Rabu, Oktober 9, 2024

Urat Cinta Palestina-Indonesia

Ren Muhammad
Ren Muhammad
Penulis, pendiri Khatulistiwa Muda, Direktur Eksekutif Candra Malik Institute.

Abu Ammar adalah aktor utama Munazzamat al-Tahrir Filastiniyyah (Palestine Liberation Organization–PLO), yang kini dikenal dunia sebagai Yasser Arafat–-beristrikan seorang Kristen. Juru bicara pertama Palestina di Perserikatan Bangsa Bangsa, Hanan Asrawi, juga seorang diplomat Kristen yang tangguh. George Habbash, pendiri Partai Front Rakyat dan pimpinan PLO dari faksi garis keras Kristen Marxis, merupakan orang yang paling dimusuhi Israel, selain Yasser.

Formasi para pejuang puncak Palestina itu menjadi bukti penguat betapa konflik berkepanjangan di sana bukan perang agama antara Islam melawan Yahudi, melainkan perjuangan bangsa Palestina melawan penjajahan Israel, lantaran mengidamkan negara yang merdeka dan berdaulat.

Palestina bukan bangsa Arab atau Yahudi. Bahkan jumlah penduduk Kristen di tanah suci tiga agama ini justru terbanyak di Palestina. Disusul Lebanon. Pola adu domba Israel sesungguhnya terletak pada perbenturan etnik. Persis yang dilakukan Nazi saat memakai etnik Kroasia menjadi garda depannya demi mengejar tentara partisan Yugoslavia yang didominasi Serbia.

Informasi tentang Kristen Palestina itu saya peroleh dari Sayed, seorang pejuang Kristen Marxis Palestina, yang orangtuanya dibunuh secara keji oleh kaum Falangis, di kamp Sabra dan Shatila, dua puluh delapan tahun silam. Ia selalu mengingat peristiwa muram itu dalam sisa hidupnya.

Saya menaruh hormat pada Sayed. Ditambah kekaguman pada pengetahuannya tentang negeri kita saat Belanda menerapkan sistem devide et impera (politik pecah-belah) yang menggunakan tentara Marsose asal Ambon, Manado, Jawa dan Bali–untuk menggempur para pejuang militan kita. Sedari pengkhianatan Panglima Tibang (Pang Lao) dalam Perang Aceh, sampai menggunakan Aru Palaka guna menundukkan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Apakah pengetahuan kita ihwal bangsa Palestina sebagus Sayed? Saya pribadi akan menyatakan, ya.

Yerusalem, dalam bahasa Ibrani disebut Yerushalayim, dan dalam bahasa Arab disebut Al Quds (Suci). Yerusalem merupakan salah satu kota tertua di bumi. Setiap kawasan di sana mewakili populasi tersendiri. Umat Kristen memiliki dua kawasan karena orang-orang Armenia juga beragama Kristen.

Kawasan Armenia ini, yang terkecil dari keempatnya, merupakan salah satu pusat Armenia tertua di dunia. Hal ini sangat unik karena komunitas mereka di Yerusalem telah mempertahankan budaya dan peradabannya sendiri di dalam gereja dan biara St James, yang mencakup sebagian besar kawasan mereka. Di kawasan Kristen inilah kemungkinan Sayed lahir.

Sedari awal, Indonesia tak mau mengakui Israel yang diproklamirkan David Ben-Gurion pada 14 Mei 1948, karena merampas tanah rakyat Palestina. Pemerintah Indonesia tak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Ucapan selamat dan pengakuan kemerdekaan Indonesia yang dikirimkan Presiden Israel Chaim Weizmann dan Perdana Menteri Ben Gurion tak pernah digubris pemerintah Indonesia. Mohammad Hatta hanya mengucapkan, “Terimakasih,” namun tak menawarkan timbal-balik dalam hal pengakuan diplomatik. Sukarno juga tak menanggapi telegram ucapan selamat dari Israel.

