Jumat, April 19, 2024

Pemerintah Didesak Lebih Selektif Datangkan Investasi

Tito Dirhantoro
Tito Dirhantoro
Reporter GeoTIMES.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi. (ANTARA/Yudhi Mahatma)
Presiden Joko Widodo atau Jokowi. (ANTARA/Yudhi Mahatma)

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat memenuhi undangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama disikapi kritis oleh sejumlah kalangan. Selain kepergiannya di tengah bencana asap yang hebat, agenda Presiden di negeri paman sam tersebut juga terkait rencana Amerika Serikat yang ingin berinvestasi di Indonesia.

“Presiden Jokowi harus lebih selektif dalam mengundang investor-investor yang ingin  menanamkan sahamnya di Indonesia. Jangan lagi mengundang investasi asing yang berbasis sumber daya alam,” kata Ketua Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad ketika ditemui di Jakarta.
Menurut Chalid, upaya tersebut sangat diperlukan bagi Indonesia, sehingga ke depan tidak lagi terjadi ketimpangan dalam penguasaan sumber daya alam di Indonesia. Sebab, selama ini banyak kasus terjadi seperti penguasaan lahan hutan diambil secara paksa oleh korporasi untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit.
Berdasarkan data yang dirilis Transparansi untuk Keadilan Indonesia, sebanyak 25 grup perusahaan kelapa sawit di Indonesia menguasai 5,1 juta hektare lahan. Jumlah itu setara dengan setengah Pulau Jawa. Data tersebut menunjukkan telah terjadi ketimpangan di bidang agraria yang luar biasa besar.
Lebih lanjut, dia mengatakan, penguasaan lahan tersebut berdampak pada kasus yang terjadi seperti sekarang ini, yaitu kebakaran lahan. Pemerintah, kata Chalid, harus segera mencabut izin usaha para perusahaan yang terbukti membakar lahan untuk memperbesar luas areal usahanya itu.
“Mencabut izin usaha para perusahaan tersebut merupakan upaya memulihkan kondisi lahan. Dengan begitu, nantinya lahan tersebut bisa diserahkan ke desa-desa untuk dikelola sendiri. Jika masyarakat diberdayakan, tentu dapat menguntungkan dan menyejahterakan rakyat.”
Karena itu, Chalid mengingatkan, bencana asap yang terjadi di Sumetra dan Kalimantan ini seharusnya menjadi cambuk bagi pemerintah untuk kembali pada agenda Nawa Cita. Tidak lagi mengambil jalan pintas, terutama terkait pertumbuhan ekonomi, sehingga mengesampingkan peranannya dalam menyeleksi investasi yang masuk.
Chalid beralasan kuat bahwa keuntungan masuknya investasi ke Indonesia tidak sebanding dengan kerugian yang didapat Indonesia. Kerugian itu bukan hanya dari segi lingkungan, melainkan juga kesehatan yang mengakibatkan nyawa manusia menjadi taruhannya.
“Akibat bencana asap tahun ini sudah hampir mencapai 50 juta orang menjadi korban. Beberapa tewas. Mereka terpapar asap akibat ulah investasi yang dilakukan perusahaan. Dan jangan lupa bahwa pemerintah ikut andil dalam bencana ini lantaran memberikan izin usaha kepada mereka.”
Tito Dirhantoro
Tito Dirhantoro
Reporter GeoTIMES.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.