Meskipun karya-karyanya sebagian besar belum dibaca, Tobias Smollett adalah seorang sastrawan terkenal pada zamannya. Dia menulis lima novel yang mendapat sambutan baik dengan tema seputar sejarah dan politik. Seperti Defoe dan Fielding, Smollett mula-mula adalah seorang yang dikenal karena polemiknya, baru kemudian menjadi novelis. Berbeda dengan Defoe dan Fielding, Smollett lahir di Skotlandia dan beroleh pendidikan di Universitas Edinburgh untuk menjadi dokter. Dia sering disebut oleh orang-orang sezamannya sebagai “Dr. Smollett.”
Pada abad ke-18, Skotlandia dan Universitas Glasgow adalah rumah bagi apa yang dikenal sebagai “Empiriisme Skotlandia” —sebuah aliran pemikiran filosofis dan ilmiah yang telah lama ada dan sangat berpengaruh dalam membentuk dunia modern seputar objektivitas, pragmatisme, dan observasi sistematis. Alumninya yang paling terkenal tentu saja adalah Adam Smith, penulis The Wealth of Nations.
Dr. Smollett terkenal sebagai orang yang keras kepala, asli Skotlandia, dan skeptis. Yang membedakan Humphry Clinker (lengkapnya The Expedition of Humphry Clinker, ditulis pada 1771) dari kebanyakan novel komik Inggris lainnya adalah bahwa novel ini tidak menjadikan resolusi romansa sepasang kekasih muda yang lembut sebagai satu-satunya akhir dari alur. Novel ini justru menempatkan romansa hanya sebagian kecil dari narasinya, memosisikannya dalam konteks keprihatinan yang berbeda-beda dari karakter-karakter lain, yang semuanya mempunyai maksud, rencana, dan tugas belajar masing-masing. Oleh karena itu, karya ini memiliki daya tarik berupa kematangan, skeptisisme dan sifat keras kepala.
Cerita ini bermula ketika sebuah keluarga memulai perjalanan panjang. Di sana ada Matthew Bramble, seorang pegawai negeri di Wales; saudara perempuannya Tabitha, seorang perawan tua berusia sekitar empat puluh lima tahun; keponakan mereka, Jery, yang baru saja meninggalkan Oxford dan sedang mempertimbangkan kariernya; keponakan mereka, Lydia, yang telah cabut sekolahnya dan jatuh cinta dengan seorang pemuda yang tidak cocok; dan pembantu Tabitha, Win, yang lebih tua dari Lydia.
Tujuan sebenarnya dari perjalanan tersebut adalah untuk mengambil air dari berbagai sumber mata air untuk meringankan penyakit pencernaan yang diderita Matthew. Perjalanan mereka mencakup Bath, London, Yorkshire, dan Edinburgh. Meskipun jarak yang ditempuh relatif panjang, namun ada banyak perhentian di antaranya. Masing-masing menulis surat kepada seseorang di rumah mereka, dan surat-surat ini menjadi teks novel. Humphry adalah tokoh yang mereka temui dalam perjalanan, yang ternyata punya hubungan dengan keluarga mereka lewat alur cerita yang mengejutkan.
Kehebatan novel Smollett terletak pada kesederhanaan idenya. Setiap penulis mempunyai keprihatinannya sendiri, gayanya sendiri, dan pengamatannya sendiri. Lima surat yang berbeda berperan satu sama lain memajukan alur cerita dan mengomentari berbagai adegan yang mereka temui. Sebagian besar petualangan diceritakan lebih dari satu sudut pandang. Ini berdampak mengurangi dominasi narator dan menciptakan ilusi dunia yang lebih inklusif dan beragam di mana semua orang bepergian bersama, tidak ada pendapat yang diutamakan atas yang lain. Hal ini tentu saja sangat kontras dengan Fielding dan Sterne.
Smollett juga merupakan orang yang memiliki pendapat kuat dan perasaan partisan, namun tujuan polemiknya disampaikan secara tidak langsung, melalui pembentukan plot dan penggambarannya tentang apa yang dilihat dan dilakukan oleh narator, bukan melalui pernyataan dari narator yang dominan. Hasilnya luar biasa canggih dan hampir modern. Sebagai eksponen aliran pemikiran yang mendominasi cara kita memandang dunia, Smollett dianggap kurang mutakhir dibandingkan rekan-rekan sezamannya.
Kompleksitas Humphry Clinker ini hadir pada kesederhanaannya; kedalamannya terlihat biasa saja. Setiap karakter dalam novel ini menceritakan kisah dan opini masing-masing, sementara pengarang membangun hubungan antara tema dan motif di latar belakang. Ini membuat pembaca lebih gampang memahami tanpa ada paksaan. Novel ini berisi kisah yang menghibur atau narasi perjalanan khas abad ke-18. Tapi sesungguhnya novel ini, antara lain, adalah kisah penebusan dan rekonsiliasi rohani, kisah penciptaan kembali tatanan pastoral dan tatanan masyarakat yang baik dan benar.
