Dewan Pengurus Daerah Real Estat Indonesia Provinsi Kalimantan Timur mencatat penjualan rumah selama semester pertama 2015 mengalami penurunan hingga 50 persen, seiring lesunya perekonomian di daerah setempat.
“Penurunan penjualan rumah itu sebagai dampak dari lesunya bisnis sektor pertambangan, baik batu bara maupun migas,” kata Sekretaris Umum DPD Real Estat Indonesia Kalimantan Timur Bagus Susetyo ketika dihubungi di Balikpapan, Rabu (29/7).
Menurut dia, tren penurunan penjualan telah terjadi sejak empat bulan terakhir tahun 2014. Penurunan penjualan terjadi hampir di seluruh kelas perumahan, mulai dari perumahan kelas bawah, menengah hingga rumah mewah.
Perumahan kelas menengah atas dan kelas mewah yang paling merasakan imbas dari lesunya bisnis batu bara di Kaltim dalam beberapa waktu terakhir.
“Yang paling merasakan itu perumahan kelas menengah atas dan mewah dengan harga jualnya di atas Rp500 juta, perumahan kelas ini sudah menurun sekali. Sementara rumah dengan harga Rp200 juta hingga Rp300 juta masih ada penjualan, meskipun juga menurun,” kata Bagus.
Menurunnya daya beli masyarakat ini, jelas Bagus, berkaitan dengan tujuan pembelian rumah. Rumah kelas menengah atas dan kelas mewah pada umumnya dibeli untuk tujuan investasi.
Lain halnya dengan pembelian rumah kelas menengah bawah seharga Rp200juta-Rp300 juta dan kelas bawah seharga di bawah Rp200 juta, yang tujuannya memang untuk ditempati sendiri.
“Maka dari itu, penjualan rumah kelas menengah bawah dan kelas bawah tidak terlalu parah imbasnya, karena masyarakat masih membutuhkan tempat tinggal,” kata Bagus seperti dikutip Antara.
Karena itu, secara realistis pengembang lebih banyak melakukan pembangunan perumahan kelas menengah bawah dan kelas bawah. REI Kaltim bahkan menargetkan pembangunan 2.500 unit rumah untuk berpartisipasi dalam program sejuta rumah murah. “Hingga saat ini sudah terealisasi 500 unit,” kata Bagus.[*]