Tahun 2022 lalu, Indonesia kehilangan sosok negarawan yaitu Buya Ahmad Syafii Maarif. Tokoh yang dikenal dengan kesederhanaannya itu wafat pada 27 Mei 2022 atau 4 hari sebelum genap usia yang ke-87.
Buya meninggalkan cita-cita dan pemikiran yang harus dikenang dan dilestarikan. Untuk mengenang dan meneruskan legacy pemikiran dan cita-cita Buya Syafii, MAARIF institute bekerja sama dengan Anak Panah dan SaRanG Building mengadakan acara Tour De Buya dengan napak tilas perjuangan Buya Syafii di tiga tempat bersejarah yaitu Taman Makam Husnul Khatimah, Perpustakaan Ahmad Syafii Maarif, dan Serambi Buya.
Mewakili panitia, Pipit Aidul Fitriyana, Staf Program MAARIF Institute, menyampaikan dalam sambutannya bahwa ini merupakan kegiatan pertama dari rangkaian acara Mengenang Satu Tahun Berpulangnya Buya sekaligus Mensyukuri 2 Dekade MAARIF Institute. “Kami merancang beberapa kegiatan yang akan diselenggarakan di Yogyakarta dan Jakarta. Nanti akan ada Wirid Kebangsaan dan Malam Tasyakuran 2 Dekade,” ujarnya.
Acara ini diikuti oleh 40 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar. Peserta yang mengikuti tour ini terjaring dari berbagai kampus di penjuru negeri, mulai dari Aceh, Padang, Riau, Lampung, Jakarta, Tarakan, Kendari, dan tentunya Yogyakarta. Selain dari berbagai kampus, peserta juga terdapat dari lintas agama.
Perjalanan dimulai ke Taman Makam Husnul Khatimah Kulon Progo, tempat yang menjadi peristirahatan terakhir Buya Syafii setelah menghembuskan napas terakhir di RS PKU Gamping. Sebagaimana diketahui, Buya setelah wafat, diminta langsung oleh Presiden Joko Widodo untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Namun sebelum wafat, Buya berwasiat agar dimakamkan di pemakaman Husnul Khotimah yang dikelola langsung oleh PKU Muhammadiyah. Selain itu, Buya juga sudah memesan beberapa petak tanah makam untuk keluarganya.
Perjalanan dilanjut menuju ke Perpustakaan A. Syafii Maarif yang terletak di Kampus Terpadu Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Muallimin sendiri adalah sekolah di mana Buya menempuh pendidikan formal selama tiga tahun. Di sekolah ini pula, Buya mendapatkan ilmu agama dan keterampilan berorganisasi yang lebih matang.
Di perpustakaan, peserta diberikan materi yang disampaikan oleh Ketum PWM DIY, Muhammad Ikhwan Ahada, beliau menyampaikan pemikiran Buya yang melintas batas, tentang kemanusiaan, pemecahan permasalahan kekinian dan masa depan. Selain itu ada Erik Tauvani Somae, kader ideologis Buya yang selalu menemani Buya selama perjalanan hidupnya. Erik bercerita pada ranah yang lebih ringan, menceritakan kehidupan Buya sebagai tokoh besar namun memilih jalan hidup yang sederhana.
Perjalanan terakhir menuju ke Serambi Buya yang terletak di Nogotirto, Sleman. Serambi Buya merupakan rumah Buya yang ditinggalinya selama di Yogyakarta. Kini, rumah itu dialihfungsikan sebagai tempat peninggalan Buya Syafii yang dikelola oleh Suara Muhammadiyah. Di dalamnya terdapat buku, lukisan, dan barang-barang sejarah Buya. Ridho Basri, Redaktur Majalah Suara Muhammadiyah, menyampaikan bagaimana perjalanan hidup dan keseharian Buya kala menjadi wartawan di majalah tertua di Indonesia itu.
Terakhir, peserta diberi seminar kepenulisan oleh penulis nasional, Iqbal Aji Daryono. Peserta diberikan materi terkait bagaimana menulis dengan baik dan benar, dengan penggambaran yang jelas dan terperinci. Seminar kepenulisan ini diadakan selain untuk membuka wawasan dan melatih menulis, yaitu sebagai kewajiban peserta untuk membuat tulisan yang nantinya akan dibuat buku dan diterbitkan.
Ketua Panitia, Sidiq menyampaikan acara ini diadakan dengan tujuan untuk mengenang satu tahun meninggalnya Buya Syafii dan yang lebih penting adalah meneruskan serta mewujudkan cita-cita dan pemikiran Buya Syafii yang melintas batas itu. Dan sasaran peserta adalah pelajar dan mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membuat bangsa lebih baik.
Direktur Program MAARIF Institute, Moh. Shofan, berharap kegiatan ini bisa memberi refleksi dan pencerahan bagi peserta. “Kami berharap para peserta mampu merefleksikan perjalanan hidup dan melanjutkan cita-citanya di masa depan,” pungkasnya. (Adib Syihadiba)