Calon Presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, akan mengambil langkah besar dalam kampanyenya dengan menyampaikan pidato kebijakan yang sangat dinanti-nantikan dan memperkenalkan agenda ekonominya yang komprehensif dalam sebuah acara yang akan digelar di Raleigh, North Carolina, pada hari Jumat ini. Sebagai Wakil Presiden, Harris diharapkan menjadikan tantangan inflasi yang semakin meningkat sebagai fokus utama dalam agenda kebijakannya.
Inflasi yang terus meroket telah menjadi isu yang paling mendesak bagi masyarakat, dan Harris berencana untuk memberikan solusi konkret guna meringankan beban biaya hidup bagi keluarga kelas menengah yang saat ini semakin terhimpit. Selain itu, dia akan mengumumkan langkah-langkah tegas untuk menghadapi praktik-praktik curang perusahaan yang seringkali mengambil keuntungan berlebih di tengah situasi ekonomi yang sulit.
Saat ini, inflasi telah menjadi salah satu isu krusial yang sangat mempengaruhi keputusan pemilih dalam pemilu kali ini. Faktanya, hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Michigan mengungkapkan bahwa semakin banyak rakyat Amerika yang menaruh kepercayaan pada Kamala Harris dalam menangani tantangan ekonomi negara dibandingkan dengan pesaingnya dari Partai Republik, Donald Trump. Hal ini menunjukkan meningkatnya keyakinan publik terhadap kemampuan Harris dalam membawa perubahan positif bagi perekonomian AS.
Pekan lalu, Harris membuat janji yang signifikan untuk menghapus pajak atas tip yang diterima oleh pekerja di sektor layanan, serta menaikkan upah minimum, yang hingga saat ini menjadi satu-satunya proposal kebijakan ekonominya. Janji ini mencerminkan komitmen Harris untuk memperjuangkan hak-hak pekerja dan memastikan bahwa mereka mendapatkan imbalan yang adil atas kerja keras mereka, sekaligus berusaha menciptakan kondisi ekonomi yang lebih adil dan sejahtera bagi semua lapisan masyarakat.
“Dan ini adalah janji saya kepada semua orang di sini: ketika saya menjadi Presiden, kami akan melanjutkan perjuangan kami untuk keluarga pekerja di Amerika, termasuk menaikkan upah minimum dan menghapus pajak atas tip bagi pekerja di sektor layanan dan perhotelan.”
Sebelum Kamala Harris mengungkapkan agenda ekonominya yang dinanti-nantikan, Donald Trump telah menyatakan niatnya untuk menggempur catatan ekonomi pemerintahan Biden. Pada hari Rabu, mantan Presiden ini akan menyampaikan pidato penting di Asheville, North Carolina, di mana dia berencana untuk menyoroti apa yang dianggapnya sebagai kelemahan dalam kebijakan ekonomi saat ini.
Persaingan antara kedua calon presiden dalam menyampaikan visi ekonomi mereka di berbagai wilayah di negara bagian Tar Heel ini menegaskan betapa strategisnya posisi North Carolina dalam pertempuran politik ini. Bagi Demokrat, harapan mereka adalah untuk mengubah North Carolina menjadi negara bagian biru, sesuatu yang belum terjadi sejak kemenangan Barack Obama pada tahun 2008.
Di sisi lain, calon Wakil Presiden Kamala Harris, Tim Walz, juga tidak ketinggalan dalam menunjukkan giginya. Pada hari Selasa, dia mengadakan acara kampanye solo pertamanya di mana dia dengan tegas mengkritik Donald Trump dan pasangannya, J.D. Vance. Walz menyoroti betapa tidak nyambungnya Trump dan Vance dengan realitas kehidupan kelas menengah di Amerika.
Dengan nada sindiran, Walz bertanya, “Bisakah Anda bayangkan Donald Trump bekerja di McDonald’s, mencoba membuat McFlurry atau semacamnya? Oh, dia tahu kami, dia tahu kami. Faktanya, dia tidak akan bisa menjalankan mesin McFlurry itu sekalipun mesin tersebut memaksanya.” Komentar ini tidak hanya menjadi sindiran tajam, tetapi juga memperkuat pandangan Walz bahwa Trump dan Vance tidak memiliki pemahaman atau empati terhadap tantangan yang dihadapi oleh pekerja kelas menengah, yang semakin hari semakin merasa terpinggirkan.
Jadi, satu-satunya hal yang benar-benar dipahami oleh kedua orang ini tentang pekerja adalah bagaimana mereka dapat mengeksploitasi mereka demi keuntungan pribadi. Mereka tahu betul cara memanfaatkan posisi mereka untuk merugikan para pekerja. Setiap kali ada kesempatan, mereka tidak ragu untuk melancarkan serangan terhadap hak-hak pekerja, terutama hak mereka untuk berunding secara kolektif.
Mereka terus-menerus berusaha melemahkan kekuatan pekerja dalam negosiasi dan merebut hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh para pekerja. Padahal, yang kami minta tidaklah berlebihan: kami hanya menginginkan upah yang layak, tunjangan yang memadai, kehidupan yang lebih baik, serta martabat dalam pekerjaan yang kami jalani setiap hari.”
Selain itu, Gubernur Minnesota juga tidak tinggal diam ketika Vance mencoba merusak reputasinya dengan menuduhnya memanipulasi catatan militer dan menyiratkan bahwa Walz menghindari penugasan ke medan perang di Irak. Dengan tegas, Walz menanggapi tuduhan ini, “Orang-orang ini bahkan menyerang saya karena catatan pelayanan saya kepada negara, dan saya ingin memperjelas satu hal: Saya bangga telah melayani negara saya, dan kebanggaan itu akan selalu saya bawa. Saya ingin mengatakannya lagi dengan sejelas mungkin: Saya sangat bangga dengan pelayanan yang telah saya berikan kepada negara ini, dan saya percaya bahwa tidak seorang pun seharusnya merendahkan atau mengabaikan catatan pelayanan orang lain.”
Kata-kata di atas tidak hanya menjadi pembelaan diri yang kuat, tetapi juga menunjukkan komitmen Walz terhadap nilai-nilai kehormatan dan pengabdian kepada negara.
Dengan waktu kurang dari tiga bulan sebelum para pemilih memadati tempat pemungutan suara, perhatian seluruh negeri kini tertuju pada Wakil Presiden Harris. Di tengah ketegangan politik yang semakin memuncak, Harris diharapkan untuk mempersembahkan visinya yang ambisius bagi perekonomian Amerika Serikat. Visi ini sangat krusial bagi Demokrat, terutama di negara bagian yang belum pernah mereka menangkan selama hampir 15 tahun.
Ini adalah momen penting yang dapat menentukan arah masa depan negara, dan Harris harus mampu meyakinkan para pemilih bahwa rencana ekonominya adalah solusi terbaik untuk mengatasi tantangan yang dihadapi bangsa ini. Semua mata kini menunggu bagaimana dia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembalikan kejayaan partainya di wilayah yang telah lama dikuasai oleh kubu lawan.