Kamis, Desember 5, 2024

Dari Italia hingga Tiongkok: Kisah-Kisah Kriminal yang Menggelikan

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Kisah bermula di Italia, tepatnya di wilayah Umbria yang menyimpan sejuta misteri peradaban Etruscan yang telah lama hilang. Bayangkan, di tengah penggalian rutin yang dilakukan oleh dua pengusaha di lahan milik mereka, terkuaklah sebuah keajaiban arkeologi yang tak terduga: sebuah kompleks pemakaman kuno dari abad ke-3 Sebelum Masehi!

Di dalam ruang-ruang sunyi yang tersembunyi di bawah tanah, mereka menemukan harta karun berupa lusinan artefak berharga peninggalan peradaban Etruscan. Sarkofagus yang dihiasi dengan indah, guci-guci kuno berhias adegan mitologi Yunani, cermin perunggu yang memantulkan kilatan cahaya masa lalu, dan botol parfum yang mungkin masih menyimpan aroma misterius dari zaman dahulu kala. Sebuah penemuan spektakuler yang nilainya ditaksir mencapai 8,5 juta dolar!

Namun, alih-alih melaporkan penemuan bersejarah ini kepada otoritas terkait, kedua pengusaha tersebut justru tergoda untuk menyimpan harta karun itu untuk diri mereka sendiri. Mereka mencoba menjualnya di pasar gelap, namun upaya mereka tidak membuahkan hasil.

Didorong oleh keserakahan dan kebodohan, mereka kemudian melakukan sesuatu yang  sungguh di luar nalar. Mereka dengan bangganya mengunggah foto-foto diri mereka  sendiri yang sedang berpose dengan artefak-artefak curian tersebut di Facebook! Sebuah  aksi pamer yang naif dan ceroboh yang justru menjadi boomerang bagi mereka.

Tentu  saja, kebodohan mereka ini dengan cepat menarik perhatian pihak berwenang. Penyelidikan pun dilakukan, lengkap dengan pengintaian, penyadapan telepon, dan  bahkan drone pengintai udara. Tak lama kemudian, kedua perampok makam amatir ini  berhasil ditangkap dan seluruh harta karun bersejarah itu berhasil diamankan.

Kisah ini bukan hanya sekedar kasus kriminal biasa, tetapi juga sebuah ironis tentang  keserakahan dan kebodohan manusia yang mencoba mencuri dan menjual kembali  sepenggal masa lalu yang tak ternilai harganya. Berkat  kecorobohan  mereka, warisan  peradaban Etruscan yang luar biasa ini kini dapat dipelajari dan diapresiasi oleh generasi  mendatang.

Terbuai oleh khayalan kekayaan dan impian menjadi jutawan mendadak, kedua pengusaha itu dengan pongahnya mengklaim harta karun tersebut sebagai milik mereka. “Siapa menemukan, dia yang memiliki!”, begitulah mungkin yang terbersit di benak mereka.  Dengan ambisi yang membara, mereka mencoba  menjual artefak-artefak berharga itu di pasar gelap,  berharap mendapatkan keuntungan besar dari hasil jarahan  peradaban kuno.

Namun,  pasar gelap ternyata tidak semudah yang mereka bayangkan.  Upaya mereka untuk menjual artefak-artefak tersebut  menemui jalan buntu.  Kegagalan ini  bukanlah  akhir  dari  keserakahan  mereka,  melainkan  awal  dari  sebuah  keputusan  yang  lebih  nekat  dan  ceroboh.

Di era digital yang serba terhubung ini, mereka  memilih  jalan  yang  sungguh  ironis  dan  menggelikan. Alih-alih menyembunyikan  harta  karun  itu  dengan  hati-hati,  mereka  justru  dengan  bangga  mengunggah  foto-foto  diri  mereka  sendiri  yang  sedang  berpose  dengan  artefak-artefak  curian  tersebut  di  Facebook!  Seolah-olah  mereka  ingin  menunjukkan  “keberhasilan”  mereka  kepada  seluruh  dunia.

Tentu  saja,  aksi  pamer  yang  naif  dan  ceroboh  ini  dengan  cepat  menarik  perhatian  pihak  berwenang.  Kepolisian  Italia,  yang  terkenal  dengan  kejelian  dan  ketelitiannya  dalam  menangani  kasus-kasus  pencurian  artefak  bersejarah,  segera  mencium  gelagat  yang  tidak  beres.

- Advertisement -

Sebuah  penyelidikan  pun  dilakukan  secara  intensif  dan  sistematis.  Para  detektif  yang  berpengalaman  dikerahkan  untuk  mengintai  pergerakan  kedua  tersangka,  sementara  tim  teknisi  menyadap  percakapan  telepon  mereka  untuk  mengumpulkan  bukti-bukti  yang  diperlukan.  Bahkan,  drone  pengintai  udara  pun  diterbangkan  untuk  memantau  aktivitas  mereka  dari  ketinggian.

Seperti  burung  dalam  sangkar,  kedua  perampok  makam  amatir  itu  akhirnya  terjebak  dalam  jaring  pengusutan  kepolisian  yang  ketat.  Mereka  ditangkap  tanpa  perlawanan,  dan  seluruh  harta  karun  bersejarah  yang  mereka  curi  berhasil  disita  dan  dikembalikan  ke  tempat  yang  seharusnya.

