Operasional haji memasuki fase menginap ( mabit) di Mina. Jemaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia, berada di Mina hingga 12 Zulhijah untuk nafar awal dan 13 Zulhijah untuk nafar tsani.
Selama di Mina, selain menginap, jemaah melaksanakan lontar jumrah, ula, wustha, dan aqabah. “Mina termasuk fase padat dalam proses penyelenggaraan ibadah haji. Saya minta seluruh petugas untuk siaga di pos masing-masing demi melayani jemaah,” tegas Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, di Mina, Sabtu (9/7/2022).
“Fase ini akan berlangsung hingga 13 Zulhijah. Sehingga petugas harus tetap konsentrasi dan siaga membantu jemaah,” sambungnya.
Kesiagaan petugas, kata Hilman, sangat penting. Sebab, tidak jarang jemaah pada fase ini kelelahan saat perjalanan ke jamarat. Selain itu, ada saja jemaah yang membutuhkan bimbingan saat lontar jumrah.
“Jadi kesiagaan mengawal yang sakit dan kelelahan di jalan perlu diperkuat,” pesan Hilman.
“Kursi roda juga harus disiagakan di pertengahan jalur jalan kaki, jalur ke arah jamarat, khususnya sebelum dan sesudah terowongan,” tandasnya.
Hilman menambahkan, proses penempatan petugas di pos-pos strategis akan dilakukan secara terpola dengan rasio yang proporsional. Dengan begitu, penempatan petugas lebih merata.
Hilangnya Bising Sirine dan Teriakan “Thariq-Thariq”
Ada banyak hal yang serasa hilang di hari Aqabah 1443 H. Yaitu, hari di mana jemaah melaksanakan salah satu wajib, melontar jumrah aqabah.
Salah satunya adalah kebisingan sirine mobil polisi. Sirine ini lazim terdengar menderu-deru mengatur jemaah untuk tidak menutup jalanan saat mabit di areal jamarat.
Ya, tahun ini, memang jemaah sangat berkurang. Total hanya 1 juta. Itu pun dengan aturan ketat yang sangat membatasi jemaah di luar kuota. Padahal, biasanya bisa sampai 4 juta.
Akibatnya, areal jamarat tampak lengang. Tidak biasanya. Hanya sedikit yang terlihat menginap di kawasan tempat jemaah “melempar setan” ini.
Bisa jadi, dengan kuota hanya 1 juta dan pengetatan aturan, seluruh jemaah sudah memiliki tendanya masing-masing. Tidak digunakannya Mina Jadid juga menjadi faktor lain yang membuat jemaah memilih bertahan untuk bermalam di Mina. Mereka yakin kawasannya adalah daerah Mina, bukan musdalifah di siang hari, lalu menjadi Mina Jadid di malam hari.
Seiring tidak adanya bising sirine, terasa hilang juga teriakan yang akrab di telinga jemaah. Apa itu? “Thariq Ya Haj, Thariq Ya Haj”.