Berbahan sampah laut, sepatu ini segera diproduksi massal.
Ini terobosan baru Adidas. Perusahaan perlengkapan olahraga asal Jerman itu memproduksi sepatu daur ulang limbah atau sampah laut. Untuk mewujudkan konsep sepatu ramah lingkungan ini Adidas menggandeng Parley for the Oceans dan Sea Sepherd Conservation Society.
Bersama dua organisasi non-pemerintah itu, Adidas melakukan ekspedisi di laut selama 110 hari untuk mengumpulkan limbah pukat ilegal. Pada 2010 sampah plastik di laut mencapai 8 juta ton. Secara keseluruhan, sampah yang mengambang di lautan mencapai 200 juta ton.
Ekspedisi ini mengumpulkan jaring pukat ilegal dari kapal-kapal nelayan ilegal di lepas pantai Afrika Barat. Kawat dan benang jaring pukat ini lalu diolah dan digunakan sebagai komponen utama sepatu. Bantalan sepatu dibuat dari bahan khusus untuk menjaga kenyamanan pengguna.
“Bagian atas sepatu dibuat dengan plastik daur ulang dan serat bersih hijau yang sebenarnya. Alasnya menggunakan bahan berkelanjutan lain,” pernyataan Adidas dalam laman resmi.
Di Indonesia, perusahaan yang didirikan Adolf Dassler ini pernah tersangkut kasus pencemaran lingkungan. Bersama Brooks Brothers, GAP Inc, H&M, dan Marubeni, Adidas dituduh mencemari Sungai Citarum, Jawa Barat.
Greenpeace International mengungkapkan temuan itu pada 2013. Menurut organisasi lingkungan ini, telah terjadi pembuangan limbah industri di Sungai Citarum. Zat-zat berbahaya seperti nonylphenol dan tributyl phospate dibuang sembarangan oleh PT Gistex Group, perusahaan tekstil yang bermitra dengan Adidas.
Perusahaan yang berpusat di Herzogenaurach ini kembali mendapat tuduhan serupa di tahun berikutnya. Produk merchandise Adidas di Piala Dunia 2014 seperti sepatu, sarung tangan, hingga bola resmi “Brazuca” diduga mengandung bahan kimia berbahaya.
Aktivis Greenpeace mendatangi pabrik Adidas di Tangerang, Banten. Mereka membentangkan spanduk raksasa “Adidas: jangan curangi lingkungan”. Mereka juga membentangkan spanduk “Ada apa di dalam sana” di dekat sebuah lubang yang penuh cairan kehitaman mirip limbah.
Upaya yang dilakukan Adidas saat ini mungkin bisa dianggap sebagai usaha memperbaiki citranya di dunia.
“Di masa lalu Adidas telah dituduh oleh Greenpeace mencemari lingkungan. Jadi, ini mudah-mudahan akan mewakili salah satu dari banyak langkah-langkah ke arah yang benar.”
Iktikad itu disambut baik organisasi lingkungan Parley for the Oceans yang berdiri sejak 2013. “Kami ingin menjadikan laut sebagai bagian penting dari perdebatan dalam isu perubahan iklim. Kami ingin meningkatkan kepedulian publik dan menginspirasi bentuk-bentuk kerja sama lain yang bisa berkontribusi untuk menjaga dan melestarikan laut,” kata Cyrill Gustch, pendiri Parley for the Oceans.
Juru bicara Adidas Erick Liedtke menyatakan pihaknya bersemangat bergabung dengan mereka karena membuat isu mengenai laut menjadi perhatian PBB. “Kemitraan ini memungkinkan kita memasuki wilayah baru dan menciptakan produk bahan inovatif untuk atlet,” katanya. “Kami mengundang semua orang untuk bergabung dalam perjalanan untuk membersihkan lautan.”
Nama dan harga prototipe sepatu daur ulang ini belum diumumkan. Sepatu ini akan diproduksi massal tahun depan. Adidas juga akan menggunakan bahan sampah laut lain seperti plastik untuk produk sepatu ramah lingkungan.
Sebelum Adidas heboh dengan produk ramah lingkungan ciptaannya, produsen saingan, Nike, sudah lebih dulu akrab dengan produk daur ulang limbah. Perusahaan asal Amerika Serikat ini membuat jersey sepakbola yang diproses dari daur ulang 13 botol plastik bekas. Produk berbahan serat polyester ini bahkan sudah diproduksi massal sejak 2010.
Dengan menggunakan bahan itu, Nike mengklaim telah memanfaatkan 13 juta sampah botol plastik. Setara dengan 254 ribu kilogram limbah polyester yang bisa memenuhi lebih dari 29 lapangan sepakbola.
Selain ramah lingkungan, produk ini juga nyaman bagi pemakai karena dirancang dengan unsur aerodinamis. Bobotnya ringan dan memiliki lubang pada bagian ketiak dan pinggang untuk sirkulasi udara.
Mestina produk olahraga memang demikan. Menyehatkan manusia sekaligus lingkungan. [*]