Penemuan kembali artefak-artefak Etruscan ini sungguh luar biasa, bukan hanya karena jumlahnya yang banyak dan nilai historisnya yang tak ternilai, tetapi juga karena mengingatkan kita semua akan betapa kayanya warisan budaya Italia.  Bayangkan,  sentuhan  pada  setiap  artefak  itu  seolah  menghubungkan  kita  dengan  kehidupan  dan  peradaban  yang  telah  berlalu  ribuan  tahun  silam.  Sebuah  pengalaman  yang  mengharukan  dan  membuat  kita  merasa  kecil  di  hadapan  kebesaran  sejarah.

Bagi para arkeolog dan sejarawan,  penemuan ini  merupakan  tambang  emas  ilmu  pengetahuan.  Setiap  artefak  menyimpan  cerita  dan  informasi  penting  tentang  peradaban  Etruscan,  mulai  dari  kehidupan  sehari-hari,  sistem  kepercayaan,  hingga  seni  dan  teknologi  yang  mereka  kuasai.  Kesempatan  untuk  mempelajari,  menyentuh,  dan  menganalisis  benda-benda  bersejarah  ini  secara  langsung  tentunya  merupakan  sebuah  privilegese  yang  tak  ternilai  harganya.

Namun di balik kegembiraan atas penemuan bersejarah ini,  ada  sebuah  kisah  tentang  keserakahan dan kebodohan  yang  berakhir  dengan  penyesalan.  Kedua  pengusaha  yang  mencuri  artefak-artefak  itu  kini  harus  mempertanggungjawabkan  perbuatan  mereka  di  hadapan  hukum.  Mereka  terancam  hukuman  penjara  hingga  10  tahun,  sebuah  harga  yang  mahal  untuk  sebuah  kesalahan  fatal.

Ironisnya,  mereka  bukanlah  satu-satunya  penjahat  yang  terjebak  oleh  tindakan  bodoh  mereka  sendiri.  Di  Inggris,  dua  pria  yang  mencuri  ribuan  dolar  dari  mesin  judi  dengan  santainya  berpose  dan  menyeringai  untuk  selfie  dengan  uang  hasil  curian  mereka.  Tentu  saja,  polisi  dengan  mudah  menangkap  mereka  berkat  “bukti”  yang  mereka  unggah  sendiri  di  media  sosial.

Ada  juga  seorang  perampok  di  Inggris  yang  dengan  pede  mengunggah  selfie  di  Facebook  dengan  sebuah  pisau  dan  kata-kata  “Merampok  Tesco”.  Polisi  bahkan  tidak  perlu  bersusah  payah  mencarinya,  karena  dia  praktis  menyerahkan  diri  dengan  “pengumuman”  di  media  sosial  tersebut.  Dia  ditangkap  hanya  15  menit  setelah  mengunggah  postingan  tersebut.

Dunia kriminal memang dipenuhi dengan kisah-kisah penuh intrik dan ketegangan,  namun  tak  jarang  pula  diwarnai  oleh  aksi-aksi  konyol  yang  membuat  kita  geleng-geleng  kepala.  Salah  satu  contohnya  adalah  kisah  seorang  perwira  Taliban  tingkat  rendah  yang  membuat  para  pejabat  AS  tercengang  dengan  kebodohannya.

Bayangkan,  di  tengah  perang  yang  berkepanjangan  antara  AS  dan  Taliban,  perwira  ini  justru  menyerahkan  diri  kepada  otoritas  AS!  Bukan  karena  didorong  oleh  penyesalan  atau  ingin  bertobat,  melainkan  karena  ia  ingin  mengklaim  hadiah  yang  dijanjikan  pemerintah  AS  bagi  siapa  pun  yang  dapat  memberikan  informasi  tentang  dirinya!  Ia  tampaknya  lupa  bahwa  dialah  target  operasi  penangkapan  tersebut,  dan  dengan  menyerahkan  diri,  ia  sebenarnya  sedang  “menangkap”  dirinya  sendiri.

Kisah  lain  yang  tak  kalah  menggelikan  datang  dari  Tiongkok,  di  mana  seorang  pencuri  amatir  terjebak  dalam  situasi  yang  sangat  memalukan.  Setelah  berhasil  masuk  ke  sebuah  rumah,  ia  kebingungan  saat  hendak  melarikan  diri.  Ia  memilih  untuk  keluar  melalui  jendela  kecil  yang  jelas-jelas  terlalu  sempit  untuk  tubuhnya.  Alhasil,  ia  pun  terjepit  di  jendela  tersebut  dan  harus  menunggu  selama  30  menit  untuk  dievakuasi  oleh  petugas  pemadam  kebakaran  yang  datang  menolong.

Kedua  kisah  ini   hanyalah  sekelumit  contoh  dari  sekian  banyak  aksi  kriminal  yang  diwarnai  oleh  kebodohan  dan  ketololan.  Jika  ada  klub  eksklusif  untuk  penjahat  terbodoh  sepanjang  masa,  orang-orang  ini  pasti  akan  mendapatkan  keanggotaan  seumur  hidup  tanpa  syarat.

Mungkin  ada  baiknya  mereka  memikirkan  kembali  pilihan  karir  mereka.  Jelas,  dunia  kriminal  bukanlah  tempat  yang  tepat  bagi  mereka  yang  kurang  cerdas  dan  mudah  terjebak  dalam  situasi  konyol  seperti  ini.  Bukankah  lebih  baik  mencari  pekerjaan  yang  lebih  aman  dan  tidak  memerlukan  keahlian  dalam  melarikan  diri  dari  jendela  kecil  atau  menangkap  diri  sendiri?

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.