Hari ini, sejumlah warga Kota Pekanbaru, Riau mulai mengenakan masker atau kain penutup hidung dan mulut agar tidak menghirup udara yang tercampur asap pekat akibat pembakaran lahan dan lahan sejumlah daerah di tiga provinsi.
“Saya sengaja kenakan masker ini, karena udara saya hirup terasa tidak enak atau tidak segar akibat tercampur asap kebakaran lahan,” ujar seorang warga bernama Idral yang berusia 57 tahun di Pekanbaru, Selasa.
Idral tinggal di kawasan padat penduduk daerah Panam. Ia sudah dalam sepekan terakhir dirinya dan warga lainnya menghirup udara yang tercampur dengan asap terutama pada malam hingga pagi hari.
“Kita telah tahu dampak buruk dari kebakaran lahan dan hutan bagi kesehatan manusia seperti sakit pada bagian pernafasan atas dan tenggorok, akibat udara tercemar kabut asap pekat seperti saat ini,” katanya.
warga lainnya, Arnedi, pria berusia 55 tahun, warga Delima, Kecamatan Tampan juga mengenakan masker.
“Sepertinya upaya yang dilakukan pemerintah belum berhasil dalam menekan titik panas di Sumatera. Padahal sudah sama-sama kita ketahui bahwa asap merupakan ancaman bagi kesehatan warga,” katanya.
Perempuan berusia 29 tahun bernama Indah Sariyanti yang sedang hamil terpaksa berdiam diri di dalam rumah menutup pintu pada pagi hari.
“Saya sedang mengandung tujuh bulan dan punya anak kecil balita yang dampaknya baru dirasakan sepuluh tahun kemudian. Kata dokter, dampak terburuk dari balita yang sedang masa pertumbuhan bisa sebabkan bayi menjadi idiot,” katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru sehari sebelumnya menyatakan, wilayah Provinsi Riau masih diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.
“Asap yang menyelimuti provinsi ini terjadi mulai malam hingga pagi hari,” kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin.
Hal itu akibat asap dari kedua provinsi tetangga terbawa angin berhembus dari Selatan ke Barat dengan kecepatan rata-rata 05 sampai 15 knots atau setara 09-29 kilometer per jam.
Kondisi ini mulai terjadi di Kota Pekanbaru sejak hari Jumat lalu sampai sekarang dan yang membuat jarak pandang menurun drastis pada malam hari
“Selain berasal dari asap kiriman, ditambah lagi dengan asap yang berasal dari kebakaran pada sejumlah kabupaten/kota di Riau,” katanya. (Antara)