Kamis, Oktober 3, 2024

Muluskah Skenario Suksesi di Arab Saudi?

Ibnu Burdah
Ibnu Burdah
Pemerhati Timur Tengah dan Dunia Islam, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Putra Mahkota dan Raja Salman.

Media Inggris, Daily Mail Online, sudah memberitakan rencana penyerahan kekuasaan Arab Saudi kepada Putra Mahkota Muhammad bin Salman pekan ini. Dengan mengutip sebuah sumber dalam kerajaan itu tanpa menyebut nama, Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dikabarkan akan lengser dari pemerintahan. Tetapi ia masih akan terlibat dalam seremonial-seremonial kerajaan, khususnya terkait pelayanan terhadap dua kota suci. Sejumlah media di tanah air juga ramai menurunkan berita itu dengan merujuk kepada media tersebut.

Jika itu benar terjadi, ini peristiwa bersejarah. Ini adalah peralihan kepemimpinan Arab Saudi dari generasi anak ke generasi cucu. Juga peralihan kepemimpinan dari orang-orang yang berusia di atas 80 tahun kepada pemuda yang masih berusia 30-an tahun. Ini peristiwa historis, kendati arah suksesi ini sudah sangat jelas sejak dua putra mahkota pewaris takhta disingkirkan. Namun, penyerahan kekuasaan itu didahului oleh rangkaian peristiwa yang berpotensi membawa pertikaian antarklan dalam Keluarga Bani Saud.

Gelombang penangkapan terhadap para pangeran, sejumlah menteri dan mantan menteri serta tokoh-tokoh penting lain (4/11) dan sesudahnya, yang diperkirakan masih terus berlanjut, tak ubahnya genderang perang antarklan dalam Keluarga Bani Saud. Ini benar-benar tak terbayangkan sebelumnya, tokoh keluarga kerajaan dari klan-klan penting dipermalukan sedemikian hina.

Sebelumnya, pencopotan jabatan sudah terbiasa terjadi untuk menyingkirkan para pesaing Muhammad bin Salman. Tapi, kehormatan mereka masih “dijaga”, setidaknya di depan publik sebagaimana penyingkiran terhadap Muhammad bin Nayif dan Muqrin bin Abdul Aziz dari jabatan putra mahkota. Mempermalukan tokoh klan dalam Keluarga Bani Saud baru terjadi kali ini.

Sang pangeran, Muhammad bin Salman, menginginkan proses suksesi ke dirinya benar-benar berjalan mulus tanpa hambatan dari internal kelurga. Karena itu, dengan kedok perang terhadap korupsi, para pesaing yang masih tersisa termasuk Miteb bin Abdullah, Komandan Garda Nasional yang amat disegani, juga adiknya, disingkirkan bersama sejumlah pangeran dari klan-klan penting lain. Dengan situasi seperti sekarang, bagaimana kemungkinan suksesi di Arab Saudi akan terjadi?

Jawaban normatifnya tentu sederhana. Jawabannya simpel, pengganti raja adalah Muhammad bin Salman yang saat ini menduduki posisi putra mahkota. Muhammad bin Salman adalah anak kandung raja sekarang. Tapi persoalannya tak sesederhana itu. Pertama, penunjukan putra mahkota dan wakil putra mahkota dari generasi ketiga dipandang sebagian keluarga kerajaan menyalahi amanat pendiri kerajaan, bahkan ada yang menyebut sebagai “kudeta putih”. Sesuai amanat pendiri kerajaan Abdul Aziz bin Saud, putra-putranyalah yang akan menjadi pengganti, menduduki takhta Kerajaan Arab Saudi.

Sementara itu, putra mahkota sekarang ini adalah generasi ketiga (cucu), bukan anak pendiri. Padahal generasi kedua (anak) masih menyisakan beberapa “pangeran”, termasuk Putra Mahkota Muqrin bin Abdul Aziz yang dipecat oleh Raja Salman dari posisi calon pewaris takhta. Pangeran Muqrin adalah saudara beda ibu dengan Raja Salman. Anak Muqrin , Manshur bin Muqrin, juga dirumorkan tewas akibat ditembak saat akan kabur dari Saudi dengan helikopter.

Kedua, persaingan antraklan Keluarga Bani Saud semakin vulgar dan brutal. Para pesaing dari klan-klan lain yang potensial memimpin Saudi disingkirkan dari posisi penting dengan cara tak elok, baik itu klan Sulthan, klan Faishal, klan Abdullah, klan Talal, dan seterusnya. Yang terbaru, Miteb bin Abdullah (komandan Garda Nasional), Walid bin Talal, dan puluhan pangeran lain juga ditangkap (4/11). Penangkapan dengan dalih gerakan antikorupsi itu disebut-sebut sebagai “pembantaian” para pangeran para pesaing Muhammad bin Salman yang masih tersisa di pemerintahan.

Kecurigaan penulis dan beberapa pihak beberapa waktu lalu bahwa Raja Salman akan menyerahkan kekuasaan langsung kepada anaknya sekarang sudah terbukti. Dua putra mahkota bahkan para pangeran lain yang potensial telah disingkirkan.

