Wahana Lingkungan Hidup Indonesia menilai dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dari Badan Pengelola Linkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta hanya sekadar formalitas. Itu terbukti dengan sejumlah gedung di Jakarta yang tidak punya perspektif lingkungan.
Dedi Rahmanta dari Divisi Kajian dan Amdal Walhi Jakarta mengatakan, para pengembang lalai menjalani prosedur perizinan pembangunan, baik disengaja ataupun tidak sengaja. Misalnya, pembangunan museum, pembangunan kawasan Podomoro City, dan apartemen Citra Lake Suite.
“Dari semua sidang Amdal yang kita ikuti, ada beberapa pengembang baru membuat dokumen setelah proyek sedang berjalan. Seharusnya dokumen Amdal sudah ada sebelum proyek dijalankan,” kata Dedi di Jakarta Kamis, (19/11).
Dia menjelaskan, apabila proyek telah berjalan, maka dokumen yang dibuat harus meminta fatwa BPLHD dulu, apakah tetap Amdal atau dokumen khusus. Pihaknya juga menyarankan kepada para pengembang untuk menanam pohon saat proyek berlangsung. Tindakan itu untuk penyerapan karbondioksida, pereda kebisingan, penghasil oksigen, dan mengurangi debu dan pelestarian air.
Tak hanya itu, Walhi juga meminta pengembang untuk membuat lubang biopori, kolam resapan, dan sumur resapan didahulukan agar pembangunan tidak memicu banjir. Bahkan pembuang limbah cair ke badan air secara langsung mengakibatkan buruknya kualitas air.
Dedi juga menyoroti addendum analisis dampak lingkungan (andal), rencana pengelolaan lingkungan (RKL), dan rencana pemantauan lingkungan (RPL) di kawasan Podomoro City. Menurutnya, pengembangan kawasan dan pembangunan kampus Podomoro dilakukan di sisa lahan yang ada. Dengan demikian, komitmen pihak Podomoro City untuk membuat ruang terbuka hijau (RTH) sesuai rencana tata letak bangunan (RTLB) sebesar 30% tidak ada realisasinya.
“Jadi, tim penilai, termasuk Walhi, meminta komitmen Podomoro City sebelum addendum yang diajukan disahkan,” ujar Dedi. Kemudian, pihaknya menilai pembuatan dokumen Podomoro City sangat abstrak, di mana tidak ada data-data yang muncul. Dan umumnya hanya pendapat subjektif konsultan.
Dari sisi kualitas udara, lanjut Dedi, tingkat prevalensi penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di sekitar tapak proyek juga sudah tinggi. Penurunan kualitas udara merupakan dampak penting yang harus dikelola oleh pengembang. Andal pengembangan perkantoran TCC Batavia Tower adalah kegiatan pembangunan gedung perkantoran di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Menurut data Dinas Kesehatan Jakarta, masyarakat di sekitar proyek terkena berbagai penyakit, namun yang paling dominan adalah penyakit ISPA. Karena itu, Walhi berharap ada pengendalian debu dan kualitas udara agar lebih ditingkatkan dengan penanaman pohon.