Perundingan antara negara-negara kuat dan Iran soal perjanjian nuklir yang bersejarah berlangsung pada Minggu, kemarin yang digambarkan oleh Prancis telah memasuki “tahap akhir”.
Namun, Amerika Serikat memperingatkan masih adanya masalah-masalah besar yang harus diselesaikan.
Banyak pihak berharap perundingan itu akhirnya akan menghasilkan terobosan setelah berlangsungnya kesibukan kegiatan-kegiatan diplomatik menjelang tenggat waktu terakhir, yang jatuh pada Senin, bagi tercapainya perjanjian.
“Saya berharap kita memasuki tahap akhir perundingan marathon ini. Saya yakin itu,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius kepada wartawan ketika ia kembali ke Wina.
Perundingan berupaya mencapai kesepakatan untuk mengendalikan kegiatan nuklir Iran dan menghindarkan negara memiliki kemampuan mengembangkan bom atom.
Sebagai imbalannya, Iran akan diberikan pencabutan sanksi-sanksi, kendati keenam negara kuat itu bersikeras memilih untuk menerapkan kembali sanksi tersebut jika Iran melanggar kesepakatan.
Kendati optimisme tercermin di ibu kota negara Austria, pejabat-pejabat Amerika Serikat dan Iran meredam spekulasi bahwa perjanjian sudah ada di depan mata.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang melangsungkan serangkaian perundingan dengan mitranya dari Iran, Mohammad Javad Zarif, di Wina sejak 27 Juni, terkesan cukup bersemangat.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, yang memimpin kelompok negara-negara kuat P5+1 terdiri dari Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis dan Jerman berunding dengan Iran, mengatakan di Twitter bahwa ini adalah saat-saat yang menentukan. (Antara/AFP)