Menjelang penghujung tahun 2021, refleksi akhir tahun sebagai catatan penting dalam memandang perjalanan ketransportasian Indonesia melayani bangsa merupakan momentum yang perlu dimaknai oleh insan transportasi agar senantiasa memperbaiki kinerja pada sektor transportasi dengan cara merefleksikan apa yang sudah dibuat dan dilakukan serta karya apa yang bisa diwujudkan dimasa mendatang bagi kemajuan transportasi di tanah air tercinta.
Perubahan-perubahan yang dilakukan sebagai bagian dari proses adaptasi atas perubahan tatanan di sektor transportasi maupun sektor lainnya dampak pandemi covid-19 yang sampai dengan saat ini masih terjadi, merupakan bagian dari inovasi dan terobosan pegiat transportasi untuk tetap dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi dalam membangun insfrastuktur transportasi serta memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Ada 3 (tiga) aspek dimana pegiat transportasi di tanah air telah memberikan manfaat guna peningkatan pelayanan aktifitas penyelenggaraan transportasi kepada masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat.
Konektifitas Logistik
Sistem Logistik Nasional merupakan salah satu penunjang utama pertumbuhan ekonomi nasional. Donal Waters dan Stephen Rinsler (2010), menyampaikan bahwa logistik merupakan fungsi yang melibatkan alur perpindahan suatu produk dan menyimpan material dalam perjalanannya dari awal/sumber menggunakan rantai pasokan sampai pada tujuan pelanggan akhir.
Dalam konteks mendukung logistik nasional, peningkatan kolaborasi pada sektor transportasi dalam rangka mundukung angkutan barang (produk UMKM dan potensi asli suatu daerah) dari hulu sampai dengan hilir yang berorientasi kepada keselamatan, efektifitas, dan efisiensi menjadi mutlak diperlukan.
Aktifitas pegiat transportasi di tanah air antara lain bergerak melalui pemberdayaan SDM transportasi baik Sub Sektor Perhubungan Darat, Laut, Udara dan Perkeretaapian yang ada di Indonesia dari sabang sampai merauke untuk menjadi fasilitator dalam mengolaborasikan para pihak yang terlibat dalam sistem logistik yang ada.
Pegiat transportasi di tanah air mampu menjadi jembatan bagi pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM), dalam mengeksplorasi potensi asli daerah baik berupa hasil pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan, serta potensi lainnya untuk dapat dikirimkan ke daerah lain yang membutuhkan. Luas wilayah Indonesia dan keberagaman budaya dan kekayaan alam berbeda yang dimiliki setiap daerah menjadi potensi yang dapat dikembangkan pemanfaatannya bagi seluruh warga negara Indonesia.
Di sinilah sistem transportasi Indonesia telah menjadi jembatan antar wilayah yang menopang pergerakan serta pertukaran orang dan barang dari satu wilayah ke wilayah lain. Selain sebagai jembatan antar wilayah, insan perhubungan harus mampu mengharmonisasikan pihak-pihak yang terlibat tersebut melalui pemanfaatan media dan perkembangan teknologi informasi. Sinergi Pentahelix (Kementerian Perhubungan, Pemerintah Daerah, Akademisi, Pelaku UMKM, Asosiasi Pengusaha) membutuhkan leverage/pengungkit melalui pengenalan dan pemanfaatan transformasi digital.
Pelaku UMKM juga telah dikenalkan dan diarahkan untuk mulai meningkatkan kualitas produknya, memasarkan melalui marketplace, e-commerce, social commerce, dan didorong untuk membuat kelompok-kelompok sebagai salah satu metode penguatan. Sarana komunikasi seperti Whatsapp Group, Telegram, dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan untuk saling berkomunikasi sesama anggota kelompok dalam rangka peningkatan kualitas, share informasi pasar, dan lain sebagianya.
Sudah terbukti bahwa perekonomian Indonesia didukung utamanya oleh keberadaan UMKM ini. Namun perlu diakui bahwa masing-masing UMKM ini masih berjalan sendiri-sendiri, belum terkoordinasi secara lebih tertib yang memungkinkan untuk masing-masing UMKM yang memiliki kemiripan baik produksi maupun pasarnya untuk saling membantu baik pada sisi pemasaran mapupun peningkatan kualitas dan kuantitas produksinya.
Keberadaran kelompok-kelompok UMKM yang disatukan sebuah group komunikasi bersama dalam satu platform yang bisa dimotori oleh asosiasi usaha dapat melakukan komunikasi dengan asosiasi usaha atau kelompok usaha lain pada berbagai wilayah di Indonesia mendiskusikan demand/kebutuhan dari masing-masing wilayah.
Komunikasi ini pada akhirnya membentuk pasar baru yang melibatkan pengiriman barang secara lebih besar dan terjadual berdasarkan kebutuhan dan keunggulan produksi pada masing-masing wilayah. Pada wilayah pengiriman ini, insan perhubungan menjadi pilar utama dalam menjadi jembatan bagi sebuah produk berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain.
Keberadaan asosiasi-asosiasi dan atau kelompok usaha ini pada akhirnya diharapkan mampu menekan biaya logistik yang ada, yang pada akhirnya akan menekan harga produk itu sendiri untuk mampu bersaing dengan produk impor serupa yang sudah membanjiri pasar domestik.
