Sabtu, April 20, 2024

ISIS, Lionel Messi, dan Piala Dunia 2018

Ibnu Burdah
Ibnu Burdah
Pemerhati Timur Tengah dan Dunia Islam, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lionel Messi [foto: www.dailyrecord.co.uk]

Salah satu media propaganda ISIS menebar ancaman terhadap penyelengaraan Piala Dunia di Rusia 2018. Tak tanggung-tanggung, bintang sepakbola Argentina Lionel Messi digambarkan menjadi simbol target–dan belakangan Neimar. Fitur yang ditampilkan dalam propaganda itu, sang megabintang berada dalam sel jeruji penjara, mengenakan baju tahanan, dan menangis darah.

Ungkapan yang ditulis dalam propaganda itu menyebut kekuatan ISIS sebagai negara yang “laa ta’rif khasarah” (tak pernah mengenal kata kalah).

Mengapa ISIS menarget Lionel Messi dan piala dunia? Apa hubungan mereka dengan sepakbola? Apa salah Messi dan piala dunia? Bukankan ISIS juga sudah ditumpas baik di Irak, Suriah, Libya, dan juga di Marawi Asia Tenggara? Pertanyaan terakhir ini penting untuk membaca pesan ISIS yang sesungguhnya dalam propaganda di atas.

Pesan yansg diangkat dari kalimat “tak mengenal kata menyerah” itu cukup jelas. Mereka ingin mengabarkan kepada dunia bahwa ISIS masih ada, kendati pemerintahan negara itu telah tumbang di pusat kekuasaannya, yaitu Mosul, Irak Utara, dan Raqqa, Suriah Utara. Melalui pesan itu, mereka mengklaim masih punya kemampuan untuk menghancurkan dunia, meski mereka juga dihajar di Libya, Sinai, dan Marawi Asia Tenggara.

Jadi, pesan itu mengindikasikan pengakuan kelompok itu terhadap realitas sebaliknya. Yakni kehancuran mereka di mana-mana setelah sempat berjaya sekitar dua tahun dengan menguasai wilayah sepertiga Irak dan sepertiga Suriah dan puluhan wilayah yang mereka sebut sebagai provinsi (wilayat) di sejumlah negara.

Mencari Audiens

Mengapa piala dunia? Mengapa Lionel Messi yang jadi sasarannya? Keduanya hanyalah simbol belaka. ISIS siap dan memang ingin menghancurkan dunia. Mereka sejak awal memang ingin menghancurkan peradaban karya agung dari umat manusia yang dibangun dengan susah payah sejak dulu kala. Mereka juga hendak membunuh sebanyak mungkin manusia, karya Tuhan, yang tak ternilai harganya.

Piala dunia hanyalah simbol belaka. Lionel Messi juga demikian, hanya simbol. Tapi mereka tentu tak sembarangan memilih simbol yang menjadi target dan sasaran. Mereka memilih sasaran yang dapat menarik perhatian seluas-luasnya. Mereka punya tujuan penting dalam pemilihan simbol, yaitu meraup audiens sebanyak-banyaknya.

Karena itu, piala dunia adalah pilihan menarik. Piala dunia adalah festival paling menyita perhatian umat manusia sejagat pada zaman ini. Meski hanya “permainan” bola, perhatian umat manusia terhadap event ini jauh melampaui perhatian terhadap peristiwa-peristiwa besar kemanusiaan yang lebih nyata: perang beserta ekses kemanusiaan yang mengerikan seperti di Yaman, Suriah,  Libya, tragedi penderitaan Rohingya, masalah perdamaian, dan seterusnya. Perhatian terhadap semua itu kalah jauh oleh piala dunia.

Apalagi ini dikaitkan dengan Lionel Messi. Messi bukan hanya pemilik lima piala pemain terbaik sejagat. Dia adalah seniman dan monumen sihir bola. Kendati C. Ronaldo baru saja menyamai rekornya dalam jumlah piala terbaik dunia, Messi tetap dipandang yang terbaik. Ia bahkan diangap sebagai pemain terbaik sepanjang zaman. Ia adalah puisi dan qashidah terindah yang pernah muncul dalam jagat sepakbola.

Karena itu, pantas apa pun yang terkait dengan dirinya akan menjadi berita yang menarik perhatian luas dunia, termasuk dia berganti potongan rambut saja. Apalagi jika sesuatu yang besar terjadi padanya.

Maka, Messi dan piala dunia di Rusia menjadi pilihan target bagi sasaran dan propaganda media ISIS. Sebab, itu berpotensi membawa perhatian luas dari masyarakat dunia, apalagi jika mereka benar-benar mampu melakukan aksi teror terhadapnya. Baru ancaman serampangan saja dan disampaikan bukan oleh media utama mereka, A’maq, hampir semua portal di banyak negara yang saya baca mengulas isu itu dengan begitu seriusnya.

Di tengah kehancurannya ISIS sangat memerlukan perhatian. Perhatian terpenting yang mereka harapkan adalah dari anasir sel-sel dan simpatisan mereka di berbagai negara di dunia. Pesan yang hendak disampaikan sederhana. Bahwa ISIS, organisasi payung teror global, yang sangat ditakuti dan mengerikan itu masih ada. Kendati dua ibu kota mereka sudah hancur, khalifah mereka sudah tewas, dan tak ada lagi provinsi yang dapat diandalkan sebagai basis teritorial, mereka mengklaim masih ada.

Mereka setidaknya masih memiliki agenda jihad besar yang terus dikobarkan untuk memompa semangat jihad seluruh lapisan keluarga jihad global. Dengan adanya agenda besar yang “mengagumkan” ini, semangat dan afiliasi sel-sel ISIS di banyak negara diharapkan masih bertahan. Para pemimpin teras ISIS sangat ketakutan mereka kehilangan pengikut, sebab tak punya rencana jihad yang jelas. Mereka takut para jihader global berpindah lagi ke Al-Qaidah atau organisasi teroris global baru yang mungkin akan muncul.

Pesan lain tentu disampaikan kepada musuh-musuh ISIS dan masyarakat dunia pada umumnya. Pesan itu adalah ancaman kepada pihak-pihak yang telah terlibat menghancurkan ISIS di Irak dan Suriah dan di beberapa negara lain. Ancaman juga ditujukan kepada siapa saja yang tak simpati kepada mereka. Bahwa ISIS masih mampu melakukan apa pun, termasuk menebar horor melalui piala dunia.

Kolom terkait:

Melacak Jejak Panas ISIS di Afghanistan

Khilafah Virtual ISIS dan Jihadis Millenial

Mengantisipasi Runtuhnya Kekhilafahan ISIS

Mengapa Banyak Perempuan Terpikat ISIS?

Israel dan Bara yang Masih Menyala di Suriah

Ibnu Burdah
Ibnu Burdah
Pemerhati Timur Tengah dan Dunia Islam, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.