Rabu, April 24, 2024

Disrupsi Politik Ala PSI

Kokok Herdhianto Dirgantoro
Kokok Herdhianto Dirgantoro
Peserta Konvensi Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel)

Tak pernah terbayangkan hidup saya yang sudah sedemikian tenang dan (mapan) harus mengalami ‘gonjang-ganjing’ karena politik.

Ya, saya adalah satu dari 18 peserta konvensi Pilkada untuk Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Sahabat dan keluarga mencecar habis-habisan mengapa harus masuk politik praktis. Dan tentu saja, mengapa PSI?

Saya tidak mempersalahkan anggota keluarga juga para sahabat yang melihat politik sedemikian kotor dan tidak berorientasi pada melayani rakyat. Mengapa? Karena saya pun juga berpikiran demikian. Pergulatan batin yang cukup lama terjadi. Apakah akan ada kompetisi yang adil, apakah akan ada calon yang diutamakan, apakah benar ide akan diuji. Pertanyaan berjejalan di benak saya sebelum akhirnya memutuskan ikut konvensi.

Pada 3 oktober 2019 saya mengambil formulir, 12 oktober mengembalikan semuanya. Pengumuman yang lolos seleksi administrasi dan akhirnya presentasi di depan panelis pada 18 januari lalu. Semua berjalan lancar tanpa diskriminasi.

Satu-satu pertanyaan dan keraguan berguguran. Berganti dengan harapan perubahan yang kian tebal. Perasaan akan diistimewakan karena saya adalah kader PSI juga habis, sih. Benar-benar seleksi yang adil.

Semua peserta konvensi merasakan hal yang sama. Limitasi waktu presentasi yang sangat singkat dan pertanyaan-pertanyaan tajam menusuk hingga tulang sumsum oleh panelis. Tak ada ampun bagi semua kandidat. Kader internal, cendekiawan, birokrat tulen, semuanya mengalami hal yang sama, semuanya mengalami pressure dan ketegangan yang sama. Semua menghadapi pertanyaan yang kejam dan tajam.

Saya pernah mengikuti seleksi caleg PSI dengan cara yang hampir sama. Saya harus katakan beban persiapan dan fakta saat berhadapan dengan panelis saat konvensi lebih berat 1000 persen.

Saya tak bisa mengangkat isu apa yang saya suka saja. Panelis akan memaksa saya berpikir holistik namun bertanya spesifik yang levelnya sungguh sulit. Ketika kita menjelaskan hal yang sifatnya teknis, akan muncul pertanyaan politis. Jika kita menjelaskan sebuah langkah politis, akan muncul pertanyaan teknis tentang tahapan hingga target. Pendek kata, menegangkan namun menantang.

Rasanya panelis dan peserta merasakan atmosfer yang sama. Inilah cara baru berpolitik. PSI melakukan disrupsi politik habis-habisan. Sebuah langkah berani yang tentu akan mendapat dua hal, apresiasi juga cibiran. Apresiasi karena ini langkah transparan dalam pemilihan kandidat terbaik untuk kepala daerah. Cibiran? Well, siapa yang tidak mencibir langkah dan wajah partai politik yang sudah terstigma kotor berikut penuh bopeng sengkarut korupsi.

Apapun yang terjadi, saya bangga bisa berkompetisi dengan kandidat yang mumpuni. PSI juga tak mengingkari janji terkait mahar. Tak ada bayar-bayaran dan mahar untuk peserta konvensi. Proses juga berjalan adil bagi semuanya. Yang membawa massa pendukung, massa pendukungnya tak bisa masuk dan tepuk tangan. Yang bawa mobil maupun naik kendaraan umum disambut sama. Tidak ada yang diistimewakan.

Saya datang paling pagi dan sempat melihat satu per satu ruangan wawancara. Apa yang terjadi? Saya diusir panitia karena dapat memunculkan impresi panitia bertemu dengan kandidat. Padahal saya niatnya cuma mau ikutan makan bubur jatah sarapan panitia. Sekejam itu teman-teman separtai saya.

Harapan

Saya sangat berharap dengan maraknya informasi mengenai konvensi PSI ini, masyarakat dapat antusias mengikuti tahapannya. Juga bisa memperhatikan dengan seksama materi apa yang dibawakan tiap-tiap kandidat.

Warga Tangsel sungguh-sungguh memperhatikan rekam jejak, program yang dibawa masuk akal atau tidak, dan bagaimana mencapai tujuan sesuai visi yang dibuatnya. Konvensi PSI ini membuka kesempatan yang sama untuk semua kandidat menjelaskan program-programnya. Masyarakat bisa menilai apakah programnya hanya sekadar janji di awang-awang atau sesuatu yang masuk akal untuk dikerjakan dan memiliki dampak nyata ke masyarakat.

Partisipasi publik yang lebih nyata di masa depan akan jadi tantangan. Nobar kandidat di wilayah-wilayah di mana dilakukan konvensi dapat menjadi salah satu cara sosialisasi berikut mengajak warga berpartisipasi secara langsung. Lebih baik warga diajak memberi masukan dan melihat ide kandidatnya daripada berisik antarpendukung yang cuma sorak sorak hore. Jika partisipasi publik ini kian kencang, disrupsi politik yang dilakukan PSI kian menemukan jalan yang terang dan lempang.

Kokok Herdhianto Dirgantoro
Kokok Herdhianto Dirgantoro
Peserta Konvensi Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.