Minggu, Februari 9, 2025

Mitos Gelar MBA  

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Dahulu, gelar Master of Business Administration (MBA) dari Harvard University merupakan lambang kesuksesan yang tak terbantahkan. Seakan menjadi tiket emas menuju kehidupan ideal: posisi bergengsi di perusahaan ternama, gaji fantastis, dan jenjang karir yang menanjak tanpa hambatan. Namun, pemandangan tersebut kini mulai bergeser.

Sebuah laporan terbaru memberikan gambaran yang cukup mengejutkan. Ternyata, 23% lulusan Harvard Business School masih berstatus pengangguran tiga bulan pasca wisuda. Ini angka yang fantastis, mengingat Harvard merupakan institusi pendidikan bisnis terkemuka di dunia, dimana sebagian besar mahasiswanya telah mendapatkan pekerjaan bahkan sebelum mereka resmi menyandang gelar MBA. Tren ini juga menunjukkan peningkatan yang signifikan, dimana angka pengangguran lulusan MBA Harvard berada di kisaran 20% di tahun 2023 dan hanya 10% di tahun 2022.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Harvard. Sekolah-sekolah bisnis ternama lainnya di Amerika Serikat, seperti Northwestern Kellogg dan Chicago Booth, juga melaporkan peningkatan jumlah lulusan yang kesulitan mendapatkan pekerjaan. Seorang konselor karir di Harvard dengan tepat menyimpulkan situasi ini, “Berkuliah di Harvard bukanlah jaminan kesuksesan. Gelar MBA saja tidak cukup. Kamu perlu memiliki keahlian dan kemampuan yang relevan untuk bersaing di dunia profesional.”

Pergeseran paradigma dalam dunia kerja semakin nyata. Jika dulu, menamatkan pendidikan di universitas ternama, terutama sekolah bisnis top, sudah menjadi jaminan karir cemerlang, kini kenyataan berkata lain. Dulu, tantangan terbesar hanyalah lolos seleksi masuk universitas bergengsi. Setelah itu, masa depan seolah terbentang luas tanpa hambatan. Namun, persaingan yang semakin ketat menuntut lebih dari sekadar gelar akademis.

Perusahaan-perusahaan kini lebih selektif dalam merekrut karyawan. Mereka tidak hanya mencari lulusan universitas ternama, tetapi juga individu dengan keahlian dan bakat spesifik yang relevan dengan kebutuhan industri. Sebagai contoh, McKinsey, salah satu firma konsultansi terkemuka di dunia, menunjukkan perubahan signifikan dalam strategi rekrutmen mereka. Pada tahun 2023, mereka merekrut 71 lulusan dari Chicago Booth School of Business. Namun, di tahun 2024, jumlah tersebut menurun drastis menjadi hanya 33 orang.

Perubahan ini didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI). AI telah merambah berbagai sektor industri, termasuk sektor keuangan, dimana perusahaan-perusahaan besar seperti Goldman Sachs, Morgan Stanley, JP Morgan, dan UBS telah mengembangkan platform AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Meskipun AI belum sepenuhnya menggantikan tenaga kerja manusia, namun kehadirannya secara bertahap menggeser kebutuhan akan sumber daya manusia. Dengan adanya otomatisasi dan optimalisasi proses melalui AI, perusahaan dapat mencapai target dengan jumlah karyawan yang lebih sedikit.

Selain itu, perusahaan juga mengubah strategi rekrutmen mereka. Jika sebelumnya mereka cenderung melakukan rekrutmen massal di kampus-kampus, kini mereka lebih fokus pada pencarian kandidat dengan kualifikasi spesifik melalui program rekrutmen yang lebih terarah dan terfokus. Tren ini terlihat jelas di India, dimana Institut Manajemen India (IIM), yang sebelumnya mencatatkan tingkat penempatan lulusan 100% dalam waktu singkat, kini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bahkan setelah dua bulan pasca kelulusan, tidak semua lulusan IIM berhasil mendapatkan pekerjaan.

Faktor berikutnya yang turut berkontribusi terhadap fenomena ini adalah melimpahnya lulusan MBA di pasar tenaga kerja. Tingkat persaingan semakin meningkat, sementara lowongan pekerjaan yang tersedia relatif tetap. Sebagai ilustrasi, India sendiri menghasilkan hampir 300.000 lulusan MBA setiap tahunnya. Sejak tahun 2010, India telah mendirikan 13 Institut Manajemen India (IIM) baru, yang semakin memperbanyak jumlah lulusan MBA yang memasuki dunia kerja. Hukum ekonomi dasar tentang permintaan dan penawaran berlaku di sini: semakin banyak pasokan, maka nilai atau “harga” dari sebuah komoditas, dalam hal ini gelar MBA, akan semakin menurun.

Hal ini mengantarkan kita pada faktor penentu yang ketiga, yaitu tingginya permintaan akan spesialisasi. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh pejabat Harvard sebelumnya, gelar MBA saja tidak lagi cukup. Perusahaan-perusahaan modern mencari kandidat yang tidak hanya memiliki pengetahuan manajemen yang luas, tetapi juga dibekali dengan keahlian spesifik di bidang tertentu, seperti pemasaran digital, ilmu data, atau kecerdasan buatan. Lulusan MBA yang memiliki keahlian tambahan ini tentu akan lebih unggul dalam persaingan. Namun, jika tidak, perusahaan memiliki banyak pilihan lain, termasuk merekrut lulusan S1 yang memiliki keahlian spesifik tersebut dengan biaya yang jauh lebih rendah.

Kesimpulannya, gelar MBA harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Jika Anda berencana untuk menempuh pendidikan MBA, ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan. Pertama, sadarilah bahwa gelar MBA saja tidak cukup. Anda perlu melengkapi diri dengan keahlian tambahan yang relevan dengan bidang yang Anda minati.

- Advertisement -

Kedua, pertimbangkan untuk mengambil program MBA yang lebih spesifik dan terfokus pada pengembangan keahlian tertentu, sehingga Anda memiliki keunggulan kompetitif di pasar tenaga kerja. Ketiga, perhatikan dengan cermat biaya yang diperlukan untuk menempuh pendidikan MBA. Program MBA yang berkualitas biasanya memerlukan investasi yang tidak sedikit. Jika Anda berencana untuk mengambil pinjaman pendidikan, pastikan Anda telah memperhitungkan dengan matang segala risikonya. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Anda dapat mengambil keputusan yang tepat dan memaksimalkan manfaat dari pendidikan MBA yang Anda tempuh.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.