Rabu, Oktober 9, 2024

Makan Apa yang Tersaji di Laut

Hendra Wiguna
Hendra Wiguna
Ketua Umum Kesatuan Pelajar, Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia)

Berbagai literatur menyebutkan Indonesia memiliki sekitar 17.500 pulau, bergaris pantai sepanjang 81.000 km. Sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan, luas wilayah daratan sebesar 1,91 juta km2 sedangkan luas wilayah perairan mencapai 6,32 juta km2.

Namun, saat ini prioritas pembangunan kita berada di darat. Ide pembangunan darat tersebut tidak berdampak positif ke laut. Tergambar bagaimana rusaknya laut yang tercemar akibat aktivitas di darat, hingga menyebabkan indeks kesehatan laut (Ocean Health Index/OHI) berada di urutan ke 181 dari 220 negara.

Menelusuri jejak kejayaan Majapahit dan Sriwijaya tentu akan “jomblang” terasa, kejayaan dua kerajaan nusantara itu belum dapat kembali dicapai oleh bangsa yang kini memproklamirkan diri menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemunduran ini apa karena begitu lamanya kita didaratkan oleh penjajahan yang dilakukan oleh perkumpulan dagang Belanda (VOC) yang kala itu memonopoli perdagangan di Asia.

Apapun itu, kita perlu kembali kepada kejayaan nusantara terlebih kita sudah menjadi Indonesia. Recovery sebagai bangsa yang besar harus segera kita lakukan, sebelum laut kita tercemar sepenuhnya, pulau-pulau kecil tenggelam, pemuda-pemuda pesisir tidak lagi melanjutkan nilai-nilai luhur sehingga kehilangan ruang penghidupan dan kemampuan istimewanya yang diwariskan oleh leluhurnya.

Menilik kepada masa-masa pandemi covid-19 hal yang paling fundamental adalah ketersediaan pangan, pun demikian saat ini. FAO menegaskan bahwa produksi pangan harus ditingkatkan menjadi 70% untuk memenuhi kebutuhan lebih sembilan miliar jiwa tahun 2050. Tentu ini bukanlah hal yang mudah, ditengah berbagai tantangan dunia. Mulai dari adanya perubahan iklim, hingga konflik antar negara dan kepentingan elit global.

Bila menelisik hal-hal yang terjadi saat ini, memang amatlah berat. Namun, sebaiknya para pemuda pesisir untuk memulai langkah demi langkah kecil yang akan berdampak besar nantinya. Menurut hemat kami, para pemuda pesisir dapat menempuh “Gastrodiplomasi” dalam upaya mengembalikan jati diri bangsa ini.

Gastro diplomasi sendiri merupakan bentuk diplomasi yang menggunakan makanan atau tata boga. Mengapa hal ini perlu dilakukan, mengingat begitu rendahnya angka konsumsi ikan bangsa ini bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya. Berdasarkan Our World in Data pada 2020, angka konsumsi ikan Indonesia 44,7 kg/kapita/tahun dibawah Myanmar yang mencapai 45,8 kg/kapita/tahun dan Malaysia 53,3 kg/kapita/tahun.

Sementara ditahun yang sama, Indonesia memiliki produksi perikanan tertinggi dalam hal kuantitas yaitu sekitar 47,2 % dari total produksi perikanan di Asia Tenggara, pada urutan ketiga ditempati Myanmar sebesar 13,0 %, sedangkan Malaysia berada di peringkat keenam dengan persentase sebesar 3,9%.

Negara penghasil ikan, namun masih rendah dalam hal konsumsi tentu menjadi catatan tersendiri. Kita harus makan apa yang tersaji dari laut, dari apa yang nelayan tangkap dan budidayakan. Maka gastrodiplomasi penting dilakukan oleh pemuda pesisir, dengan menggunakan instrumen makanan atau tata boga harapannya jatidiri bangsa kembali terbentuk.

Budaya nongkrong “pemuda zaman now” menjadi sasaran dalam membudayakan konsumsi hasil produksi kelautan perikanan. Makanan berat atau ringan yang dihidangkan dalam tongkrongan, sebaiknya berupa hasil tangkapan nelayan maupun hasil budidaya tambak dalam negeri. Apabila diperlukan, hasil produksi tersebut dapat diolah sesuai dengan tren makanan saat ini. Meski kami sendiri berharap nilai-nilai kekhasan makanan tradisional tetap terjaga, adapun ubahan atau inovasi makanan adalah bagian dari alternatif pilihan.

Tidak berhenti disitu semata, ruang publik terutama berkaitan dengan agenda-agenda pemerintah pusat maupun daerah harus kental dengan unsur kelautan perikanan. Dengan demikian, secara perlahan akan terbangun bangsa bahari. Sehingga kedepan, prioritas kebijakan negara ini kembali kepada laut. Pemuda pesisir akan menjadi ocean leadership yang tergambarkan oleh Bung Karno.

Harapan ini semata, agar nasib nelayan dan masyarakat pesisir tidak terpojok linglung. Pemuda pesisir harus mengembalikan paradigma pembangunan kepada laut, kembali memegang teguh keyakinan bahwa bangsa dan negara ini terlahir dari rahim “laut”.

Hendra Wiguna
Hendra Wiguna
Ketua Umum Kesatuan Pelajar, Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.