Segar, sederhana, dan jujur.
Bagaimana merayakan masa muda? Chairil Anwar dalam puisinya bercerita tentang egoisme, perayaan hidup, tentang aku dari kumpulan terbuang dan ingin hidup seribu tahun lagi. Tapi, sebenarnya apa yang membuat masa muda layak dijalani?
Keterasingan, pemberontakan, rasa kantuk di sekolah, tekanan kawan, juga keinginan untuk menunjukkan eksitensi diri. Pada satu titik, ia direpresentasikan dengan kataangst. Ketercerabutan identitas diri yang mencoba keluar dari norma dan kepantasan mapan.
Bedchamber merayakan eskapisme itu dengan sempurna. Pada 2014 band asal Jakarta ini merilis Extended Play perdana bertajuk Perennial melalui Kolibri Rekords. Band beranggotakan Ratta Bill Abaggi (vokal, gitar), Abi Chalabi (gitar), Smita Kirana (bass), dan Ariel Kaspar (drum) ini memainkan lagu-lagu yang tak hanya jujur, namun tulus merayakan perasaan.
Anda tidak harus berusia belasan tahun untuk merasakan kegelisahan dalam lagu lagu mereka.
Lagu-lagu Bedchamber cocok didengar para remaja. Label remaja sebenarnya mereduksi banyak hal, namun mendengarkan Perennial akan membuat kita merasakan ekstase ke sebuah periode waktu. Saat-saat ketika abai, apolitis, merengut, mudah bosan, dan meledak-ledak.
Band ini secara estetik menggambarkan proses tumbuh dewasa dengan bernas. Melalui permainan gitar yang sederhana, vokal yang malas, dentuman bass yang repetitif, dan tabuhan drum yang efektif, band ini purwarupa dari malaise anak muda Jakarta.
Perennial adalah musim panas yang tidak pernah kita rasakan di Jakarta, namun sering kita akrabi di film-film manis Hollywood. Segala suara, ketuk nada, juga peluh keringat yang dirasakan dalam album ini adalah tentang musim panas. Ketika gelora perasaan memuncak, kegelisahan berganda, dan pemberontakan sedang galak-galaknya. Meski demikian, ia menyimpan beragam perasaan paling jujur, tentang jatuh cinta lantas berpisah, atau tentang berharap lalu kecewa.
EP ini dibuka dengan lagu “Departure”. Sebuah perayaan nisbi akan kata-kata, instrumen merayakan kebebasannya, untuk kemudian vokal malas Ratta perlahan masuk. Suara Ratta tidak dominan, redup, memberikan ruang pada suara drum dan gitar untuk mengisi lorong-lorong sepi dalam lagu ini.
Serupa gapura gang sempit di kampung-kampung Jakarta, “Departure” menyediakan ruang untuk beradaptasi. Ia mengingatkan pada peristiwa kedatangan yang secara ironis membawa melankolianya sendiri.
Lagu kedua sekaligus single andalan mereka, “Youth”, merupakan anthem dari liburan panjang setelah kuliah yang membosankan. Single ini radio friendly, punya potensi untuk membuat siapa pun yang mendengarnya jatuh cinta, terutama jika menyukai kesendirian. Lagu ini mengingatkan saya pada mereka yang bosan di sepanjang perjalanan kereta atau bus Transjakarta yang penuh sesak manusia.
“Petals” akan mengingatkan pada akhir muram dari kisah “Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya Umar Kayam. Ia, barangkali, adalah lagu tentang identitas. Proses mencari jati diri yang kerap kali melelahkan dan membuang waktu. Seperti dalam kisah Umar Kayam, seseorang mesti pergi jauh ke negeri lain, untuk menyadari bahwa dirinya adalah satu individu yang terikat oleh rumah. “Petals” menguliti perasaan kita dengan perlahan dan bengis.
Secara komikal Bedchamber merepresentasikan secara negatif lagu masyhur Rhoma Irama, “Darah Muda”. Mereka bersenang-senang dengan cara sendiri. Tak ada pretensi menjadi snob dalam Perennial, sejauh ini, hingga lagu ketiga bertajuk “Myth”. Lagu ini membawa ke tahap muram kesadaran masa silam. Bahwa menganggap masalah selesai dengan kepura-puraan adalah bentuk lain kedunguan.
Bedchamber praktis menjadi juru bicara kegelisahan anak muda dengan segala masalahnya. Sentimentil namun banal, klise namun serius dengan segala paradoks yang menyertainya. Kita bisa melabeli band ini dengan banyak hal. Indie-pop, surf pop, post punk, dan segala hal yang membuat mereka mesti diletakkan dalam kotak genre yang rumit. Namun, satu hal yang jelas, band ini layak menjadi bintang.
“Perennial” menjadi lagu penutup yang indah. Tak berlebihan, cukup, sederhana, dan manis. Seperti dua potong puding cokelat setelah makan malam yang riuh. Ini lagu yang hangat, dengan lirik kuat, musik cukup asyik yang membuat sepasang anak muda yang sedang kasmaran berdansa, seolah tak akan pernah berpisah!
Bedchamber, bagi saya, adalah segala hal bernama bersenang-senang. Ia bicara tentang banyak masalah, namun tidak pernah menuntaskannya. Sesederhana itu karena mereka mudah bosan dan menjadi dewasa adalah pilihan untuk masuk dalam dekade muram tanggung jawab.
Maka, jika sedang dalam masa pertumbuhan, menjadi remaja, atau masuk dalam fase dewasa yang kepalang membosankan, Perennial boleh jadi adalah mercusuar baru untuk mengarahkan pada jalan lain yang lebih segar.[*]