Sabtu, Maret 15, 2025

Tokamak: Rahasia Energi Tak Terbatas Tiongkok

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Manusia, dengan rasa ingin tahunya yang tak terbatas, selalu menatap langit dan bertanya-tanya: bagaimana matahari, sang sumber kehidupan, bisa terus bersinar selama miliaran tahun? Apa rahasia di balik energinya yang seolah tak ada habisnya? Pertanyaan-pertanyaan ini telah menghantui para ilmuwan dan filsuf selama berabad-abad.

Baru pada abad ke-20, misteri matahari mulai terungkap. Para ilmuwan menemukan bahwa matahari adalah reaktor fusi nuklir raksasa. Di dalam inti matahari, atom-atom hidrogen yang ringan terus-menerus bertumbukan dan menyatu, membentuk atom helium yang lebih berat. Proses fusi ini melepaskan energi dalam jumlah yang sangat besar, yang kemudian dipancarkan ke seluruh tata surya, memberi kehidupan bagi planet kita.

Penemuan ini membuka cakrawala baru bagi umat manusia. Jika matahari bisa menghasilkan energi yang tak terbatas lewat fusi nuklir, mungkinkah kita meniru proses tersebut di Bumi? Mungkinkah kita menciptakan “matahari buatan” yang dapat memenuhi kebutuhan energi dunia yang terus meningkat?

Ide ini mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah beberapa dekade lalu, namun kini kita semakin dekat dengan mewujudkannya. Teknologi fusi nuklir sedang berkembang pesat, menjanjikan sumber energi bersih dan tak terbatas bagi umat manusia. Ia dipandang sebagai tonggak sejarah teknologi global selanjutnya, setara dengan internet 6G dan kecerdasan buatan (AI) tingkat lanjut.

Dan Tiongkok, dengan ambisinya yang besar dalam mendominasi teknologi masa depan, berada di garis depan dalam perlombaan fusi nuklir ini. Mereka telah berhasil membangun reaktor “matahari buatan” yang disebut Tokamak, sebuah mesin berbentuk donat raksasa yang meniru proses fusi di inti matahari.

Reaktor fusi nuklir, atau yang sering disebut “matahari buatan”, pada dasarnya adalah perangkat yang dirancang untuk meniru proses yang terjadi di inti matahari. Reaktor ini bekerja dengan menciptakan fusi nuklir, yaitu menggabungkan atom-atom ringan menjadi atom yang lebih berat, dan dalam prosesnya melepaskan energi yang sangat besar.

Tiongkok telah berhasil membangun reaktor fusi nuklir yang diberi nama Tokamak. Mesin ini memiliki bentuk yang unik, menyerupai donat logam raksasa. Di dalam Tokamak, gas dipanaskan hingga mencapai suhu dan tekanan ekstrem untuk memicu reaksi fusi nuklir.

Dan baru-baru ini, Tokamak milik Tiongkok berhasil menorehkan prestasi yang menakjubkan. Reaktor tersebut mampu mempertahankan suhu 100 juta derajat Celcius selama 1.060 detik atau sekitar 17 menit. Ini merupakan rekor dunia baru, melampaui rekor sebelumnya yang juga dicapai oleh Tiongkok pada tahun 2023, yaitu mempertahankan suhu 100 juta derajat Celcius selama 403 detik.

Sebagai perbandingan, bayangkan 70.000 oven menyala bersamaan selama 7 menit! Itulah gambaran betapa panasnya reaktor fusi nuklir tersebut. Pencapaian ini menandai tonggak sejarah yang penting dalam pengembangan teknologi fusi nuklir.

Fusi nuklir sering disebut sebagai “Cawan Suci energi” karena potensi yang dimilikinya. Ia menjanjikan sumber energi yang tak terbatas, bersih, dan efisien. Energi dari fusi nuklir diperkirakan 4 juta kali lebih besar daripada energi yang dihasilkan oleh pembakaran batu bara, minyak, atau gas.

- Advertisement -

Selain itu, fusi nuklir tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca dan limbah radioaktif, sehingga menjadikannya solusi ideal untuk mengatasi krisis energi dan perubahan iklim.

Namun, mencapai fusi nuklir yang stabil dan berkelanjutan bukanlah perkara mudah. Prosesnya sangat kompleks dan menantang. Membutuhkan teknologi canggih untuk memanaskan gas hingga suhu ekstrem, menahan panas tersebut, dan menjaga kestabilan reaktor.

Tak heran jika perkembangan teknologi fusi nuklir berjalan lambat. Namun, para ilmuwan di berbagai belahan dunia telah berjuang selama 70 tahun untuk mewujudkan mimpi energi bersih ini. Dan dengan kemajuan yang dicapai oleh Tiongkok, harapan untuk masa depan yang lebih baik semakin terlihat.

Perlombaan untuk menguasai teknologi fusi nuklir telah menarik banyak pemain, baik negara maupun swasta. Negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, Prancis, Rusia, Korea Selatan, Jepang, India, dan Tiongkok telah menginvestasikan sumber daya yang signifikan dalam penelitian dan pengembangan fusi nuklir.

Di sisi lain, perusahaan rintisan (startup) yang berfokus pada fusi nuklir juga bermunculan di seluruh dunia, didukung oleh investor-investor kelas kakap seperti Bill Gates, Jeff Bezos, dan Vinod Khosla. Ratusan miliar dolar telah diinvestasikan dalam industri ini, menunjukkan betapa tingginya ekspektasi terhadap potensi fusi nuklir.

Motivasi di balik perlombaan ini sebenarnya cukup jelas. Fusi nuklir menjanjikan kekuatan dan pengaruh yang luar biasa bagi negara mana pun yang berhasil menguasainya. Ini bukan semata-mata tentang menyelamatkan dunia dari perubahan iklim atau menyediakan energi bersih bagi masyarakat, tetapi juga tentang mendapatkan keunggulan geopolitik dan ekonomi.

Amerika Serikat adalah salah satu pionir dalam riset fusi nuklir, namun kini Tiongkok muncul sebagai pesaing terkuat. Tiongkok telah menggelontorkan dana yang sangat besar, sekitar $1,5 miliar per tahun, untuk mengembangkan teknologi fusi nuklir. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat “hanya” menghabiskan sekitar $800 juta per tahun.

Yang lebih menarik lagi, Tiongkok tampaknya mengadopsi strategi “cerdik” dengan mempelajari dan mengadaptasi teknologi yang dikembangkan oleh Amerika Serikat. Mereka mampu membangun reaktor Tokamak yang lebih baik dan lebih cepat dengan “mencontek” cetak biru Amerika.

Strategi ini mirip dengan yang dilakukan Tiongkok dalam pengembangan kecerdasan buatan, di mana mereka berhasil mengejar ketertinggalan dan bahkan melampaui Amerika Serikat dalam beberapa aspek. Kini, hal yang sama terjadi di bidang fusi nuklir.

Tiongkok terus menunjukkan kemajuan yang pesat, ditandai dengan peningkatan jumlah paten fusi nuklir dan rekor-rekor dunia yang berhasil mereka pecahkan. Keberhasilan ini patut mendapatkan apresiasi, namun di sisi lain juga menimbulkan kegelisahan bagi negara-negara Barat.

Dominasi Tiongkok dalam teknologi fusi nuklir di masa depan dapat mengubah keseimbangan kekuatan global. Dan ini adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh banyak negara, kecuali Tiongkok sendiri.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.