Bekasi, 21/7 – Kalangan pengusaha industri baja di Indonesia mengalami peningkatan pemesanan hasil produksi setelah bergulirnya sejumlah proyek infrastruktur pemerintah di berbagai daerah sejak Januari 2017.
“Perusahaan saya memperoleh peningkatan pemintaan baja hingga 30 persen dari rata-rata jumlah produksi 20 juta ton per tahun di PT Garuda Steel,” kata Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Baja Indonesia (AMBI) Ken Pangestu di Bekasi, Jumat.
Menurut dia, gencarnya pembangunan infrastruktur Indonesia pada pemerintahan Presiden Joko Widodo telah membawa ‘angin segar’ kepada para pengusaha baja konstruksi.
Pemesanan baja lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui pihaknya diperuntukan bagi kebutuhan konstruksi jalan, jembatan, tower hingga infrastruktur energi pembangkit listrik.
“Ada juga yang diperuntukan bagi infrastruktur tol laut, pelabuhan dan sejumlah bandara di daerah pelosok Indonesia,” katanya.
Zen mengatakan, kebijakan pemerintah yang menggenjot pembangunan infrastruktur telah berdampak positif pada geliat usaha baja di Indonesia.
“Kalau kita bandingkan dengan situasi 2015 hingga 2016, tidak sedikit juga member AMBI yang melakukan penyesuaian tenaga kerja akibat minimnya jumlah permintaan produksi,” katanya.
Sedikitnya dua perusahaan produsen baja yang tergabung dalam AMBI, kata dia, sempat bangkrut akibat sepinya jumlah permintaan produksi.
Sekjen Asosiasi pabrikan Jembatan Baja I Indonesia Andi Syukri mengatakan pada 2017 pihaknya sudah menggarap 15 ribu ton baja untuk sejumlah proyek pembangunan jembatan di Indonesia.
“Kami memproduksi 35 ribu ton jembatan baja per tahun untuk proyek pemerintah berkat program 1.000 jembatan,” katanya.
Menurut dia, pihaknya sengaja mendirikan asosiasi tersebut guna menjembatani pemerintah dengan sejumlah produsen bahan baku baja untuk jembatan.
“Saat ini di daerah banyak pembangunan jembatan tidak mengacu ketentuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pabrikan yang berpengalaman di jembatan dikumpulkan di sini,” katanya.
(Sumber: Antara)