Rabu, Desember 31, 2025

Doktrin Baru Israel: Ambisi Kemandirian Militer di Tengah Gejolak Global

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Dalam sebuah langkah yang mengguncang peta geopolitik Timur Tengah, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara resmi mengumumkan pergeseran doktrin pertahanan yang sangat fundamental. Israel, yang selama berdekade-dekade dikenal sebagai mitra strategis utama negara-negara Barat, kini secara tegas menyatakan ambisinya untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada pemasok senjata asing dan bertransformasi menjadi kekuatan militer yang sepenuhnya mandiri secara produksi.

Bukan sekadar retorika politik, Netanyahu telah meresmikan rencana investasi kolosal senilai $110 miliar (setara dengan kurang lebih Rp1700 triliun) yang akan dikucurkan selama sepuluh tahun ke depan. Dana fantastis ini dialokasikan khusus untuk melakukan ekspansi besar-besaran pada industri pertahanan dalam negeri Israel.

Langkah ini mengirimkan pesan yang sangat tajam kepada dunia, terutama ketika Netanyahu menekankan bahwa Israel harus mengurangi ketergantungan militer mereka—bahkan, mengutip kata-katanya langsung—”terhadap teman-teman kami sendiri.”

Meskipun tidak menyebutkan nama secara eksplisit, banyak pengamat yakin bahwa pernyataan “bahkan terhadap teman” tersebut merujuk langsung kepada Amerika Serikat. Selama ini, AS adalah tulang punggung militer Israel; hanya di tahun ini saja, bantuan militer senilai lebih dari $3 miliar telah mengalir ke Tel Aviv.

Namun, dinamika global yang berubah membuat Israel sampai pada satu kesimpulan pahit: di masa depan, mereka tidak boleh lagi mempertaruhkan nasib keamanan nasionalnya di tangan pihak lain. Apakah ini sinyal bahwa Israel akan perlahan-lahan bercerai dari ketergantungan pada teknologi persenjataan Amerika? Jawabannya terletak pada strategi jangka panjang yang baru saja dimulai.

Dalam sebuah upacara militer yang sarat dengan simbol kekuatan, Netanyahu mempertegas bahwa transparansi rencana ini adalah bentuk nyata dari kemandirian negara. Ia menjelaskan:

“Beberapa minggu lalu, saya bersama Menteri Pertahanan, Menteri Keuangan, dan jajaran tim ahli telah meresmikan anggaran sebesar 350 miliar syekel untuk satu dekade mendatang. Tujuan kami hanya satu: membangun industri persenjataan Israel yang berdaulat. Kami tidak ingin lagi nasib kami ditentukan oleh pihak eksternal manapun, termasuk sekutu terdekat sekalipun.”

Visi ini melibatkan mobilisasi talenta-talenta terbaik dari industri pertahanan Israel untuk merancang sistem senjata masa depan. Israel kini tidak hanya ingin memenangkan pertempuran, tetapi mereka ingin memastikan bahwa setiap peluru, rudal, dan teknologi mutakhir yang mereka gunakan adalah hasil karya putra-putri bangsanya sendiri—memastikan keunggulan militer absolut tanpa intervensi politik dari luar negeri.

Pengumuman mengenai kemandirian militer ini memicu gelombang spekulasi di panggung internasional, mengingat selama ini Israel memiliki hubungan simbiosis yang nyaris tak terpisahkan dengan Amerika Serikat. Washington bukan sekadar sekutu; selama berpuluh-puluh tahun, mereka adalah penopang utama eksistensi pertahanan Israel.

Keterlibatan Amerika dalam struktur pertahanan Israel telah mengakar begitu kuat hingga ke level fundamental. Bayangkan saja, hanya dalam kurun waktu satu tahun terakhir, aliran dana bantuan militer dari AS telah menembus angka $3,3 miliar. Angka fantastis ini pun belum termasuk kucuran dana tambahan untuk proyek kerja sama pertahanan rudal yang menjadi perisai udara Israel.

- Advertisement -

Ketergantungan ini pun tercermin nyata di lapangan. Hampir seluruh instrumen tempur paling mematikan milik Israel merupakan buah karya Amerika—mulai dari jet tempur siluman yang menguasai langit, sistem rudal presisi, hingga teknologi pertahanan tercanggih yang menjadi standar emas militer global. Memutuskan rantai ini bukanlah sekadar perubahan kebijakan, melainkan sebuah operasi pemisahan diri yang sangat kompleks dari sisi teknis maupun politis.

