Kerja sama dan interaksi global tidak lagi tergantung pada pemerintah. Sebaliknya kecenderungan ini bergeser kepada hubungan antar masyarakat atau orang ke orang (people to people/p to p) yang melampaui batas-batas negara. Bila hubungan antarmasyarakat mengacu pada interaksi antara warga negara dari dua negara tanpa campur pemerintah secara resmi, maka hubungan antara pemerintah berjalan di atas yurisdiksi dan otoritas yang setara untuk di berbagai bidang. Selain itu, relasi dua negara pada level orang ke orang ini memberikan dampak yang luar biasa pada terciptanya hubungan berkelanjutan karena penekanan pada aspek kebudayaan.
Adalah Gusrizal Syam, seorang guru bahasa Indonesia untuk warga asing yang berdomisili di Bukittinggi, Sumatra Barat, salah seorang pelopor utama pada kerja sama antar warga Indonesia dan Australia. Lahir di Bukittinggi pada 6 Agustus 1962, Gusrizal sudah bekerja lebih dari lima belas tahun untuk membangun kerja sama yang baik antara kedua negara dalam ranah pendidikan dan budaya.
“Saya tidak akan pernah terhenti dan lelah untuk menjembatani hubungan Indonesia dan Australia. Bahkan, banyak hal yang saya lakukan dengan sukarela,” ujarnya penuh semangat.
Pada 2015, Gusrizal mengajar di Mornington Secondary College dan sekolah-sekolah lain di sepanjang semenanjung Mornington. Selama mengajar di pelbagai kelas tersebut, ia mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia lengkap dengan unsur-unsur budaya Indonesia. Ini pada gilirannya memberikan wawasan terperinci kepada peserta didik tentang bahasa dan budaya Indonesia. Selain itu, ia juga memberi para siswa kesempatan untuk berbincang lewat Skype dengan sekolah-sekolah di Bukittinggi. Ini merupakan pengalaman luar biasa bagi guru dan siswa yang ikut terlibat.
Selama kunjungannya ke Australia selama dua minggu pada 2016, Gusrizal bekerja sama dengan guru-guru Languages Other Than English (LOTE) mempersiapkan berbagai kegiatan, termasuk mengunjungi beberapa sekolah di Queensland untuk memberikan dorongan kepada para guru LOTE dan siswa mereka.
“Ada program yang menarik untuk siswa yang disebut Indonesian Day (Hari Indonesia). Saya senang berbagi dengan siswa” tegasnya tentang program ini.
Ketika mengunjungi beberapa sekolah di Queensland, ia juga bertemu dengan banyak guru LOTE dan berbagi pengalamannya tentang mengajar Bahasa Indonesia. “Saling pengertian antara orang-orang dari budaya yang berbeda hanya dapat dimulai melalui kontak langsung, dan kelas bahasa dan budaya di sekolah adalah tempat terbaik bagi siswa untuk memulai. Ini adalah cara saya menjembatani kesenjangan antara masyarakat” jelasnya.
Mengingat hubungan baiknya yang terjalin dengan Tim Lindsey, Ketua Australia Indonesia Institute, Gusrizal telah menyampaikan kuliah umum di Asia Institute, tepatnya jurusan Fakultas Seni di Universitas Melbourne Juli pada 2016. Ia telah mengarungi pentingnya hubungan Australia-Indonesia melalui diplomasi budaya yang berfokus pada kerja sama antarwarga.
Sebagai mantan staf ahli dalam urusan internasional Walikota Bukittinggi, ia berupaya mencari berbagai cara untuk mengundang guru dan siswa Australia ke kota Bukittinggi sebagai bagian dari program pertukaran siswa dan guru. Ia mendirikan Element for Indonesia—sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, budaya, penelitian dan pengembangan yang berpusat di Bukittinggi.
Komitmen Gusrizal untuk mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia memperoleh respons timbal balik dari rekan-rekannya di Australia. Pada tahun 2018 Gusrizal menerima kunjungan dari rekannya dari Australia, Daniel Bradbury, dalam upaya mempromosikan kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam lewat bahasa Indonesia untuk orang Australia. Selama kunjungan itu, Gusrizal menyuguhkan kepadanya peluang dan potensi yang ada di Bukittinggi dan Agam.
Mereka ingin memfilmkan keindahan budaya dan alam Minangkabau. Ini akan membantu siswa Australia untuk mengenal dan lebih memahami keindahan budaya dan alam Minangkabau. Film pendek dan buku-buku aspek budaya dan bahasa Indonesia adalah bahan yang diperlukan oleh guru bahasa Indonesia di seluruh Australia untuk mendukung program pengajaran Bahasa Indonesia. Gusrizal bahkan menerima penghargaan dari pemerintah Australia. Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan, mengundangnya ke Jakarta pada tahun 2018 dan memuji sumbangannya atas terwujudnya hubungan konstruktif antara kedua negara.
Pada bulan April 2018, ia adalah seorang delegasi Indonesia pada the 4th Indonesia-Australia Dialogue yang diselenggarakan oleh Institut Urusan Internasional Australia dengan dukungan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri Indonesia. Bahkan ia akan menjadi salah satu pembicara kunci (keynote speaker) pada This Third APPBIPA-THAILAND Conference in Indonesian Language & Culture for Non-Native yang akan diadakan Thaland pada 25 Mai 2023 mendatang.
Terlepas dari pasang surut hubungan Indonesai dan Australia, Gusrizal percaya bahwa kontak antarwarga kedua negara tidak boleh. Para guru terus mempromosikan Indonesia melalui pengajaran bahasa Indonesia di semua tingkat pendidikan, mulai dari dasar, menengah dan perguruan tinggi. Siswa belajar bahasa Indonesia, yang masuk dalam daftar 5 bahasa asing top yang diajarkan di Australia. “Pengajaran bahasa Indonesia di Australia adalah yang terbesar di dunia” ia mengingatkan. Ia yakin bahwa dinamika politik kedua negara saat ini tidak boleh mengorbankan kebutuhan kebudayaan yang lebih besar.
Gusrizal tetap komit untuk melanjutkan pekerjaannya, dengan atau tanpa bantuan keuangan, dan berharap suatu hari nanti kedua pemerintah dapat duduk bersama dan menyelesaikan perbedaan mereka.
“Menyibukkan diri mengajarkan bahasa Indonesia di berbagai sekolah dasar dan menengah di Australia adalah cara saya berkontribusi pada Tanah Air ini,” pungkasnya.