akhirnya bertujuan untuk mengamankan posisinya di kalangan masyarakat atas.

Upaya pengejaran Becky yang tak kenal lelah terhadap status sosial membawanya untuk memanipulasi dan mengkhianati orang-orang di sekitarnya, termasuk temannya Amelia Sedley dan suaminya Rawdon Crawley. Lewat tindakan Becky, Thackeray sebagai pengarang mengkritik nilai-nilai dangkal dari masyarakat yang digambarkan dalam novel ini, di mana kedudukan sosial dan kekayaan seringkali lebih diutamakan daripada integritas moral dan hubungan yang tulus.

Thackeray menggunakan karakter Becky untuk menggambarkan kelemahan dari sikap pansos, karena upaya pada akhirnya membawanya kepada kehancuran. Meskipun berusaha untk pansos, Becky akhirnya menjadi terisolasi dan kecewa. Ambisinya menjadi hampa dan sia-sia karena terjerumus dengan sifat fana kesuksesan duniawi.

Sikap pansos ini tidak berdiri sendiri, tapi juga berbarengan dengan kesukaan untuk memanipulasi. Watak manipulatif begitu meresap dalam Vanity Fair, yang tampak nyata lewat karakter-karakter dalam novel yang menggunakan berbagai taktik untuk memajukan kepentingan dan ambisi masing-masing. Becky Sharp, sebagai misal, adalah seorang manipulator ulung yang menggunakan kecerdasan, pesona, dan kecerdikannya untuk memanipulasi orang-orang di sekitarnya demi keuntungan pribadinya.

Aksi manipulasi Becky terlihat dalam hubungannya dengan pria maupun wanita. Dia dengan sengaja memasukkan dirinya dengan tokoh-tokoh berpengaruh, semisal Marquess of Steyne yang kaya dan berkuasa, untuk mendapatkan akses ke lingkaran sosial dan dukungan keuangan. Selain itu, Becky memanipulasi temannya Amelia Sedley dan suaminya Rawdon Crawley untuk mengedepankan agendanya sendiri, memanfaatkan kasih sayang dan kepercayaan mereka untuk tujuannya sendiri.

Namun, Becky bukanlah satu-satunya karakter yang terlibat dalam tindakan yang memanipulasi. Karakter lain, seperti Jos Sedley yang munafik dan licik, juga memanipulasi situasi dan orang-orang untuk melayani kepentingannya sendiri. Thackeray menggunakan contoh-contoh aksi smanipulasi ini untuk mengkritik kemunduran moral dan egoisme yang lazim dalam masyarakat pada periode waktu yang digambarkan dalam novel.

Persoalan ambisi juga tak kalah ruwetnya dalam Vanity Fair. Ambisi adalah kekuatan penggerak bagi banyak karakter di sini sebab ia membentuk tindakan dan hubungan para karakter sepanjang novel. Dari pengejaran tanpa henti Becky Sharp terhadap status sosial hingga keinginan Rawdon Crawley untuk mengamankan kekayaan keluarganya, ambisi mendorong karakter-karakter yang ada untuk berusaha meraih kesuksesan, seringkali dengan mengorbankan orang lain.

Becky Sharp adalah cermin manusia ambisius yang paling perhitungan, menggunakan kecerdasan dan pesonanya untuk pansos dan mengamankan tempatnya di kelompok eseleon masyarakat atas. Ambisinya untuk memanipulasi dan mengkhianati orang-orang di sekitarnya akhirnya mendorongnya untuk membuat keputusan yang merusak secara moral demi mencapai tujuannya.

- Advertisement -

Sementara itu, Rawdon Crawley didorong oleh ambisi untuk mempertahankan status dan kekayaan keluarganya. Meskipun awalnya ragu untuk menikahi Becky, Rawdon tergoda oleh daya tariknya dan janji keamanan finansial. Ambisinya untuk mengamankan kekayaan keluarganya membuatnya mengabaikan kelemahan Becky dan terjerat dalam tipu dayanya.

Sepanjang novel, Thackeray mengeksplorasi konsekuensi dari ambisi yang tak terbendung, menggambarkan karakter yang bersedia mengorbankan prinsip-prinsip dan hubungan dalam perburuan kesuksesan duniawi. Namun, dia juga menyoroti sifat sementara ambisi, ketika karakter seperti Becky pada akhirnya merasa kecewa dan hampa meskipun mencapai tujuan mereka. Dengan demikian, Vanity Fair berfungsi sebagai peringatan tentang bahaya ambisi dan pentingnya menjaga integritas dan nilai-nilai dalam perjalanan mencapai kesuksesan.

Terlepas dari penggambarannya yang kritis terhadap masyarakat dan sifat manusia, saya melihat novel ini memiliki gaya sastra yang hebat. Gaya prosa Thackeray luar biasa, yang ditandai dengan kecerdasannya, humor, dan pengamatan yang tajam. Suara naratifnya melibatkan pembaca dengan nada ironis dan komentarnya yang penuh wawasan. Ini membuat Vanity Fair menjadi bacaan yang menghibur dan memprovokasi pemikiran.

Belum lagi bahwa pengetahuan William Makepeace Thackeray tentang sastra Perancis yang memang memberi warna pada Vanity Fair. Thackeray adalah seorang pembaca yang baik dan berpengetahuan tentang sastra dan budaya Perancis. Pengaruh ini terlihat dalam penggunaa alusi sastra dan karakterisasi.

Terkait penggunaan alusi, Thackeray sering merujuk pada sastra dan budaya Perancis sepanjang Vanity Fair. Misalnya, dia merujuk pada penulis Perancis seperti Voltaire dan Rousseau, serta peristiwa dan tokoh sejarah Perancis. Alusi-alusi ini menambah kedalaman dan kekayaan pada novel tersebut, memperlihatkan pengetahuan Thackeray dan memberikan wawasan tentang karakter dan tema.

Menyangkut karakterisasi, penggambaran karakter oleh Thackeray dalam novel ini juga dapat mencerminkan pengaruh sastra Perancis. Novel ini menampilkan karakter yang menggambarkan arketipe yang ditemukan dalam sastra Perancis, seperti femme fatale yang licik dan manipulatif (misalnya, Becky Sharp) atau ingénue yang naif dan idealis (misalnya, Amelia Sedley). Karakterisasi yang penuh nuansa dari Thackeray yang menggabungkan konvensi sastra fungsional menciptakan karakter yang kompleks dan menarik.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.