Pesona sunset, telaga biru, dan jalur yang menantang.
Aktivitas mendaki gunung kian populer dan makin digandrungi. Persisnya sejak penayangan film 5 cm yang mengisahkan pengalaman 5 orang sahabat menaklukkan puncak Gunung Semeru. Bagi yang belum sempat atau belum berani mendaki gunung setinggi 3.676 mdpl itu, banyak alternatif gunung lain yang layak didaki. Salah satunya Gunung Gede di Jawa Barat.
Gunung Gede berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang ditetapkan sejak 1980. Gunung ini terletak di tiga kabupaten: Cianjur, Bogor, dan Sukabumi, dan berdiri sejajar dengan Gunung Pangrango. Kadang penyebutannya digabungkan Gunung Gede-Pangrango.
Gunung dengan ketinggian 2.958 mdpl ini tiap tahun didaki 50 ribu wisatawan lokal dan luar negeri. Daya tarik utamanya adalah keindahan hamparan tanaman edelweis seluas 50 hektare di ketinggian 2.750 mdpl. Gede juga menyimpan sejumlah spot wisata menarik seperti telaga biru, jembatan kayu, hingga air terjun (panas) Cibeureum.
Dari Jakarta, Gunung Gede-Pangrango yang berjarak sekitar 100 kilometer bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi dan transportasi umum. Sepeda motor dan mobil (pribadi) biasanya menjadi pilihan favorit para wisatawan.
Bila menggunakan kendaraan umum, calon pendaki bisa naik bus jurusan Ciawi ataupun Cianjur yang melewati kawasan Puncak, Bogor. Kemudian turun di pertigaan Cibodas. Perjalanan lalu dilanjutkan menggunakan angkutan umum menuju Kebun Raya Cibodas.
Ada tiga jalur pendakian menuju puncak Gunung Gede, yakni jalur Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana (Sukabumi). Dari ketiga jalur ini, jalur Cibodas menjadi favorit para calon pendaki. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam. Perinciannya 300 orang melalui jalur Cibodas, 200 orang melalui Gunung Putri, dan 100 orang melalui Selabintana. Karena itu, wisatawan harus memesan tiket 3 – 30 hari sebelum pendakian.
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menetapkan tarif berbeda-beda untuk calon pendaki. Tarif pendakian 2 hari 1 malam Rp 17.500 untuk wisatawan lokal dan Rp 157.500 bagi wisatawan mancanegara.
Tarif ini bisa ditekan bila membawa rombongan, Rp 11.000 untuk pelancong lokal dan Rp 105.000 untuk turis asing, sudah termasuk karcis, pendakian, dan asuransi. Kita bisa mendaftar pada situs gedepangrango.org untuk memesan kuota dan mendapatkan surat izin memasuki kawasan konservasi.
Waktu terbaik pendakian sepanang Juni – September, saat suhu rata-rata mencapai 18 derajat Celsius dan 5 derajat Celsius di malam hari.
Para pemula dianjurkan memilih jalur Gunung Putri yang tingkat kesulitannya rendah. Sebelum memulai pendakian, sebaiknya mengecek barang bawaan seperti lampu senter, kantung tidur, dan bahan logistik untuk konsumsi saat berkemah. Bila ragu, kita bisa menyewa jasa pemandu (porter) dengan biaya Rp 200 ribu hingga 300 ribu.
Pendakian bisa dimulai melalui jalan setapak yang melintasi hamparan kebun penduduk. Bila memulai perjalanan di pagi hari, bisa menikmati keindahan matahari pagi sedang membagi sinar pada hamparan tanaman bawang, kol, dan sawi. Perjalanan dilanjutkan menyeberangi sungai kecil lalu jalur menanjak.
Untuk mencapai alun-alun Surya Kencana dibutuhkan 5 – 7 jam perjalanan. Ini sudah termasuk istirahat di pos-pos di sepanjang jalur pendakian. Di antaranya Pos Lawang Seketeng (2.500 mdpl) dan Pos Simpang Maleber (2.625 mdpl).
