Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Provinsi Riau menyatakan, Sungai Siak saat ini telah mengalami abrasi sepanjang satu meter setiap tahunnya. Hal itu akibat perlakuan masyarakat.
“Abrasi ini tergolong luar biasa dan memprihatinkan karena terjadi satu meter pada masing-masing kedua bibir Sungai Siak,” kata Direktur Eksekutif Walhi Riau, Riko Kurniawan, di Pekanbaru, Rabu (29/7)
Dia menilai saat ini sepanjang Sungai Siak telah terjadi abrasi, dimana berbagai tanaman yang menjadi penahan tekstur tanah tidak longsor hilang bahkan ditebang dan dialih fungsikan. “Abrasi itu dampak dari hilangnya tanaman di pinggir sungai,” katanya.
Menurut Riko, lima Kabupaten/Kota yang menjadi perlintasan Sungai Siak kurang memperhatikan hal ini. Harusnya inisiatif untuk menahan abrasi ini bisa segera dilakukan sejak dini dengan melarang penebangan pohon. Atau bahkan melakukan penanaman tanaman membang dan lainnya pada bibir Sungai Siak.
Namun, tidak dipungkiri sudah ada yang upaya untuk melakukan rehabilitasi dengan memasang turap beton seperti yang dilakukan Pemerintah Pekanbaru di Rumbai, namun itu baru dilakukan beberapa saja, sebagian oleh Siak.
Sementara Sungai Siak panjangnya 400 km dan melintas di Provinsi Riau. “Harusnya masih sangat mudah untuk mengatasi ini jika dilakukan secara bersama dan serentak,” kata Riko.
Tapi kenyataannya upaya perbaikan rehabilitasi sungai masih dilakukan sepotong-sepotong dan lambat. Belum lagi kurangnya perhatian pemerintah daerah yang menerapkan kebijakan larangan eksploitasi alih fungsi lahan di sepanjang Daerah Aliran Sungai. Hal itu memperparah kondisi Sungai Siak belakangan ini.
Riko membeberkan, abrasi terjadi disebabkan juga akibat perubahan kondisi daerah tangkapan air di sepanjang Sungai Siak. “Saat ini 80 persennya sudah beralih fungsi untuk berbagai aktivitas,” katanya.
Jadi, pihaknya menilai bahwa keadaan ini sangat urgen sehingga perlu untuk dibenahi oleh pemerintah setempat. Pembenahan itu mulai dari pencegahan abrasi dan pencemaran sungai.
Sebab, tingkat pencemaran Sungai Siak sudah luar biasa dan melewati ambang batas kenormalan. Jika tidak segera dilakukan maka Sungai Siak sebagai sungai terdalam di Indonesia akan tinggal kenangan.
“Pengendapan dan pendangkalan akibat berbagai faktor termasuk Abrasi pada Sungai Siak saat ini terjadi sangat signifikan,” katanya seperti dikutip Antara. Karena itu Riko berharap pemerintah Provinsi Riau, beserta kelima Kabupaten /Kota yang hidup ditengah Sungai Siak, harus memberikan perhatian khusus guna penyelamatan DAS.
Ia yakin jika dilakukan secara simultan dan serentak maka masih bisa menyelamatkan Sungai Siak dan segala biota didalamnya. Termasuk ekonomi masyarakat dan nelayan yang masih bergantung pada sungai tersebut.[*]