Ketiga, lingkungan baru di dalam negeri Arab Saudi maupun kawasan Timur Tengah semakin liar dan tak terkendali. Apa saja bisa terjadi dalam situasi sekarang ini. Di dalam negeri, penurunan harga minyak secara drastis membuat komplikasi luar biasa dalam pemerintahan dan kehidupan masyarakat Arab Saudi yang tak kunjung selesai, kendati langkah “liberalisasi” sosial dan moderasi keagamaan dilakukan agar tak jadi hambatan ekonomi .

Tak hanya penurunan subsidi bahan bakar dan bahan kebutuhan pokok, pengurangan subsidi untuk kepentingan sosial dan pendidikan dan pos anggaran yang terlalu besar untuk militer membuat standar hidup menurun signifikan. Pajak mulai digencarkan, termasuk dari sektor-sektor yang sebelumnya tak dikenai kewajiban membayar pajak. Kerajaan ini harus membiayai perang mahal di mana-mana. Masyarakat, apalagi keluarga kerajaan yang terbiasa hidup sangat mewah, tidak mudah menyesuaikan dengan situasi baru ini.

Kondisi ini diperparah dengan menguatnya kesadaran akan demokratisasi di lapisan rakyat Arab pada umumnya. Keberanian rakyat untuk menurunkan para pemimpinnya di Mesir, Tunisia, dan Libya memberi inspirasi tersendiri bagi rakyat Saudi. Citra tentang kesenjangan ekstrim dalam standar hidup dan perlakuan hukum antara keluarga kerajaan pada umumnya dengan masyarakat umum akan meningkatkan keberanian itu. Penangkapan terhadap sejumlah pangeran dan konglomerat dengan dalih korupsi memang memperoleh dukungan masyarakat Arab Saudi, khususnya dari para pemuda. Tetapi, masyarakat Saudi juga mengerti apa yang sedang terjadi di negeri itu dan lingkungan sekitarnya.

Belum lagi situasi regional yang benar-benar liar. Saudi dalam kepungan ancaman dari mana-mana. Bukan hanya dari Iran dan sekutunya yang sudah mengepung dari utara, timur, dan selatan. Mereka suatu saat juga harus bersiap menerima hujan rudal dari Houtsi Yaman yang didukung Hizbullah dan Iran. Riyadh sudah terjangkau oleh rudal kelompok Housti di Yaman. Ini adalah ancaman nyata dari selatan. Kelompok-kelompok ekstremis juga menjadikan keluarga dan rezim ini sebagai target.

Sekali lagi, apa pun bisa terjadi di tengah situasi sekarang terkait suksesi takhta Kerajaan Saudi. Tapi setidaknya ada beberapa skenario menonjol yang mungkin akan terjadi terkait masa depan takhta kerajaan itu.

Pertama, suksesi berjalan mulus sebagaimana skenario normatif saat ini, yaitu takhta diserahkan kepada raja muda baru, yaitu Muhammad bin Salman. Jika ini terjadi, ini adalah sejarah baru dalam suksesi kerajaan tersebut. Muhammad bin Salman adalah raja pertama dari generasi ketiga atau cucu pertama pendiri kerajaan. Ia juga akan menjadi raja pertama dalam usia paling muda, yaitu 32 tahun. Padahal beberapa dekade belakangan, usia raja Saudi rata-rata di atas 70 tahun. Skenario ini paling mungkin terjadi dalam waktu dekat ini.

Kedua, suksesi terjadi sesuai dengan narasi normatif di atas tetapi pihak-pihak tua (generasi anak atau cucu yang lebih tua) melakukan perlawanan. Ini potensial terjadi, sebab para senior yang memiliki hak takhta itu masih ada dan mereka telah disingkirkan secara sistematis dan kekuasaan dimonopoli oleh satu keluarga. Secara psikologis, itu tak mudah diterima oleh mereka ketika anak-anak belia itu merebut takhta yang menjadi hak mereka. Dalam waktu dekat atau jauh, skenario ini sangat potensial terjadi.

Ketiga, para senior keluarga kerajaan berupaya mengembalikan kekuasaan kepada anak-anak pendiri Saudi terlebih dahulu atau pangeran generasi cucu yang dipecat. Klan Abdullah, Sulthan, Talal atau yang lain potensial menjadi motor bagi skenario ini. Klan itu punya tokoh-tokoh bepengaruh dan telah disingkirkan dari peran srategis mereka di kerajaan. Ini menjadi lebih serius jika muncul para ulama yang melakukan perlawanan terhadap kebijakan infitah Muhammad bin Salman.

Skenario itu semakin berpeluang terjadi jika Muhammad bin Salman tak berhasil melakukan tugas sesuai harapan. Misalnya, dia keok dalam perang Yaman sebagaimana di Suriah, keamanan dalam negeri jebol, atau kegagalan-kegagalan penting lainnya. Skenario ini kemungkinan besar berjalan kendati masih di bawah tanah.

Kolom terkait:

Raja Salman, Takhta Saudi, dan Kontestasi Para Pangeran

Rezim Saudi, Ulama, dan Perubahan

Benarkah Muhammad bin Salman”Menista” Ulama Saudi?

Pangeran Muhammad bin Salman dan Kontraksi Kelahiran Arab Saudi Baru

Gebrakan Pangeran Muhammad bin Salman

Ibnu Burdah
Ibnu Burdah
Pemerhati Timur Tengah dan Dunia Islam, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.