“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel,” demikian pidato Presiden Sukarno di tahunn 1962 pada perhelatan Games of the New Emerging Forces (GANEFO) yang menolak keikutsertaan Israel.

Masih dalam pidato kenegaraan dalam dirgahayu Republik Indonesia pada 1966, Presiden Sukarno menyatakan, “Kita harus bangga, bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus, bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa anti-imperialisme, tetapi juga konsekuen terus berjuang menentang imperialisme. Itulah pula sebabnya kita tidak mau mengakui Israel!”

Pada 2015 lalu, di Bayt Lahiya, Gaza, telah berdiri Rumah Sakit Indonesia, yang dana pembangunannya berasal dari sumbangan rakyat kita. Disalurkan dan dikelola Medical Emergency Rescue Commitee (MER-C), lembaga kemanusiaan berbasis di Jakarta. Rumah sakit itu diutamakan bagi pemulihan trauma dan rehabilitasi warga Gaza yang menjadi korban konflik bersenjata Palestina-Israel.

Sebagai satu-satunya negara-bangsa yang mencantumkan penolakan pada penjajahan dalam undang-undang dasar negara, kita tak bisa tinggal diam melihat Palestina digebyah uyah Israel dan Amerika. Memerangi Israel secara fisik jelas bukan jalan keluar. Toh Presiden Jokowi sudah menyampaikan kecaman kerasnya melalui PBB–yang jelas tak bisa diharapkan.

Liga Arab bergegas mengembargo ekonomi Israel dan memutus hubungan diplomatik mereka. Wajah dunia tampak menegang belakangan ini. Alangkah tidak bijaknya jika suasana yang memanas itu malah kita sulut lagi dengan amarah.

Jika pemerintah Indonesia tak lagi bisa mengirim Pasukan Garuda sebagaimana yang sudah berjalan di Bosnia, Sudan, Afghanistan, Irak, dan Suriah, kita masih punya ratusan juta doa bagi saudara di Palestina sana. “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.” (QS al-Mu’min [40]: 60)

Kendati pola penjajahan di Palestina sama belaka dengan yang kita alami, namun bangsa kita sudah lebih dulu menuju gerbang kemerdekaan. Barangkali Palestina menyusul kemudian–dengan catatan: masyarakat dunia bersatu mewujudkannya. Hanya Trump saja yang tahu, bagaimana kehendak Tuhan akan diselenggarakan di atas tanah Yerusalem. Saksi kehadiran para Nabi dan Rasul, bagi tiga agama langit yang sejatinya bersaudara darah.

Akhirul kalam, mungkin kita bisa belajar lebih dalam dari karya Plato, Republik. Ditulis pada 360 SM. Buah perenungannya ini turut berperan membentuk pemahaman kita tentang masyarakat ideal di zaman modern. Republik, menyuntuki gagasan tentang rancang bangun persemakmuran ideal, yang mendudukkannya dalam jajaran paling awal karya politik, bacaan para pendiri negara-negara dunia modern.

Pada sisi lain, Plato mempertanyakan persepsi kita tentang kenyataan dan membahas pelbagai macam undang-undang, serta memperlihatkan keunggulan maupun kelemahan relatifnya. Republik adalah sebuah upaya keras mendefinisikan keadilan antara manusia dengan manusia. Plato mencoba membayangkan kemungkinan adanya negara terbaik, agar keadilan yang ia rumuskan dapat lebih mudah diwujudkan.

Kolom terkait:

Palestina di Tengah Keabsurdan Dunia Islam [Hari Al-Quds Internasional]

Dari Gus Dur ke Gus Mus untuk Perdamaian Palestina

Konflik Israel Palestina, Siapa Musuh Bersama Sebenarnya?

Trump yang Songong, Palestina, dan Khilafah

Politisasi Agama: Dari Rohingya, Palestina, sampai ISIS

Ren Muhammad
Ren Muhammad
Penulis, pendiri Khatulistiwa Muda, Direktur Eksekutif Candra Malik Institute.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.