Harmonisasi Konektifitas Antarmoda
Potensi wisata yang dimiliki oleh Indonesia sangat tinggi. Keberagaman keindahan alam meliputi pegunungan, pantai, kepulauan, bawah laut, keberagaman kuliner nusantara, keberagaman budaya daerah, keramahan penduduk, keberagaman event baik olahraga, seni, dan lainnya baik yang bersifat nasional ataupun internasional serta potensi wisata lainnya sangat layak untuk menjadi obyek wisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Industri pariwisata juga merupakan salah satu sektor yang memiliki sumbangan cukup besar pada pendapatan negara, sehingga peningkatan pendapatan pada sektor ini sangat berpengaruh pada perekonomian nasional.
Contoh nyata, Covid-19 yang memukul sektor ini pada akhirnya sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan bantuan pemerintah pusat melalui dana desa, banyak memunculkan kreatifitas baru tingkat desa salah satunya adalah munculnya destinasi wisata baru dengan dengan konsep desa wisata.
Perkembangan ini secara langsung mampu menggerakan aktifitas ekonomi baru sekaligus menciptakan peluang lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Besarnya potensi pada sektor pariwisata tersebut tentunya memerlukan dukungan transportasi yang mendukung pergerakan masyarakat yang bepergian mulai dari keberangkatan menuju tempat tujuan wisata sampai dengan kembali ke daerah asalnya.
Layanan transportasi ini dengan tidak hanya melibatkan satu moda transportasi saja, namun melibatkan layanan transportasi antarmoda yang terintegrasi, mudah dijangkau dan diakses masyarakat serta menjadi layanan satu pintu dalam aktifitas berwisata mereka. Hari ini masyarakat sudah mulai berpikir untuk membutuhkan layanan paket wisata yang terintegrasi sejak dari perjalanan, penginapan, dan aktivitas lainnya di tempat wisata.
Hal ini telah menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha transportasi untuk turut menjadi bagian dari sistem layanan terpadu yang lebih mengedepankan kenyamanan bagi pengguna atau masyarakat.
Keberlanjutan Transportasi
Sistem transportasi di antara kebutuhan masyarakat akan layanannya, juga memiliki kekurangan yang harus terus diperhatikan dan diperbaiki. Salah satunya adalah dampak polusi yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan bakar sebagai salah satu darah yang membuat sistem transportasi itu sendiri mampu bergeliat.
Tingkat kesadaran akan kebutuhan lingkungan yang bersih dan aman buat kehidupan manusia juga perlu ditingkatkan. Kegiatan promosi dan diseminasi informasi kepada insan muda perhubungan mengenai aktifitas penyelenggaraan transportasi yang lebih ramah lingkungan guna menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan dimasa depan perlu mulai secara masif dilakukan, sehingga aktifitas transportasi dapat berjalan beriringan dan berkelanjutan terhadap isu global dampak perubahan iklim dunia.
Pada bidang transportasi udara pemerintah melalui kementerian ESDM dengan didukung oleh PT. Dirgantara Indonesia, PT. Pertamina dan Tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung sedang menguji coba pemanfaatan bahan bakar alternatif bioavtur dengan kombinasi penggunaan avtur dan minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif pesawat yang lebih ramah lingkungan.
Dalam uji cobanya menggunakan pesawat uji terbang milik PT. Dirgantara Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat berjalan lancar dan sukses untuk selanjutnya digunakan secara massal, sebagai bentuk komitmen pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi karbon dan efek gas rumah kaca serta mengurangi tingkat polusi udara akibat pengoperasian pesawat udara berbahan bakar fosil.
International Civil Aviation Organization (ICAO) sebagai Organisasi Penerbangan Sipil Dunia menyatakan bahwa dunia penerbangan internasional diprediksi akan berkontribusi sebagai penghasil C02 terbesar di tahun 2050, apabila para pemangku kepentingan tidak berupaya melakukan pengembangan energi alternatif di dunia aviasi. Negara Indonesia juga telah berkomitmen dalam COP ke-21 di Paris, Perancis, dimana turut serta menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 29% pada 2030, dimana salah satu kontribusinya dari sektor energi dan transportasi.
Pemanfaatan energi baru dan terbarukan pada sektor transportasi lainnya dapat dilaksanakan melalui penggunaan tenaga surya pada rencana pengembangan infrastruktur transportasi nasional serta pemanfaatan mesin elektronik bertenaga listrik yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dan pelayaran, yang pada implementasinya diharapkan mampu menurunkan tingkat emisi karbon yang dihasilkan oleh aktifitas penyelenggaraan transportasi.
Hal-hal tersebut menjadi harapan besar, mengingat masa depan transportasi salah satunya adalah pengurangan emisi dengan pengoperasian fasilitas dan infrastruktur transportasi yang lebih ramah lingkungan demi tercapainya keberlanjutan transportasi (transportation sustainability) dimasa mendatang.
Semoga pegiat transportasi tanah air diseluruh sub sektor senantiasa mau dan mampu untuk berkontribusi lebih terhadap peningkatan kinerja penyelenggaraan aktifitas transportasi dengan menjaga kelancaran konektifitas transportasi yang berorientasi terhadap keselamatan, keamanan, pelayanan prima, keberlanjutan lingkungan dan sesuai dengan perkembangan teknologi yang terkini dan yang akan hadir dimasa depan, serta mempunyai dampak terhadap ketangguhan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.