Selasa, Oktober 8, 2024

Pemenuhan Kuota Internet dan Pembelajaran Interaktif

Nurlia Dian Paramita
Nurlia Dian Paramita
Ketua Bidang Organisasi Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah (PPNA) 2016-2020, Peneliti Senior Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR)

Terobosan untuk memenuhi pengetahuan siswa terus dilakukan oleh pemerintah guna mengentaskan pendidikan utamanya pada masa pandemi. Siswa harus terus mendapatkan kesempatan belajar dengan tetap memenuhi kualitas standar.

Kemendikbud melalui rilis nomor 272/ Sipres/ A6/ IX/ 2020 memberikan komitmen bantuan pemberian kuota internet untuk membantu askes informasi bagi guru, siswa, mahasiswa, dan dosen dalam menjalani PJJ selama masa pandemi. Mendikbud mengatakan bahwa keterbatasan ketersediaan paket data internet selama ini menjadi kondisi kendala yang harus dihadapi. Sehingga subsidi ini diberikan melalui Asistensi fiskal melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kominfo sebagai leading sector pemenuhan jaringan selular mengatakan bahwa akan terus memastikan operator seluler turut menjaga kualitas jaringan agar terjaga baik. Sekali lagi kinerja berkesinambungan antar SKPD negara tentu akan memperlancar fasilitas siswa belajar.

Namun demikian, diperlukan kontrol dan verifikasi agar perusahaan seluler juga memberikan pemenuhan kuota sesuai dengan klasifikasi kerjasama yang telah dijalankan. Apalagi Siswa harus mengembangkan content aplikasi kreatif yang membutuhkan gigabyte cukup besar, selain itu siswa juga diharapkan tidak hanya membuka fitur hiburan namun juga harus pandai memanfaatkan pemenuhan kuota dengan mengedepankan aspek intelektualitas dalam akses dunia virtual.

Adaptasi pada aspek digitalisasi

Hasil survei Poling Indonesia dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai 64,8% atau setara dengan 171,17 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia 264,16 juta jiwa.

Dalam survei tahun 2018 tersebut juga menjelaskan bahwa rata-rata pengguna dalam rentang usia 5-9 tahun 25,2% dan 10-14 tahun 66,2%, menghabiskan waktu hingga lebih dari range 3-4 jam perhari-nya dengan kontribusi besar di wilayah jawa hingga 55%. Sementara survey yang dilakukan yayasan Plan International terhadap 14.000 anak perempuan muda di 31 negara termasuk 500 anak Indonesia, menunjukan bahwa 67% anak perempuan Indonesia amat sering menggunakan medsos whatsapp 81%, FB 60% dan IG 55%.

Data itu menunjukkan bahwa usia pelajar baik sekolah tingkat dasar-menengah sesungguhnya sudah akrab dengan koneksi digital, namun peran penggunaannya itu yang barangkali perlu ditelisik bersama. Jangan sampai mereka semata-mata hanya menjadi gamers apalagi kondisi pandemi ini berdampak waktu lebih lama dalam akses digital.

Haryatmoko (2020) dalam bukunya “Jalan Baru Kepemimpinan” mengatakan bahwa sistem pendidikan harus berubah karena revolusi industri 4.0 yang mendepankan disrupsi inovatif, yakni Internet of Things (IoT), Artificial Intelegence (AI), Blokchain, 3D, Big Data dan Sensor.

Kemajuan itu mengubah digitalisasi menjadi ekosistem inovasi. Siswa maupun guru/pendidik akan berperan sebagai user yang akan mengisi ruang tersebut. Ke depan para individu ini akan menjadi garda perubahan bangsa. Termasuk perlunya model kompetisi yang progresif. Hal ini diharapkan akan mampu menghasilkan kecerdasan kolektif. Termasuk seorang pendidik harus mengalami shifting paradigm. Menjadikan subyek utama pendidikan adalah pembelajar. Sehingga tidak terlalu kaku terhadap acuan kurikulum.

Karena itu, penting untuk menggalakkan literasi baca buku secara daring dengan model e-book. Namun jika merasa kesulitan dapat menerapkan metode skimming membaca dengan cepat. Yakni mengidentifikasi sub pokok substansi dari buku yang dibaca.

Pembelajaran interaktif

Riset National University Singapore (NUS) (2018) mengatakan bahwa murid dan mahasiswa akan belajar lebih baik ketika mereka terlibat secara aktif, daripada hanya mendengarkan ceramah dari pengajar pasif.

Dalam konteks pembelajaran virtual diperlukan adaptasi dalam hal sepele misalnya seberapa kuat anak didik, tenaga pengajar baik guru atau dosen sebagai mahasiswa berselancar dalam layar gajet. Dalam kondisi pandemi ini, menjadi momentum yang tepat untuk merejuvenasi peran penggunaan internet utamanya pada pendukung utama komponen pendidikan. Tentu ini menjadi momentum yang baik untuk mempelajari keunggulan metode daring dengan mengakses platform pendidikan interaktif, terutama bila siswa mengalami kesulitan.

Termasuk model aktivitas siswa yang bersifat paperless (widiastuti, 2020), selama ini siswa harus menjumpai guru atau pamong belajar secara tatap muka ke sekolah untuk memberikan laporan. Disisi lain dengan upaya pemenuhan kuota internet, akan mengurangi interaksi antar individu sehingga mengurangi dampak penularan wabah.

Beberapa waktu lalu Satriwan Salim, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), seperti yang dilansir dari laman suara.com (13/08/20), menuturkan bahwa keputusan pemerintah membuka sekolah pada masa pandemi Covid 19 sangat membahayakan, tercatat 37 guru, 7 siswa, 131 santri, dan 6 ustadz di 15 kota di Indonesia. Hal ini diakibatkan masih ada interaksi langsung.

Hingga hari ini aspek kebaruan protokol kesehatan terus mengalami perubahan seperti dilansir dari laman IG pandemic talk yang menambah karakteristik pencegahan selain 3M dengan Ventilasi-Durasi-Jarak-Perilaku. Ini sebagai salah satu upaya keras mengurangi angka penularan wabah. Khusus pada aspek perilaku, siswa dan guru harus mampu seoptimal mungkin untuk melakukan pembelajaran dengan daring interaktif.

Apabila masih menemukan hambatan, orangtua, guru dan siswa dapat memberikan informasi kepada Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dan Unit Layanan Terpadu (ULT) Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Kemdikbud. Model pembelajaran Interaktif dengan dukungan kuota internet yang merata di 34 provinsi diharapkan mampu mewujudkan kualitas anak didik yang kokoh dan adaptif dalam memenuhi tuntutan keilmuan di masa pandemi

Nurlia Dian Paramita
Nurlia Dian Paramita
Ketua Bidang Organisasi Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah (PPNA) 2016-2020, Peneliti Senior Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.