Majelis Ulama Indonesia , (7/7) memuji kualitas tayangan televisi selama bulan Ramadhan di gedung MUI, Jakarta. Diharapkan perbaikan dapat ditingkatkan setelah bulan Ramadhan berlalu.
Sebelum Ramadhan, yakni bulan Maret-April, kualitas tayangan televisi nasional tercatat buruk. Catatan buruk bisa dilihat dari hasil survei yang dikeluarkan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2015.
Dalam publikasi survei tersebut, KPI memberikan penilaian pada sembilan jenis program televisi. KPI memberi penilaian standar tayangan “berkualitas”, kepada program yang mendapatkan nilai 4,0. Dari keseluruhan, hanya dua jenis program yang mencapai standar “tayangan berkualitas”. Dua jenis program yang masuk kategori “berkualitas” adalah religi dan wisata/budaya. Jenis program yang mendapat nilai terendah adalah infotaintment, dengan nilai 2,34.
Tidak hanya KPI, penonton televisi selaku konsumen menilai kualitas tayangan televisi nasional tidak mengalami perbaikan. Berkaca dari survei Litbang Kompas, mayoritas masyarakat menganggap tayangan televisi dari tahun ke tahunnya tidak peningkatan kualitas. Akan tetapi, ada perbedaan pendapat mengenai penilaian terhadap tayangan selama Ramadhan. Masyarakat menilai selama bulan Ramadhan kualitas tayanngan lebih baik daripada hari-hari biasa.
MUI mengapresiasi kinerja pekerja televisi selama Bulan Ramadhan. “Acara yang tidak mendidik seperti komedi menjelang sahur dan berbuka yang banyak menampilkan tayangan tidak mendidik dengan banyak mengeluarkan makian-makian, hinaan, celetukan yang menyasar fisik dan sebagainya, saat ini sudah jauh berkurang. Kita patut apresiasi kontribusi mereka,” kata Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Imam Suhardjo.
MUI menghimbau agar perbaikan kualitas tayangan televisi terus berlanjut. “Kita harap ke depan akan semakin baik sehingga acara TV itu, baik di luar Ramadhan dan utamanya di dalam Ramadhan, bersih dari acara yang tidak bermanfaat,” kata Imam.