Sesampai di lokasi yang sarat mitos ini kita akan disuguhi pemandangan alam yang indah. Hamparan tanaman edelweis bisa dinikmati tanpa boleh dipetik. Di tengah alun-alun ada sebuah batu berbentuk pelana kuda. Warga lokal meyakini batu ini petilasan Raden Surya Kencana, bupati pertama Cianjur.
Para pendaki yang sampai di alun-alun Surya Kencana pada sore hari segera mendirikan tenda, lalu melanjutkan perjalanan ke puncak gunung untuk sejenak menyaksikan matahari perlahan tenggelam. Perjalanan ke sana membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
Setelah menikmati sunset, kembali ke perkemahan untuk menyiapkan santap malam. Para pendaki biasanya menggunakan kompor portabel berbahan bakar spiritus untuk memasak.
Tak perlu khawatir soal air minum, karena terdapat mata air yang bisa diminum langsung. Setelah makan malam, tak ada kegiatan lain yang dilakukan selain beristirahat. Di kawasan ini tidak perkenankan menggelar pesta api unggun atau kegiatan lain yang menimbulkan sampah.
Di pagi hari, harus kembali naik ke puncak bila ingin menikmati keindahan matahari terbit. Sesampai di puncak disuguhi pemandangan seluruh alun-alun Surya Kencana. Jika cuaca bagus, puncak Gunung Pangrango yang bersebelahan dengan Gunung Gede tampak jelas.
Untuk turun, pendaki bisa memilih rute lain seperti jalur Selabintana atau Cibodas. Bila ingin mampir lebih dulu ke sejumlah spot wisata, jalur Cibodas adalah pilihan baik. Saat menuruni gunung akan melewati jalur yang biasa disebut “tanjakan setan”. Bagi yang ingin memacu adrenalin pilihan jalur ini sangat tepat.
Pendaki hanya diberi modal seutas tali tambang untuk turun dan memanjat apabila melewati trek ini. Ada pula trek memutar bagi pendaki yang tidak sanggup melewati tanjakan curam ini.
Setelah melewati “tanjakan setan”, sekitar 40 menit kemudian akan tiba di pos Kandang Badak. Pos ini biasa digunakan untuk lokasi berkemah para pendaki pengguna jalur pendakian Cibodas. Tujuan mereka ke puncak Gunung Gede dan Pangrango.
Setelah rehat sejenak di pos Kandang Badak, pendaki akan melewati jalan bebatuan yang rumit, menurun, serta harus melewati celah bebatuan. Setelah melewati trek ini akan tiba di pos Kandang Batu.
Trek setelah Kandang Batu merupakan jalur pendakian yang menantang. Para pendaki harus melalui jalan yang juga menjadi jalur aliran air terjun (panas) Cibeureum. Aliran air curug ini meliputi Curug Cidendeng, Curug Cikundul, dan Curug Ciwalen.
Jarak pandang yang terbatas dan luas jalan setapak hanya aman bila dilewati oleh satu orang. Trek ini merupakan jalur yang cukup curam, namun pihak Taman Nasional telah mengantisipasi dengan memasang pagar pengaman dan tali pemandu untuk keselamatan.
Setelah melewati air terjun (panas), para pendaki melanjutkan perjalanan menuju pos air terjun untuk beristirahat kembali. Setelah rehat sekitar 1 jam, melanjutkan perjalanan menuju pos Panyancangan. Jalur ini menjadi trek terpanjang selama proses turun gunung.
Jalur panjang melintasi jembatan kayu sepanjang 1 km ini diliputi suasana gelap nan pekat di dalam hutan. Hal ini tentu memacu adrenalin para pendaki. Di trek ini perjalanan memakan waktu 1 hingga 2 jam.
Usai menempuh trek ini pendaki disuguhi pemandangan Telaga Biru. Danau di ketinggian 1.500 mdpl ini warna airnya berubah-ubah karena tanaman ganggang yang tumbuh di dasarnya.
Puas menjelajah Gunung Gede sebagai laku mencintai alam, para pendaki tiba di pos pertama jalur Cibodas yang juga pintu masuk. Di sini bisa beristirahat di bangunan beratap untuk melepas lelah, menghangatkan badan, atau sekadar berteduh. [*]