Hal ini menimbulkan pertanyaan yang sama seperti Candide (1759)—bagaimana kita dapat memahami dunia dan bagaimana kita dapat hidup di dalamnya? Hal ini memberikan jawaban serupa namun lebih matang; mengolah harta yang diberikan kepada kita, menghindari ambisi dan kemewahan, dan menjalin hubungan dengan orang-orang yang diberikan kepada kita untuk dicintai, meskipun mereka tidak begitu menarik.
Smollett berhasil memecahkan paradoks bentuk novel—bagaimana kehidupan spesifik tokoh-tokoh biasa dapat mewakili kesamaan kehidupan manusia, baik yang dijalani dalam masyarakat maupun yang dijalani secara subyektif. Petualangan para karakter dalam ekspedisi mereka menambah peta dunia batin dan dunia luar. Setiap episode rasional dan bermakna.
Berbeda dengan Candide, Humphry Clinker ini menghadirkan banyak episode yang bagi banyak pembaca dianggap hal-hal bersifat rutin. Istirahat Matthew diganggu oleh beberapa pria yang sedang memainkan alat musik di tangga kostnya. Di lain waktu, dia secara keliru diselamatkan dari tenggelam oleh Humphry, yang menafsirkan desahan Matthew karena dinginnya laut sebagai teriakan minta tolong.
Di saat lain, Humphry melihat pantat Win yang telanjang saat dia menuruni tangga, melarikan diri dari api, dan jatuh cinta padanya. Setiap kejadian lucu dan realistis. Itulah sebabnya beberapa pembaca menganggap Smollett adalah penulis paling lucu pada zamannya. Namun leluconnya halus, mengundang tawa, bukannya memaksa orang untuk ketawa.
Humphry Clinker adalah novel terakhir Smollett. Layaknya sebuah karya yang matang, novel ini ditulis dengan pengetahuan naluriah bahwa si pengarang tidak harus memaksakan gayanya untuk mengekspresikan pandangannya yang natural dan menulisnya dengan kehalusan tanpa di bawah tekanan harus ‘berseni.’
Selain itu, novel Smollett ini mengingatkan pembaca agar bersifat pemaaf dan berhati terbuka. Tokoh-tokoh konyol menyampaikan pendapatnya dan meraih pengetahuan diri sama seperti tokoh-tokoh yang menarik. Motivasi manusia yang dicap rendah dimaafkan—ketika saudara perempuan Matthew, Tabby, menemukan seorang pria untuk menikahinya. Bahwa keduanya menikah karena alasan praktis dan romantis akhirnya diakui.
Setelah tiga peristiwa pernikahan, sesuatu yang unik dalam fiksi Inggris, Smollett berkomentar (lewat suara Jery) atas bukti fisik bahwa setiap karakter telah menikmati hubungan seksual dengan pasangan barunya—sepasang kekasih yang lembut dengan mata mereka, pasangan paruh baya melalui tingkah lakunya yang penuh perhatian dan penuh semangat, serta Humphry (pasangan tidak sah) dan Win (seorang pembantu), melalui kata-kata (Humphry berkata, “Atas apa yang telah kami terima, Tuhan jadikan kami bersyukur”). Pengakuan atas kegembiraan dan seksualitas dipadukan dengan sentimen sastra Inggris yang biasa terjadi di akhir novel komik—uang dan cinta disatukan untuk menambahkan untaian kemanusiaan yang luar biasa ke dalam sejarah narasi sastra Inggris.
Karakteristik lain dari Humphry Clinker yang patut diacungi jempol adalah bahwa ia benar-benar berfungsi sebagai dokumen sosial yang mantap. Karena Bramble dan Jery (dan, tentu saja, pengarang) tertarik pada dunia yang mereka lalui dan telaah (di Universitas Edinburgh, Dr. Smollett memang dilatih untuk sistematis dalam melakukan pengamatan), ada banyak hal dalam novel ini tentang bagaimana masyarakat hidup di Inggris abad ke-18. Wacana-wacana Matthew berbicara tentang arsitektur, kedokteran, politik, masyarakat, adat istiadat, mode perjalanan, dan banyak lagi lainnya. Orang-orang Amerika yang membaca karya-karya Fielding, Richardson, dan Sterne tidak pernah tahu bahwa koloni Amerika Utara sudah ada.
Sementara, Smollett menjadikan salah satu karakternya yang paling menarik adalah seorang pria yang pernah ke Amerika, pernah ditangkap dan dikuliti oleh orang India, namun masih berencana untuk kembali ke sana.