Lantas, apa yang memicu perubahan drastis ini? Mengapa Israel kini seolah ingin melepaskan pelukan keamanan dari Washington dan sekutu Barat lainnya? Jawabannya terletak pada guncangan hebat yang terjadi sejak meletusnya konflik Gaza pada tahun 2023.

Israel menyadari sebuah kenyataan pahit: dukungan internasional bisa berubah sewaktu-waktu. Di tengah situasi perang yang membara, Israel harus menghadapi gelombang isolasi militer dari negara-negara yang sebelumnya mereka anggap sebagai mitra stabil. Negara-negara seperti Spanyol, Belanda, Belgia, hingga Slovenia secara mengejutkan menerapkan embargo senjata total dan larangan perdagangan militer yang nyaris menyeluruh. Di luar benua biru, kekuatan ekonomi seperti Kanada dan Jepang turut melakukan pembatasan ketat terhadap arus perdagangan alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Langkah-langkah boikot ini menjadi alarm keras bagi kabinet Netanyahu. Keterbatasan akses terhadap suku cadang dan amunisi di tengah perang yang sedang berlangsung telah menyingkap sebuah celah kerentanan strategis yang sangat membahayakan kedaulatan negara.

Netanyahu sendiri secara terbuka mengakui bahwa mengandalkan rantai pasokan global di tengah konflik yang berkepanjangan adalah sebuah perjudian besar yang tidak boleh terulang. Bagi Israel, memproduksi senjata sendiri bukan lagi sekadar soal prestasi industri, melainkan tentang kelangsungan hidup (survival) agar mereka tidak pernah lagi berada dalam posisi di mana kapasitas pertahanan mereka ditentukan oleh tanda tangan birokrat di ibu kota negara lain.

Rencana Israel untuk menyuntikkan dana kolosal ke dalam rahim industri pertahanan domestiknya bukan sekadar proyek ekonomi biasa; ini adalah sebuah manifestasi kedaulatan yang penuh risiko. Meskipun visi ini tampak sebagai langkah logis untuk mengamankan masa depan, arah baru yang diambil oleh Tel Aviv ini memicu tanda tanya besar di panggung geopolitik—terutama terkait masa depan hubungan istimewanya dengan Gedung Putih.

Hingga detik ini, Benjamin Netanyahu memang belum pernah secara eksplisit menyatakan bahwa Israel akan sepenuhnya “menceraikan” teknologi persenjataan Amerika. Arus bantuan militer dari Washington pun masih terus mengalir ke pangkalan-pangkalan Israel seperti sedia kala. Namun, dalam dunia diplomasi tingkat tinggi, bahasa adalah senjata.

Pernyataan Netanyahu tentang “mengurangi ketergantungan, bahkan terhadap teman sekalipun,” bukanlah sekadar pilihan kata yang tidak sengaja. Ini adalah sebuah pernyataan sikap (statement of intent) yang menandakan adanya pergeseran nada bicara yang sangat signifikan. Kalimat ini mengandung pesan tersirat bahwa Israel kini tengah membangun “pintu keluar” strategis agar mereka tidak lagi tersandera oleh kebijakan luar negeri sekutunya.

Langkah ambisius ini menunjukkan bahwa Israel sedang berupaya menciptakan opsi cadangan yang absolut. Dengan memiliki pabrik senjata raksasa di halaman rumah sendiri, Israel tidak hanya mengamankan pasokan peluru dan rudal, tetapi juga memperoleh daya tawar politik (leverage) yang lebih kuat. Mereka ingin berada dalam posisi di mana mereka bisa berkata “tidak” kepada tekanan internasional tanpa perlu takut kehabisan amunisi di tengah medan laga.

Seiring dengan deru mesin-mesin di pabrik senjata Israel yang mulai memanas, ikatan historis antara Israel dan Amerika Serikat kini tengah memasuki zona yang belum terpetakan. Aliansi yang selama ini dianggap “tidak tergoyahkan” tersebut akan segera menghadapi ujian baru yang sangat berat.

Dunia kini menanti apakah AS akan mendukung kemandirian sekutu terdekatnya ini, atau justru melihatnya sebagai ancaman terhadap pengaruh strategis mereka di kawasan? Satu hal yang pasti, seiring dengan berdirinya industri persenjataan Israel yang mandiri, dinamika kekuasaan di Timur Tengah tidak akan pernah sama lagi.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.