Asesor Global Geopark Network, UNESCO pada Kamis (9/7) mulai meneliti kawasan Danau Toba, Sumatera Utara untuk menetapkan Geopark Kaldera Toba (GKT) sebagai taman bumi warisan geologi dunia.
Menurut Ultri Sonlahir, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Toba pada Kamis (9/7) di Balige, para asesor tersebut nantinya akan melakukan beberapa penelitian dalam rangka penilaian GKT untuk diakui sebagai warisan geologi dunia dengan keragaman geologi, hayati serta budaya yang masih terjaga. Lebih lanjut, Ultri berharap kunjungan dan penilaian yang dilakukan para asesor tersebut dapat menjadi masukan untuk perbaikan dan pengembangan GKT.
Padahal, Danau Toba saat ini tengah mengalami polusi air. Polusi air tersebut kini sudah terjadi di 6 tempat, yaitu Panatapan dan Haranggaul di Simalungan, Simalombu dan Pangururan di Samosir, Ajitaba di Toba Samosir dan Silalahi di Dairi.
Akibatnya, penjualan dan produksi ikan menurun. Tidak hanya itu, banyak juga ikan yang mati akibat pakan yang disebarkan secara berlebihan. (Baca juga: Lingkungan Danau Toba Menderita Polusi Berat)
Pada Februari 2015, DPRD Sumut juga telah memanggil 6 perusahaan yang dinilai warga merusak lingkungan Danau Toba. Keenam perusahaan yang dipanggil tersebut yaitu PT Toba Pulp Lestari (TPL), PT Aquafarm Nusantara, PT Alegrindo Nusantara dan PT Inalum, PT Gorga Duma Sari dan PT Simalem Resort.
Selain menurunnya angka produksi dan kematian ikan, air Danau Toba kini tidak bisa dikonsumsi karena mengakibatkan gatal-gatal dan keracunan. Dalam hal ini, warga pesisir Danau Toba dan kelompok aktivis yang tergabung dalam Jaringan Lingkungan Danau Toba (Jalin D’Toba) meminta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatra Utara untuk mencabut izin perusahaan yang dituding merusak ekosistem Danau Toba. [*]
